Al-Hubb-02

29 2 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Selamat Membaca
.
.
.

"haduh dimana sih satunya!" Pasrah Haya ketika mencari salah satu sendalnya yang hilang.

Seperti biasanya, Haya menunaikan sholat Maghrib di masjid yang kebetulan dekat rumahnya. Haya sangat suka melakukan sholat berjamaah, selain merasa nyaman dan lebih khusyuk. Sholat berjamaah memiliki pahala yang lebih besar. Namun sayang ketika hendak kembali ke rumah, salah satu sendalnya hilang entah kemana.

Haya tidak heran lagi, ini pasti ulang bocil-bocip Shaft belakang yang selalu banyak tingkah. Tak ingin bersuudzon, Haya mencari sendalnya namun sampai sekarang tak kunjung dia dapatkan.

"Ya Rabb. Sesungguhnya hamba tidak memiliki sandal lain selain sandal ini. Karena semuanya ada di rumah Tsabita. Maka pertemukan hamba dengan sandal hamba" gerutu Haya tanpa sadar sambil mencari sandalnya di halaman masjid yang luas.

Tanpa sadar semua perkataan Haya tidak sengaja terdengar oleh Gus Zain, yang juga menjadi makmum masjid tersebut.

"Ekhmm!"

"Astaghfirullah!" Ucap Haya terkejut mendengarnya.

Gus Zain hanya tersenyum singkat melihat ekspresi wajah Haya yang terkejut karena dirinya. Sangat lucu menurut nya.

"Eh-mas yang tadi ya. Maksud saya Gus Zain iya" kata Haya gugup.

"Cari sendal?" Tanya Gus Zain dengan sebelah matanya melirik sandal warna hitam yang berada di tangan gadis itu.

"Iya" balas Haya seraya menunduk.

'bantu kek' batin Haya letih

"Pakai sendal saya aja"

Gus Zain melepas alas kakinya dan memberikan itu kepada Haya. Langsung saja Haya menolak pemberian Gus Zain dengan halus karena merasa tidak enak. Bukanya membantu mencari malah langsung memberikan sandalnya, jelas membuat Haya merasa tidak enak. Apalagi di depannya ini bukan orang sembarang. Seorang Gus, yang Haya tahu juga seorang hafidz, sedangkan dirinya hanya manusia biasa dengan iman yang masih naik turun.

"Jangan menolak, saya tidak bisa melihat perempuan kesusahan" kata Gus Zain dan meletakkan sandalnya tepat di depan kaki Haya.

Dengan terpaksa Haya memakai sandal Gus Zain dan mengucapkan beribu terimakasih kepada Gus Zain sebelum meninggalkan halaman masjid.
Perbuatan Gus Zain kepada Haya dan interaksi keduanya tak luput dari pandangan Abah dan Kyai Ihsan yang berdiri tak jauh dari mereka. Kyai Ihsan tersenyum bangga melihat putra sulungnya yang sangat memuliakan seorang perempuan. Bahkan ketika berinteraksi dengan Haya tadi, Gus Zain selalu menunduk untuk menjaga kehormatan Haya.
Kyai Ihsan memberikan kode kepada Abah melalui tatapannya. Abah yang memang sudah dekat dengan kyai Ihsan hanya mengangguk. Dia sangat tahu maksud tatapan dari mantan muridnya ini.

"Aku akan berbicara dengan menantuku. Dan aku yakin menantuku tidak akan menolaknya" kata Abah yang diikuti gelak tawa mereka berdua.

🦋🌻🦋🌻🦋🌻🦋🌻🦋🌻🦋

Pukul 10 malam, Gus Zain, Kyai Ihsan dan Ummi Hafsah baru saja tiba dikediaman mereka yaitu ponpes El-emran. Gus Zain ingin langsung membersihkan dirinya dan beristirahat karena perjalanan jauh yang membuatnya sangat lelah. Namun panggilan dari Abinya membuat Gus Zain mengurungkan niatnya.

"Abi ingin mengatakan sesuatu sama kamu" kata Abi sambil menyesap kopi buatan ummi Hafsah. Ummi Hafsah juga ikut berada disana menemani sang suami sekaligus putranya.

Al-Hubb (al-hubb al-kasbi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang