Sasuke pernah mendengar hal ini dari seseorang, rumah itu bukan perihal besar atau kecil, bukan perihal mewah atau sederhana, tapi perihal dengan siapa kau tinggal di dalamnya.
SEHARUSNYA Uchiha Sasuke bisa mengulangnya kembali, memberhentikan segalanya tanpa harus melewati sesi sidang perceraiannya itu dengan Uchiha Hinata, istrinya yang sudah tidak berbagi marga yang sama dengannya, yang sudah kembali berganti nama menggunakan nama keluarga semasa kecilnya, menjadi Hyuuga Hinata. Wanita cantik yang mengarungi rumah tangga delapan tahun lamanya dengan Sasuke kini sudah tak lagi ada. Dan entah kelalaian yang bagaimana, yang mungkin fatal tapi baru ia sadari akhir-akhir ini, Sasuke tahu bahwa penyesalan memang datang di akhir. Melihat bagaimana di masa lalu ia mencoba baik-baik saja kendati otaknya entah berada di mana atau kesadarannya yang hilang, sementara Hinata menangis di sampingnya, Sasuke memang selalu begitu, tak memiliki keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya, ia pengecut dan tak melakukan apapun.
Setidaknya jika ada satu kesempatan saat itu, mengulangnya lagi, satu menit saja tak masalah, satu menit cukup untuk memeluk Hinata dan mengatakan bahwa itu semua kesalahannya, bahwa ia tak ingin mereka bercerai, sayangnya tidak mungkin. Dan dari segala ketidakmungkinan yang ada di dunia, memutar waktu adalah satu-satunya hal yang tidak terjadi oleh sebuah keajaiban, kendati hanya satu orang di bumi ini yang memintanya. Bahkan dari banyaknya kesempatan yang datang dan pergi, Sasuke mungkin akan menggagalkan gugatan cerainya dan dari banyak keinginan, Sasuke rasanya tak ingin merasakan perasaan ini lebih lama, sebab ini menyiksanya, melihat Uchiha Kenichi yang berusia lima tahun itu tersenyum padanya, sumringah, tak tahu hal-hal yang telah merenggut bahagianya, tak tahu tentang permasalahan orang dewasa yang tak pernah cukup, Sasuke merasa payah akan semua hal.
"Sampaikan terimakasih pada Papa, sayang?" Hinata menepuk punggung Kenichi yang kecil itu dengan lembut.
Kenichi membungkuk 30 derajat―memberi ojigi pada Sasuke. "Terimakasih Papa." Kenichi yang memiliki pipi gembul itu tersenyum, ia tengah memeluk boneka Iron Man kesukaannya dalam dekapan. "Di mana Papa akan pulang nanti? Rumah apa?" Kenichi bertanya dengan penuh binar-binar dalam matanya, di usianya yang ke lima tahun dan berada di bangku taman kanak-kanak, Kenichi selalu pintar menyampaikan banyak pertanyaannya.
Uchiha Sasuke berjongkok, menyamakan tingginya dengan anak semata wayangnya. "Kalau pekerjaan Papa selesai lebih cepat, Papa akan tidur bersama Kenichi malam ini."
"Benarkah?" Senyumannya yang tak pernah hilang dari wajah mudanya, giginya yang kecil dan putih itu berjejalan lucu, semburat kemerahan di pipinya yang bulat serta sorot matanya yang penuh binar ketulusan, Sasuke selalu menemukan bahwa ia bahagia hanya dengan memandangi putra kecilnya sepanjang hari.
"Tentu."
"Papa inky pomise?" Tawar Kenichi dengan ucapannya yang kurang jelas, memberikan jari kelingkingnya yang kecil, pendek dan gemuk―penuh akan lemak bayi.
"Yes, pinky promise." Sasuke mengaitkan kedua kelingking―miliknya dan sang buah hati, terasa begitu hangat dan otomatis menaikkan kurva tipis di wajahnya.
Kemudian, seorang pelayan muda―Hosho Reiko mengajak masuk Uchiha Kenichi, agar tuan muda kecil itu masuk ke dalam kediaman Hyuuga, meninggalkan Sasuke yang sudah berdiri dengan melambaikan tangannya bersama Hinata yang masih berdiri di halaman.
Sepanjang perjalanan dari Higanbana Kindergarten School menuju ke rumah tadi, sedikitnya atau lebih tepatnya Kenichi sempat bertanya-tanya, ia bingung beberapa hari ini, rumah Kakek terlalu luas, rumah Mama terlalu dingin dan kehadiran Papa yang semakin jarang karena pekerjaan kerap kali membuatnya tak mengerti, tetapi ketika Mama mengatakan bahwa rumah mereka banyak―ada di mana-mana dan Papa menghabiskan banyak waktu di rumah lain untuk memudahkan pekerjaannya, Kenichi tidak masalah, selama Papa diberi kemudahan untuk apapun yang tengah ia kerjakan, Kenichi akan mencoba mengerti dan tak ingin menjadi anak nakal. Apalagi setelah itu Papa dan Mama masih sering mengajaknya pergi bermain atau terkadang jika pekerjaan Papa dan Mama tidak banyak, mereka akan tidur bertiga seperti yang pernah Kenichi ingat di masa lalu.
Sepeninggal Uchiha Kenichi yang telah memasuki Mansion Hyuuga yang luas, Sasuke dan Hinata memiliki waktu untuk mengobrol lebih lama.
"Baiklah, terimakasih telah mengantar Kenichi-kun pulang, Sasuke-san." Hinata membungkukkan badannya 15 derajat, memberi ojigi yaitu kebiasaan orang jepang dalam mengekspresikan rasa berterima kasih, memohon sesuatu, memberi selamat, atau meminta maaf.
Sasuke membalas dengan gerakan yang sama, membungkuk 15 derajat dan hanya mengatakan. "Sudah menjadi kewajibanku, bagaimanapun aku adalah Papa Kenichi." Dan Hinata memberi senyum, rasanya sudah lama sejak perceraian mereka Sasuke melihat senyum tipis Hinata, biasanya wanita itu lebih sering memutus pandangan dan jarang sekali tersenyum di depannya, tapi di masa lalu yang bahagia, Hinata lebih sering tersenyum cerah dan mungkin Sasuke lebih suka dengan hal itu.
Hinata melihat ke jam tangan yang ia gunakan di pergelangannya, Sasuke melihat perubahan itu, tak biasanya mantan istrinya itu suka menggunakan aksesoris. "Kalau begitu aku akan masuk ke dalam, masih jam 10 pagi dan semoga Sasuke-san tidak terlambat untuk ke kantor, silakan kembali melanjutkan pekerjaan yang tertunda." Hinata kembali memberi ojigi. "Aku permisi."
"Tunggu," Sasuke tak sempat menarik lengan Hinata, karena ia tahu hal itu akan tidak disukai oleh mantan istrinya. "Nanti,"
"Nanti?" Hinata berbalik, menatap Sasuke dengan memiringkan kepalanya bingung.
"Kalau pekerjaanku selesai lebih awal," Sasuke meneguk ludahnya kelu, rasanya ia jadi lebih berkeringat karena gugup. "Kenichi, soal tadi, itu―"
"Menginap?" Hinata memotong ucapan Sasuke lebih dahulu.
"Ya, akan aku usahakan untuk menginap."
"Kalau begitu Sasuke-san bisa hubungi Kiba, biar dia yang menyampaikan izinmu pada Kakek Kenichi."
"Apakah kau tidak ingin ke rumah kita? Ah, maksudku, ke rumahmu?" Sasuke mencoba memperbaiki ucapannya, sejak bercerai ia tak mempermasalahkan rumah pernikahan atau hak asuh anak, semuanya ia berikan pada Hinata karena mantan istrinya itu yang memintanya, tapi entah bagaimana akhir-akhir ini Hinata lebih banyak menghabiskan waktunya di Mansion Hyuuga―rumah utama kedua orang tuanya. "Atau pergi ke apartemenku?" Sementara Sasuke mendiami apartemen baru di daerah Tokyo yang dekat dengan perusahaannya, agar memudahkannya untuk bekerja, untuk fokus kembali setelah kehidupannya dilanda kekacauan.
"Aku akan mengikuti di mana Kenichi-kun nanti akan tidur, jadi kau bisa hubungi Kiba." Hinata kini begitu dingin dan asing, sejujurnya Sasuke tak suka perasaan ini kendati semuanya terjadi karena kesalahannya.
"Kenapa aku harus menghubungi mantan istriku atau kabar putraku melalui Personal Assistant?"
Hinata hanya menghela napas, tak ingin berdebat tapi baru-baru ini rasanya semuanya semakin membuatnya lelah, Sasuke selalu begitu, tidak sadar dan seolah-olah semua perlakuan Hinata salah, padahal Hinata tak akan bertindak sejauh ini jika Sasuke tidak membuat kesalahannya sendiri. "Apakah hanya aku yang melakukannya sendiri? Sasuke-san juga melakukannya sejak dulu, bahkan saat kita masih menjadi keluarga, bukankah tindakan Sasuke-san jauh lebih tidak masuk akal?"
Sasuke bisa melihatnya, sekali lagi ia menyakiti Hinatanya. "Maaf." Hanya kalimat itu dan Hinata muak dibuatnya.
Hinata mengabaikan permintaan maaf Sasuke yang rasanya terdengar terus-menerus, dilayangkan dengan mudah karena Sasuke tak tahu letak penyesalannya, tanpa tahu bahwa seharusnya jika maaf itu terucap, selanjutnya harus ada perbaikan yang mengiringi, tapi kesalahannya terlalu banyak, Sasuke terlalu lalai untuk memperbaikinya. "Aku akan melakukan apapun untuk membahagiakan Kenichi-kun, apapun yang terjadi." Hinata menegaskan ucapannya. "Kendati harus menjalani peran orang tua yang utuh di depannya, jadi mohon kerjasamanya, Sasuke-san." Tanpa mendengar jawaban Sasuke selanjutnya, Hinata memberi bisikan kata pamit sekali lagi dan berlalu dari sana.
Sasuke hanya bisa mengepalkan kedua tangannya dan sekali lagi membiarkan Hinata pergi dari pandangannya, rasanya selalu sakit saat melihat punggung kecil itu yang berjalan meninggalkannya, tentu rasanya sungguh menyiksa, berkali-kali lipat lebih terasa, tapi hidup terus berjalan dan ketika Nara Shikamaru―sekretarisnya memanggil untuk mengingatkannya pada meeting siang ini dengan CEO Hue Shiseido Company, Sasuke tak punya pilihan lain selain pergi dari Hyuuga Mansion dan melanjutkan kesibukannya. []
[notes] selamat datang! ini gara-gara drama korea queen of tears aku tertarik buat cerita tentang pernikahan dan perceraian, tapi tenang ini bakalan beda kok! biasa authornya fomo banget jadi mau ikut keseruan yang lagi viral, semoga kalian suka dan berikan pendapat di komentar ya! have a nice day minna!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Broken Rings [On-hold]
RomansaDi ruang persidangan yang dingin, raga Hinata lemah sama halnya dengan jiwanya yang mati, ia tak pernah menyangka bahwa Sasuke akan menceraikannya. Di sini awal dari pernikahannya yang hancur dan mungkin itu yang terbaik, sebab Hinata tak lagi sangg...