🌼 Happy Reading 🌼
.
.
.
.
.Gus Zain bingung dengan sifat Haya yang terus saja menghindarinya. Semenjak kejadian sarapan tadi Haya lebih banyak diam. Bahkan Haya juga melaukan sholat dhuhur dan ashar sendirian tanpa menunggu Gus Zain. Hingga sore ini Haya belum juga kembali dari rumah.
Gus Zain sengaja mengajak Haya pulang lebih awal dari yang mereka rencanakan. Gus Zain sengaja berbohong pada keluarganya jika ada masalah di perusahaanya dan harus kembali pulang. Gus Zain hanya tidak ingin suasana kembali canggung antara Haya, ibunya, dan mika. Gus Zain juga meyakinkan umminya jika Haya baik-baik saja begitu juga dengan hubungannya. Haya memang bersikap biasa saja dengan ummi dan mbak mika. Bahkan seoalah terlihat tidak terjadi apa-apa. Namun setiap kali berpapasan dengan dirinya, haya selalu saja menghindar.
"Kamu dimana Haya?" monolog Gus Zain ketika berulang kali panggilan telefonnya diabaikan oleh Haya.
Sore tadi setelah sholat ashar, Haya meminta izin kepada Gus Zain untuk keluar bersama Tsabita. Gus Zain memberikannya izin mengingat suasana hati Haya yang sedikit memburuk. Gus Zain pikir dengan bertemu sahabatnya, suasana hati Haya akan sedikit membaik. Namun sampai saat ini, jarum jam sudah menunjukkan pukul 18.05 namun Haya belum juga kembali ke rumah.
Gus Zain memutuskan untuk memasak makan malam untuk dirinya dan juga Haya. Kalau Haya pulang. Gus Zain mengolah ayam dan ikan yang kebetulan masih tersedia di lemari pendingin. Gus Zain juga mengambil alpukat dan jambu untuk dibuat jus buah. Jus alpukat untuk dirinya dan jus jambu untuk Haya. Setelah selesai Gus Zain segera menyajikannya di meja makan. Bertepatan dengan hal itu Haya kembali dengan beberapa bungkus makanan di tanganya.
"Astagfirullah Haya kamu dari mana saja. Saya khawatir kamu kenapa napa" Gus Zain melihat Haya dari atas ke bawah. Kemudian Gus Zain merengkuh tubuh yang lebih kecil dari tubuhnya.
"emm Gus engap" kata Haya
"Maaf. Kenapa baru pulang, terus itu?" tanya Gus Zain sambil melihat bungkus plastik di tangan Haya.
Haya meletakkan bungkus tersebut di meja makan. Dia mengeluarkan berbagai macam makanan mulai dari gorengan, martabak manis, salad buah hingga kurma ajwa kesukaan Gus Zain.
"Buat siapa?"
"kita"
"yakin kamu makan sebanyak itu"
Haya mengangguk ragu "ya kan ada Gus"
Gus Zain tersenyum dan mengusap puncak kepala istrinya "Lain kali jangan seperti ini ya, mubazir kalau gak habis"
"maaf gus" Gus Zain mengangguk dan menata makanan makanan tersebut di atas meja dibantu dengan Haya.
Karena banyak makanan yang tersaji kali ini Gus Zain juga mengajak Pak Dadang dan Bi Ami untuk makan malam bersama mereka. Awalnya Pak Dadang dan Bi Ami menolak, namun karena paksaan dari Gus Zain akhirnya suami istri itupun menyetujuinya.
Setelah makan Malam, Gus Zain melihat Haya yang sedang membaca al quran di ruang tengah. Sesekali juga mata indahnya itu terpejam dengan gestur tubuh seperti orang menghafal. Gus Zain tersenyum senang melihatnya. Dia bahkan terekekeh ketika wajah istrinya cemberut. Mungkin Haya lupa dengan bacaanya, sehingga membuatnya mengulang kembali. Namun tidak lama itu tatapan Gus Zain berubah menjadi sendu. Dia mengiat kejadian sarapan tadi pagi yang menjadi alasan Haya menjaga jarak darinya. Bagaimana dirinya mau menjelaskan jika Haya saja selalu membuat jarak diantara mereka
KAMU SEDANG MEMBACA
Al-Hubb (al-hubb al-kasbi)
SpiritualSebuah kisah tentang Birendra Zain Zivan El-emran seorang pemuda berusia 28 tahun, yang akrab dipanggil Zain. Zain adalah seorang putra kyai sekaligus hafidz dari pondok pesantren Abinya. Paham agama, tampan, mapan, Gus adalah deretan yang tersemat...