Wajah Bianca berbinar kesenangan setelah mendapat pesan dari Arlo, suaminya itu mengabarkan jika sudah ada diperjalanan dari Bandara menuju rumah.Bianca hanya membaca pesan tersebut tanpa ada niat untuk membalasnya. Ia menyimpan begitu saja ponselnya di atas kasur kemudian memilih bergerak cepat menuju lemari pakaian. Ia ingin memberikan sedikit kejutan untuk sang suami yang sudah hampir satu minggu ini tak ia temui sebab suaminya itu harus melakukan perjalanan dinas ke luar kota.
Di depan pintu lemari yang terbuka Bianca kini sedikit kebingungan memilih pakaian yang akan ia gunakan untuk menyambut suaminya itu.
Tapi, tak lama Bianca teringat sesuatu. Ia membuka lemari lainnya kemudian mengambil sebuah paper bag dari dalam sana. Bianca ingat jika belum lama ia titip untuk dibelikan lingerie kepada temannya tapi ia belum sempat mencobanya.
Sebuah lingerie dengan potongan sangat seksi itu kini sudah terpasang di tubuh indah Bianca. Wanita itu melenggak-lenggokan tubuhnya di depan cermin. Ia menatapnya puas. Bianca tak sabar menunggu reaksi suaminya ketika melihatnya memakai ini nanti.
Sambil terkekeh malu ia berjalan kembali menuju kasur, otaknya kini mulai merangkai skenario, membayangkan seperti apa permainan panas yang akan terjadi nanti. Bianca sudah merindukan sentuhan suaminya dan ia pun yakin suaminya juga pasti merasakan hal yang sama.
Cukup lama Bianca menunggu sampai akhirnya ia mendengar pintu apartemennya terbuka. Ia dengan segera bangkit bersiap menyambut kedatangan sang suami. Baru saja akan membuka pintu, pintu kamar tersebut sudah terbuka dari luar.
"Sayaaang" Bianca berucap manja, ia merentangkan tangannya kemudian memeluk tubuh tegap suaminya itu erat. Bianca baru saja berjinjit, mencoba mengecup bibir sang suami tapi suaminya itu malah sengaja menjauhkan wajahnya. Mendapat penolakan yang terang-terangan itu Bianca langsung mencebikkan bibir sambil memasang tampang merajuk.
"Cium, Ar!" Pinta Bianca, kali ini bukan hanya menjauhkan wajah menghidari ciuman yang akan kembali Bianca lakukan, Arlo juga melepaskan belitan tangan Bianca di pingganggnya.
"Nanti aja" tolak Arlo, dengan santainya ia melenggang berjalan menuju kasur kemudian menghempaskan tubuhnya disana. Tak mau kalah Bianca juga ikut menyusul, tanpa aba-aba ia melangkahi tubuh Arlo kemudian duduk mengangkang di perut suaminya itu.
"Nanti aja, aku capek, Bi!" Arlo mengucapkannya dengan penuh penekanan sambil tangannya mencoba menyingkirkan tubuh Bianca dari atas tubuhnya.
Kembali mendapat penolakan lagi-lagi membuat Bianca mencebikkan bibirnya kesal. Padahal biasanya selelah apapun Arlo akan tetap menyambut sentuhannya.
Bianca sendiri akhirnya mencoba memaklumi. Ia memilih ikut berbaring disebelah Arlo sambil menyandarkan kepalanya di dada suaminya itu.
"Serius kamu enggak mau, yang?" Tanya Bianca, sedikit tak yakin Arlo menolaknya. Apa lingerie yang sekarang ia pakai kurang seksi atau malah membuat tubuhnya terlihat jelek hingga Arlo kehilangan nafsu melihatnya.
"Aku capek, mau mandi!" Ucap Arlo, menyingkirkan dengan hati-hati kepala Bianca dari atas dadanya, kemudian tanpa kata pria itu berlalu pergi begitu saja berjapan menuju kamar mandi.
Meskipun sikap Arlo malam ini terlihat sangat aneh, Bianca coba maklumi saja. Sepertinya suaminya itu benar-benar sedang lelah sehingga membuat moodnya juga menjadi kurang baik.
Bianca meraih sebuah robe untuk melapisi tubuhnya yang hampir telanjang itu. Selagi menunggu sang suami membersihkan diri, Bianca memilih pergi ke pantry untuk mengambil cake buatannya.
Sudah hampir 6 bulan ini Bianca memang berhenti dari pekerjaanya atas permintaan Arlo yang ingin dirinya fokus menjadi istri di rumah. Arlo beralasan jika dirinya terlalu sibuk hingga melupakan perannya sebagai istri. Tanpa banyak protes Bianca turuti saja keinginan suaminya meski sebenarnya karirnya dalam bidang jurnalistik sedang sangat naik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak Anniversary
Romance"Aku bosan!" Ujar Arlo. "Bosan apa?" Tanya Bianca, kening Bianca sampai mengkerut belum mengerti apa maksud ucapan sang suami. "Bosan sama kamu" balas Arlo, dengan mudahnya kalimat itu keluar dari mulut Arlo. "Ha?" **** Tak ada lagi Bianca yang dik...