EPISODE 22

79 2 0
                                    

[AUTHOR POV]

Rumah [YN]

Saat ini [YN] sudah siap untuk berangkat kesekolah, dia memakai pakaian sekolahnya, memakai kerudung, setelah itu memakai sweater coklat miliknya.

Sesaat sebelum ia bergegas berangkat. Ibunya ikut keluar dari rumahnya. "Ayo, ibu yang antar kamu. Ibu juga mau ngomong sesuatu." [YN] terdiam, dia akhirnya mengangguk. "Iya." menyetujui.

Se-masuknya mereka di mobil tidak ada yang membuka suara satu sama lain. Sampai akhirnya [YN] mengalah. "Mau bicara apa bu?" Tanyanya.

"Ibu cuma mau kasih tau kamu kalo ibu memasukkan kamu sebagai pemilik selanjutnya dari rumah sakit ibu." [YN] terkejut. "T-Tapi, kenapa? Ibu, [YN] mau jadi pelukis, [YN] tidak tahu jadi psikolog. [YN] ngga sepintar ibu." Ujarnya.

"Kamu bisa. Kalo ibu bisa kamu juga bisa, kalo kamu ngga bisa kamu harus mencoba. Tolong nak, cuma kamu satu-satunya harapan ibu. Ayah kamu udah lama meninggal masa kamu kayak gini terus?" [YN] menunduk memainkan jari-jarinya.

Sang ibu melirik setelah itu menghelah nafas. "Ibu masih bisa datang buat lihat-lihat saja, tapi tetap kamu yang jadi penerusnya. Ibu ngga ngizinin kamu jadi pelukis, kalo kamu ngebantah, ibu pindahkan sekolah kamu biar kamu ngga ketemu dengan teman-teman kamu itu." ancam nya.

"Iya [YN] setuju jadi psikolog." Ucapnya dengan nada terpaksa.

Ibu tersenyum. "Oh iya, yang di belakang itu siapa?" Tanyanya tiba-tiba.

"Hah?" [YN] menoleh kearah belakang sembari memicingkan matanya.

"Lah Upi!" Ayah [YN] memberhentikan laju mobilnya membuat [YN] langsung keluar dari mobil belari menuju Upi yang lagi duduk di pinggir jalan buat tenangin adiknya.

"UWAAAAA!!!" Tangis Nabila, adik perempuan Upi.

"Kok malah tambah nangis sih?!" Pekik Upi ngga percaya.

"Ya iyalah tambah nangis lu aja ngga tau cara tenanginnya."

"Allahuakbar!" Kaget Upi.

"Ngapain lu kesini?!" Tanya Upi.

"Kagak sengaja lewat, kenapa adikmu?" [YN] ikut menunduk di sebelah Upi.

"Biasa dia kekeuh mau ikut padahal udah ku larang." [YN] meletakkan tangannya di dagu berpikir.

"Oh iya! Cobain apa yang pernah dibilang Toro. Kalo sedih, coba jalan-jalan atau melakukan hal yang menyenangkan." Upi teringat dengan ucapannya itu.

"Oi Nabila." Panggilnya.

"Kalau hari kamu nurut sama kakak. Nanti hari minggu kita jalan-jalan. Gimana? Kak [YN] yang jajanin." Ucap Upi.

Dengan aura bling-bling plus tatapan semangat Nabila mengangguk. "MAWUUU!" Ucapnya.

"Beneran kak?" Tanyanya lagi pada dua orang di depannya.

"Ya enggak lah!" Seru [YN] sambil tertawa keras.

"Ogah banget ngajak kamu jalan-jalan." Lanjut Upi.

"AWKWKWKWKWKWK!!!!" [YN] langsung melompat naik ke motor Upi setelah itu mereka langsung cus ke sekolah sambil ngebut.

"[YN] mana? Kenapa ngga ada?" Tanya ibu [YN] yang sudah tidak mendengar suara toa dari anaknya.

Hening~

"Apa udah sampai di sekolah ya? Naik apa coba? Perasaan tadi saya hantar. Atau kelupaan dirumah? Yaudah deh balik lagi aja."

Broomm~

Berantakan sekaliiii٩(๑꒦ິȏ꒦ິ๑)۶

WEE!! x Readers √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang