Bab 9

3.5K 200 32
                                    


Setelah sadar dari rasa terkejut atas apa yang saat ini Bianca saksikan langsung di depan matanya, akhirnya Bianca bisa kembali mengumpulkan kesadarannya. Bianca berteriak kencang mencoba menyadarkan dua orang pria yang terlihat semakin liar berbagi ciuman.

"NEVIN!"

"Nevin apa-apaan kamu!" Bianca berteriak marah. Tak pernah ia sangka akan menyaksikan hal menjijikan itu secara langsung. Apalagi satu dari pria itu baru saja tadi siang resmi menjadi suaminya.

"Masuk kamar!" Perintah Nevin, dengan nafas tersenggal. Saking bahagianya melihat seseorang yang sudah lama tak ia temui, Nevin sampai melupakan kehadiran Bianca.

"Aku bilang masuk kamar, Bianca!" Perintan Nevin lebih keras karena Bianca hanya diam mematung di tempatnya.

Meski terlihat masih sangat terkejut dengan apa yang baru terjadi, Bianca memilih menurutinya. Lagipula ia sudah tidak tahan melihat dua orang pria itu yang masih saling berpelukan mesra itu.

Bianca berjalan menjauh dengan kaki bergetar hebat karena lemas. Sampai di dalam kamar hotel yang seharusnya menjadi kamar pengantinnya dan Nevin, Bianca hanya diam melamun seperti orang tolol.

Bianca masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Ia melihat suaminya sendiri berciuman dengan seorang pria. Sekali lagi seorang pria. Dan, itu semua bukan mimpi. Bianca tadi melihat secara langsung bagaimana kedua pria itu berciuman sambil saling membalas pelukan mesra.

Bianca hanya duduk diam di pinggir kasur dengan pikiran kosongnya. Sampai cukup lama waktu berlalu hingga akhirnya terdengar pintu kamar terbuka. Saat mendongkak bisa Bianca lihat Nevin melangkan pelan menghampirinya.

Bianca sendiri benar-benar masih diam, ia hanya sedikit menggeser tubuhnya saat Nevin mengambil duduk tepat di sisinya.

"Maaf, Bi, sebenarnya aku enggak kaya laki-laki lain" ucap Nevin, dengan suara rendah.

"Kamu...?" Bianca sengaja menggantungkan kalimatnya, tapi Nevin yang sudah mengerti memberi jawaban berupa anggukan kepala pelan.

"Iya, sesuai yang ada di otak kamu" balas Nevin, sambil terkekeh masam.

"Gila!" Umpat Bianca tanpa bisa ia tahan, Bianca sampai mengusap kasar wajahnya sendiri setelah akhirnya mengetahui satu fakta besar yang Nevin tutupi.

"Kenapa enggak bilang?" Tanya Bianca.

"Kalo aku bilang pernikahan ini enggak akan terjadi" balas Nevin yang mengundang decakan marah Bianca.

"Jadi kamu jebak aku? Sebenarnya tujuan kamu nikahin aku itu apa, Vin?" Tanya Bianca.

"Awalnya aku cuma mau berusaha untuk punya kehidupan normal seperti laki-laki pada umumnya, kebetulan aku ketemu kamu, dan orangtua aku juga sangat bahagia sewaktu tau aku mulai dekat sama kamu"

"Aku berani bersumpah, Bi, dari awal aku serius sama kamu. Aku mau coba jalani hidup normal tapi ternyata sulit" jelas Nevin yang masih belum bisa akal sehat Bianca terima.

"Sekarang semua keputusan ada di kamu, kamu mau lanjutin atau kita udahan" ucap Nevin yang Bianca balas kekehan mirisnya. Mereka bahkan belum memulai apa-apa tapi Nevin sudah memberikan pilihan itu.

"Ya udahanlah, gila aja gue di duain sama laki!" Balas Bianca, tanpa pikir panjang. Rasanya Bianca ingin mengamuk mencaci maki pria dihadapannya tapi ia sudah tak memiliki tenaga untuk itu.

"Sana keluar!" Usir Bianca menunjuk pintu keluar yang tanpa bantahan langsung Nevin turuti.

Sekali lagi pria itu mengucapkan maafnya kepada Bianca kemudian setelahnya melangkah keluar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heartbreak AnniversaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang