It was really painful at the moment you left me and maybe some day, one day, I will stop falling in love with you, untill I do, I'll be thinking of you, let you break my heart again.
DULU mungkin apa yang Hinata lakukan salah, dulu ia terlalu lemah dan rasanya tidak benar. Bagaimana ia yang tidak memperhatikan dirinya sendiri dan bagaimana tindakannya yang mengutamakan orang lain. Hinata memang selalu begitu, mengesampingkan dirinya sendiri dan terlalu mengurusi bagaimana Sasuke yang harusnya bertanggung jawab atas keputusan sepihaknya itu. Tapi Hinata abai, ia terlalu memikirkan orang lain, dengan percaya dirinya melindungi perasaan Sasuke dan mengorbankan perasaannya sendiri. Padahal, konsep dari makna melindungi saja Hinata tak mengerti apa maksudnya. Jika benar Hinata memahami, tentu Hinata akan bersikap melindungi dirinya terlebih dulu baru kemudian ia dapat melindungi orang lain, yaitu suaminya Sasuke.
Memprioritaskan diri sendiri bukanlah sebuah bentuk dari keegoisan, memangnya apa yang lebih mudah dipercaya untuk tak pergi meninggalkan jika bukan diri sendiri yang melakukannya? Hinata telat menyadarinya, memangnya kalau bukan kita yang mengasihi diri kita sendiri. Lalu, siapa lagi yang akan melakukannya?
Bahkan manusia tak boleh menggantungkan hidup pada kehidupan yang lain, pada orang lain dan mengabaikan diri sendiri. Ungkapan usang mengatakan jika pihak yang paling mencintai akan selalu kalah, dan itu terjadi padanya, semua itu nyata adanya, dan Hinata membuktikannya. Ini bukan sebuah ajang kejuaraan yang memiliki menang dan kalah. Bukan, tetapi Hinata mengaku dirinya kalah dan tak memenangkan hak atas dirinya sendiri, apakah ia bodoh? Tidak juga, Hinata hanya memutuskan untuk menjalani takdir hidupnya seperti jalan yang ia pijak ini.
Mencintai terlalu banyak seharusnya tak akan mendapatkan sakit yang tak terhingga seperti ini, bukan?
"Boleh kulihat lukamu, Sasuke-san?" Tanya Hinata lembut, kendati mereka tengah mendiskusikan tentang perceraian, tentu ia tidak bisa abai, mata dan hatinya bersatu selaras. "Aku obati ya?" Sasuke masih diam, sedari tadi hanya diam, tatapan matanya masih kosong, tetapi ia membiarkan Hinata menyentuh wajahnya, lalu mengobatinya tanpa banyak kata. Tangan Hinata bergerak tanpa ia sadari mengusap pelan rambut Sasuke, kemudian merapikan anak-anak rambut Sasuke yang melekat karena peluh yang membasahi.
Wajahnya pun tak menunjukkan ekspresi apa-apa, Hinata hanya dapat mengerti dengan mencoba memahami sorotan mata Sasuke, mencoba berkomunikasi pada sesuatu yang semu dan tak kasat mata.
"Kau kenapa datang dengan luka seperti ini?" Hinata hanya menatapnya sendu, kendati ia tahu bahwa mungkin Neji atau Naruto yang telah mewakilinya untuk menghajar Sasuke atau bahkan pacar Ino yaitu Sai. "Sasuke-san, harusnya kau datang dengan keyakinan dan keberanian yang sama dengan gugatan ceraimu beberapa waktu lalu." Dengan suara yang bergetar menahan tangis, kalimat itu berhasil terucap dari belah bibir Hinata yang mungkin biasanya selalu diam, kendati pedas dan merasa tidak tega pada Sasuke, namun dian-diam ia menuntut untuk dianggap ada.
Tangannya bergerak tiada henti memberikan afeksi pada Sasuke, menyeka peluh dan keringat yang membasahi kening, hidung dan lehernya. Hyuuga Hinata selalu telaten melakukannya, sedikit meringis saat berikan obat merah pada luka suaminya dan juga plester di sana, tapi bagaimanapun usahanya dalam bernegosiasi, Sasuke tetap diam. Rasanya ini bukanlah sebuah percakapan, sebab hanya terjadi dari pihak Hinata.
"Kau masih ingin diam dan tidak menjawabku, Sasuke-san?" Getir suara Hinata semakin membuat kerongkongannya tercekat.
Ingin hati mengalihkan pandangan matanya yang terus merekam memori di otaknya atas keadaan tidak baik yang dialami oleh Sasuke. Tetapi, matanya enggan, mata Hinata enggan berpaling dari memandang Sasuke dan semakin lama, semakin buat hatinya sesak. "Ada apa denganmu? Apa yang harus kulakukan sekarang, hm?" Hinata benar-benar menyerah, ia tak pandai ambil keputusan sendirian, tapi sepertinya Sasuke juga tak ingin mempertahakannya. "Kau bisa memberitahuku, Sasuke-san." Hinata merasakan matanya semakin panas. "Jangan diam saja, aku tidak suka banyak pertanyaan, kau kan tahu itu?" Isak tangis Hinata akhirnya lolos keluar dari bibirnya, pandangan matanya mengabur karena genangan air yang semula kedatangannya tidak banyak, kini sudah sepenuhnya membanjiri pipinya, terasa begitu basah dan lengket.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Broken Rings [On-hold]
RomansaDi ruang persidangan yang dingin, raga Hinata lemah sama halnya dengan jiwanya yang mati, ia tak pernah menyangka bahwa Sasuke akan menceraikannya. Di sini awal dari pernikahannya yang hancur dan mungkin itu yang terbaik, sebab Hinata tak lagi sangg...