08

823 86 2
                                    

Sepasang mata cantik yang terlihat bengkak itu terbuka. Mengerjap pelan menatap langit-langit ruangan dengan tatapan sayu. Wajahnya sembab dan kepalanya pening.

Cairan bening kembali menetes dari ekor mata Jimin. Memejamkan mata sejenak kemudian membukanya untuk sedikit menetralkan rasa sakitnya.

"Hei, kau sudah sadar?" Ucap Yoongi yang sedari tadi menatap Jimin dengan raut khawatir.

Sejak si manis itu jatuh pingsan di ruang rawat Nyonya Park dan dibawa kembali ke ruangan ini, dia hanya duduk diam di kursi sisi ranjang sembari menatap wajah manis Jimin tanpa ingin beranjak sedikitpun.

"Yoongi?" Lirih Jimin saat menolehkan kepala setelah mendengar suara berat suaminya.

"Ya ini aku!"

"Hikss.. Yoongi.." Tangisan Jimin tiba-tiba pecah membuat Yoongi berdiri dari duduknya dan merengkuh tubuh mungil yang tengah rapuh itu.

"Ssttt.. Tenang ya?"

"Yoongi, aku bermimpi buruk! Dalam mimpiku Eomma pergi.. Hikss.. Aku takut itu benar terjadi.." Jimin semakin mengeratkan pelukan pada sang suami, menumpahkan rasa sakit yang mendadak muncul di hatinya.

Si manis sendiri bingung, mengapa mimpi buruknya ini terasa nyata hingga dia merasakan sakitnya?

Sedangkan Yoongi, pria pucat itu hanya bisa terdiam dan membalas pelukan Jimin tidak kalah erat. Dia sendiri juga bingung ingin bereaksi seperti apa. Tidak ingin membuat pria yang berhasil mencuri hampir seluruh hatinya itu terluka karena kebiasaannya yang tidak dapat menyaring kata. Jadi lebih baik dia memilih diam tanpa mengatakan apapun.

"Yoongi, Eomma baik-baik saja kan? Eomma pasti sembuh kan?"

"Lebih baik kau istirahat ya? Kau masih lemah."

"Tapi Eomma__" Ucapan Jimin terpotong saat pintu ruangan yang tiba-tiba terbuka.

Cklek

"Yoongi, kata dokter jasad Nyonya Park__ Jimin? Kau sudah sadar?"

Jimin langsung melepaskan pelukan mereka dan beralih menatap Chaerin begitu mendengar kalimat sang mertua. "Maksud Eomma apa? Jasad Nyonya Park apa?"

"Emm..."

"Eomma baik-baik saja kan?" Cecar Jimin. Chaerin yang kesulitan menemukan kata-kata untuk menjelaskan pada menantu kesayangannya hanya melirik sang putra meminta bantuan.

"Eomma jawab!"

"Jimin, sebenarnya kau tadi tidak bermimpi! Tapi memang benar bahwa Eomma Park.. Emm... Sudah tiada." Yoongi harap penjelasannya ini tidak menambah luka di hati suami manisnya.

Mendengarnya Jimin menggeleng ribut. Tetesan air mata semakin deras membasahi pipinya. "Tidak! Tidak mungkin. Eomma.. Hikss.. Tidak mungkin Eomma pergi.."

Min Chaerin berjalan mendekat dan langsung memeluk Jimin. Mengusap punggung sempit menantunya berharap memberikan kehangatan dan ketenangan.

"Tidak mungkin Eomma Jimin pergi kan, Eomma? Hikss.. Eomma sama Yoongi pasti bohong kan?"

"Tenang Jimin.. Relakan ibumu!"

"Tidak.. Hikss.. Eomma.. Hikss.. EOMMA!! Hikss hikss.."

•••

Keesokan harinya di rumah duka sudah banyak orang yang datang termasuk kolega-kolega bisnis Yoongi yang turut berbelasungkawa.

Di sudut sebuah ruangan, Jimin memeluk lututnya sembari menatap kosong pada peti yang berisi jasad sang ibu. Sejak kemarin pria manis itu hanya diam. Tidak ada suara yang keluar dari bibirnya selain isakkan.

Kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang