All-Hubb 10

19 0 0
                                    

🌼 Happy Reading 🌼
.
.
.
.
.

Adzan maghib telah berkumandang, Haya segera mengambil wudhu di kamar mandi. Haya menyisir rambutnya dan hendak menguncirnya, namun ada tangan lain yang menghalangi aktivitasnya. Haya sontak menjauhkan tangan tersebut karena reflek terkejut.

"Kenapa?" tanya Gus Zain yang melihat Haya dari pantulan kaca.

"Maaf Gus saya kira siapa?" jawab Haya seraya menunduk.

"Cantiknya istri saya" Haya mendongakkan kepalanya melihat pantulan diri mereka di cermin.

Gus Zain terlihat menyisir rambut hitam kecoklatan milik Haya. Haya sangat malu mendengar hal itu, namun terbesit rasa senang ketika Gus Zain memujinya. Iya, selama 1 bulan pernikahan mereka ini adalah pertama kalinya Gus Zain melihat Haya tanpa hijab. Biasanya Haya akan memakai hijab instan atau sekedar ciput saja. Bahkan ketika tidur Haya juga memakainya. Gus Zain tidak masalah dengan hal itu. Dia juga tidak pernah meminta Haya untuk melepas hijabnya ketika mereka berdua saja. Karena Gus Zain tahu tidak mudah melepaskan sesuatu yang telah kita jaga. Haya juga membutuhkan waktu untuk beradaptasi.

"Mana kuncirnya" Haya memberikan kuncir hitamnya kepada Gus Zain. Dengan telaten Gus Zain menguncir kuda rambutnya.

"Makasih Gus" Gus Zain tersenyum hangat.

"Dijaga yah, jangan biarkan orang lain melihtnya selain saya" ucap Gus Zain sambil menatap Haya dari pantulan cermin dihadapan mereka.

Cup

Gus Zain mencium ubun ubun Haya yang membuat Haya mematung.

"Saya suka aroma rambut kamu" bisik Gus Zain membuat darah Haya berdesir hebat.

Gus Zain tersenyum melihat perubahan ekspresi Haya. Dia juga bisa melihat rona merah di kedua pipi putih istrinya. Gus Zain kemudian menuju ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Haya memegang kedua pipinya yang memanas dan menetralkan detak jantungnya yang sudah berdisko.

"AAAA gus Zainnn! Aku baper lohh!" salting Haya namun dengan suara yang terpaksa dia pelankan agar tidak terdengar suaminya.
Setelah dirasa tubuhnya kembali normal, Haya menyiapkan baju untuk suaminya dan mukenah untuk dirinya. Setelahnya terlihat Gus Zain keluar dari kamar mandi.

"berangkat sama saya ya" pinta Gus Zain

"tapi Gus saya sudah ditunggu Ummi sama mbak mika" Gus Zain menghembuskan napasnya Gusar.

Padahal salah satu impiannya adalah berangkat dan pulang sholat jamaah dari masjid bersama istrinya. Namun selalu saja umminya mencuri start duluan.

"Saya berangkat dulu ya Gus" pamit Haya, namun baru saja dia melangkah Gus Zain memanggilnya.

Tanpa aba aba Gus Zain sedikit menaikkan mukenah bagian bawah kepala Haya. Haya sedikit memundurkan badannya agar Gus Zain tidak menyentuh kulitnya yang membuat wudhu mereka bisa batal.

"dagu bagian bawah jangan sampai kelihatan. Aurot haya" Kata Gus Zain mengingatkan.

"Berangkat sama saya aja ya" ulang Gus Zain

"Tapi Gus Um-

"Sepertinya saya terpaksa melakukan ini" tepat setelah mengatakan hal itu Gus Zain mencium kening Haya yang membuat Haya membulatkan mata sempurna.

"GUSS ZAINN!" sentak Haya dan langsung menutup mulutnya. Haya tidak bermaksud untuk membentak suaminya, namun Haya terkejut ditambah lagi keduanya sudah bersuci.

"Maaf Haya saya hanya ingin berangkat bersama kamu" bukanya marah karena disentak namun Gus Zain justru meminta maaf karena membuat Haya harus berwudhu kembali. Begitu juga dengan dirinya sendiri.

"Gus tapi ini gak lucu loh! Kalau kita telat gimana. Ummi sama mbak Mika pasti udah nungguin aku dari tadi!"

Haya melepas Mukenahnya dan melemparnya ke kasur dengan kesal. Gus Zain terkekeh melihat wajah kesal Haya

Tok tok!

"Haya, Zain buruan nak!" terdengar suara perempuan di luar sana.

Gus Zain yang tau pemilik suara itu pun lantas membuka pintu kamarnya, dan nampaklah Ummi Hafsah yang sudah memakai mukenahnya.

"Mana Haya, kamu juga kok belum siap?" tanya Ummi Hafsah sambil melirik kedalam kamar.

"ada kok Ummi, sebentar lagi juga siap" jawab Gus Zain dengan tersenyum kaku.

Gus Zain juga menghalangi pandangan Umminya ke dalam kamarnya. Jangan sampai Haya melihatnya dan mengadu ke Umminya.

"kamu gak ngapa ngapain menantu ummi kan" tanya ummi Hafsah selidik

"enggak kok ummi"

"lagian kalau ngapa ngapain juga ummi juga seneng. Bakal dapat cucu lagi" ceplos Gus Zain.

Ummi hafsah menyipitkan matanya "belajar ngomong gitu dari mana kamu?" Heran ummi hafsah

"dari abi" kata Gus Zain bercanda

"Akkh ummi"

"Rasain, udah buruan ke bawah!" Kata ummi setelah memberikan cubitan kecil Di perut Gus Zain.

"Nanti Zain nyusul sama Haya. Ummi duluan saja" Gus Zain mengedipkan sebelah matanya guna memberikan kode kepada umminya. Ummi hafsah hanya menggelengkan kepalanya pusing. Tidak Zain tidak Zean sama saja.

"Terserah kamu Ummi pusing liatnya" Ummi Hafsah meninggalkan Zain yang kegirangan di pinggir pintu.

To be continue
.
.
.
.
.

Dikit banget ya? 😔

But, semoga suka sama ceritanya

Oh iya jangan lupa follow dan kasih Bintang banyak-banyak 🤩🤩

HARI ini enaknya update lagi ga ya?

buat more information, kalian bisa ikutin Instagram @storylisass 😍

Thank you

See ya next chapter 🤜🤛

Al-Hubb (al-hubb al-kasbi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang