EPISODE 9

131 8 0
                                    

[AUTHOR POV]

Hari ini adalah jadwal mengumpulkan tugas karangan bahasa inggris.

"Amu, [YN]. Tugas mu tolong di kumpulkan." Toro mendekati dua cebol yang lagi loyo.

"Nih." Keduanya memberikan secara bersamaan.

"Trims...."

"Kau mau jadi dokter. Dan [YN] mau jadi psikolog?" Tanya Toro setelah melihat kedua tugas mereka.

"Nggak, itu mau ibuku." Ucap Amu.

"Itu juga mau ibuku." Ucap [YN] juga.

"Kenapa? Padahal Amu suka menggambar, kalo [YN] kan mau jadi pelukis. Kenapa nggak menjadi sesuatu yang kalian ingin,'kan?" Tanya lagi Toro menatap mereka.

"Wah tumben kamu bahas hal kayak gini." Amu memperbaiki duduknya menjadi bersandar di kursi. [YN] juga menyandarkan kepalanya di pundak Amu ikut menatap kearah Toro. "Kenapa? Kamu lagi ada masalah?" Tanyanya.

Toro terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawab. "Enggak, bukan apa-apa. Aku cuma berfikir kalau kita ada di situasi yang sama." Jawab Toro.

"Menurutmu begitu."

.
.
.
.

Jam pelajaran ke 4 di warung bakso

"Cita-cita Teteh?"

"Iya Teh, dulu cita-cita Teteh apa ya? Kalo boleh tau." Tanya Upi sambil makan bakso bersama dengan Amu sama [YN].

"Aih, atuh cita-cita Teteh nggak menarik buat di ceritain." Ucap Teteh mengibas-ngibaskan tangannya malu-malu.

"Ih, jangan gitu Teh. Kita penasaran nih." - Amu.

"Iya nih, ayo Teh ceritain atuh." - [YN].

"Eeh, gitu ya. Kalo soal cita-cita, dulu cita-cita Teteh udah kesampaian." Teteh mulai bercerita.

     Justice!

"Menjadi pemain tinju di suatu tempat yang di penuhi bangunan tinggi."

  Justice!

"Teteh dapat banyak pengalaman."

"UWOOOOH!!!"

"OOOHHHHH!!"

"WAAHHH!!!"

  Justice!

                    Justice!

"Tapi, karna ada suatu kejadian, akhirnya Teteh milih buat berhenti." Amu, Upi dan [YN] ngebayangin Teteh lagi nyekik lawannya sambil senyum bikin mereka ngeri.

                            Justice!

      Justice!

"Dan akhirnya, Teteh beralih untuk bikin warung bakso. Sedangkan tinju, Teteh jadiin hobi."

"Woah, keren Teh! Keren banget!" Sorak mereka bertiga.

Ketiganya mendekatkan diri.

"Kita nggak boleh ngutang lagi." Bisik Upi.

"Benar, bisa-bisa kita di habisi." Bisik Amu.

"Makanya bayar sekarang." Bisik [YN].

"Nanti dulu." Bisik Upi&Amu.

"Orang lain udah pada nemuin impian mereka. Sementara aku masih bingung mikirin perbedaan passion sama hobi." Ucap Amu menatap diam kearah baksonya. [YN] dan Upi sudah menghabiskan bakso mereka langsung nuangin dari mangkoknya.

"Hobi, biasanya dilakukan, hanya sebagai pelepas penat, atau juga sebagai obat stress."

DEG!

Tubuh ketiganya menegang saat mendengar suara familiar dari balik belakang mereka.

"Sedangkan passion. Adalah penjiwaan dalam suatu bidang."

Bagian keamanan berdiri di belakang mereka sambil memegang bahu Upi da Amu. [YN] yang di tengah-tengah juga bisa merasakan aura-aura hitam menusuk dari belakangnya.

"Jadi, Amu, [YN] dan Upi. Bukankah sekarang masih jam pelajaran?" Tanya Kak Umami menatap mereka secara bergantian ketiganya hanya menunduk dengan keringat membanjiri wajah masing- masing.

"I-Iya kak, kita kira masih istirahat." Jawab Ketiganya kaku.

Bohong, dari awal ketiganya sudah niat untuk bolos.

"Makasih banyak kerja samanya, Teh." - Kak Umami.

"Sama-sama neng Umami." - Teteh.

"Psst, Teteh mengkhianati kita." - Amu.

*Angguk.* - Upi.

"Teteh tega sekali." *imajiner menangis* - [YN].

Seperti biasa, mereka dihukum lagi.

WEE!! x Readers √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang