🌼 HAPPY READING 🌼
.
.
.
.
.Jarum jam menunjukkan pukul 07.00 tepat. Haya, Ummi Hafsah, dan mbak Mika baru saja selesai memasak makanan untuk sarapan mereka. Sarapan Kali ini mereka memasak menu favorit suami masing- masing. Haya memasak opor ayam, Ummi Hafsah dengan telur baladonya, dan mbak Mika dengan tumis kangkungnya.
"Nduk buruan panggil suamimu, keburu dinging nanti" bukan Ummi melainkan Abi yang baru saja datang dan mengambil tempat duduk di meja makan. Haya dan Mbak Mika segera menuju ke kamar mereka masing masing.
Haya membuka pintu kamarnya dan langsung disambut dengan lantunan ayat suci yang memenuhi telinganya. Pemilik suara itu tak lain adalah suaminya, Birendra Zain Zivan El emran. Gus Zain sudah bangun sejak pukul 2 tadi untuk sholat tahajjud bersama dengan Haya. Selepasnya Gus Zain memutuskan untuk murojooh hafalannya, sedangkan Haya mulai menghafal ayat awal surat al-baqarah dan menyetorkannya pada gus Zain. Dengan senang hati Gus Zain menyimaknya dan membenarkan bacaan tadjwidnya. Aktifitas tersebut berlanjut hingga subuh datang, dan sampai sekarang pun Gus Zain masih melafalkan ayat ayat suci itu.
"Shadaqallahuladzim" Gus Zain menutup musaf suci Al Quran dan menciumnya.
Gus Zain menyerongkan badannya guna menatap ke arah Haya. Haya yang masih berdiri di ambang pintupun tersenyum. Dia sengaja berdiri di sana karena ingin mendengar bacaan Al Quran Gus Zain.
"Kemarilah" Gus Zain menepuk lantai yang berbalut karpet berbulu di sampingnya.
"Kenapa gak panggil tadi?" tanya Gus Zain yang sudah menyadari keberadaan istrinya sejak Haya membuka pintu.
"Sengaja"
"Eh?" Haya menutup mulutnya membuat Gus Zain gemas sendiri. Selalu saja Haya terhipnotis dengan wajah dan kata kata Gus Zain.
"Sengaja apa hm?" goda Gus Zain
"ya sengaja" Jawab Haya dengan wajah bingung.
"Saya gak tahu kalau kamu gak bilang Haya"
"iya-iya, saya ingin dengerin suara Gus. Masa gitu aja gak ngerti sih! Dasar gak peka" kesal Haya yang justru membuat Gus Zain tertawa."kamu ingin denger lagi hm?" tanya Gus Zain.
"Iya tapi gak sekarang. Kita sarapan dulu Gus" ajak Haya yang sudah berdiri dan menarik tangan Gus Zain.
Di ruang keluarga yang terhubung langsung dengan meja makan, sudah terdapat 2 pasangan berbeda generasi. Abi dengan Ummi, Gus Zean dengan Mbak Mika dan kini Gus Zain dan Haya juga ikut bergabung. Tak lupa dengan keberadaan Gus kecil yang duduk di meja khususnya. Lengkap sudah keluarga kecil El emran.
Suasana hangat keluarga ini dapat Haya rasakan. Dia juga baru menyadari jika sifat Gus Zain dan Gus Zean sangat berbanding terbalik. Gus Zean lebih periang, ramah, humoris, royal dan lebih banyak bicara dibandingkan Gus Zain. Bahkan suasana sarapan kali ini dipenuhi dengan lelucon Gus Zean yang ditanggapi oleh Abi. Sedangkan suaminya itu lebih banyak diam menikmati sarapannya.
"Mas diam mulu. Enak gak makanannya?" tanya Ummi melihat putra sulungnya yang diam saja.
"Enak Ummi. Ummi yang buat?" tanya Gus Zain. Haya yang awalnya tersenyum kini diam.
"Kok Ummi. Orang istrimu yang masakin" Gus Zain melihat Haya di sampingnya. Wanita itu tersenyum tipis yang membuat hati Gus Zain terselimuti rasa bersalah.
"Gus mau nambah?" tanya Haya yang dijawab gelengan oleh Gus Zain.
"Maaf saya tidak tahu, makasih sudah memasak untuk saya" haya tersenyum hangat, walaupun ada rasa kecewa yang terbesit kini lenyap kala melihat tatapan tulus Gus Zain.
"Masakan ini semua yang masak menantu Ummi. Gimana enak kan?"
"Kamu masak ini yang?" tanya Gus Zean.
"Iya mas""Tumben. Biasanya aja pakai bilang kangkungnya habis mas; tadi di pasar tinggal seikat takut gak fresh;besok aja ya mas" kata Gus Zean menirukan perkataan istrinya. Bahkan Gus Zean sangat fasih melafalkannya.
"kamu ini" Mbak Mika mencubit lengan suaminya pelan, namun bukan Gus Zean jika tidak mendramatiskannya.
"Aduhh KDRT ini sayang. Ummi liat mantu Ummi" adu Gus Zean.
"kenapa menantu Ummi? kamu diapaain sama Zean nak?" Bukanya membela putranya, Ummi hafsah justru membela Mbak Mika yang tersenyum mengejek.
"Bi, kenapa dulu Abi ngizinin Zean mengkhitbah Mika sih Bi. Nih liat kelakuan nya" adu Gus Zean kepada Abinya.
"dih! Dulu siapa yang nangis nangis ke Abi"
Gus Zean mengerucutkan bibirnya kesal ketika Abinya membongkar kartu As nya. Suara gelak tawa mendominasi meja makan. Begitu juga dengan Gus Zean yang juga ikut tertawa.
"Ummi masih ingat waktu kamu memukul masmu. Karena Zain lebih dulu mengkhitbah Mika"
Deg
Mengkhitbah?
Mbak Mika?
Lirih Haya yang hanya didengar oleh Gus Zain. Haya menatap Gus Zain yang juga menatapnya. Tatapannya sendu, dengan mata sedikit berair ditambah gemuruh rasa cemburu dan sesak di hatinya.
"Maksud ummi Gus?"
Semua pasang mata disana mengarah ke arah Gus Zain Dan Haya. Dengan lembut, Gus Zain mengusap pelan telapak tangan istrinya.
"Makan dulu yah, nanti saya jelaskan"
To be Continue
.
.
.
.
.Hayo hayo gimana maksud nya?😭
Jadi dulu Gus Zain sama Ning Mika nih? 😭
Halo man-teman maaf banget ya, Kali ini dikit bgt upnya 😭🙏🏻
Tapi - tapi semoga kalian suka
Kasih vote Banyak Banyak jangan lupa⭐⭐⭐⭐⭐
See you 👋🏻👋🏻
Eitss bentar ada pesan dari Gus Zain
"Jangan suudzon" - Zain
Gimana gak suudzon gus 😭 - author
KAMU SEDANG MEMBACA
Al-Hubb (al-hubb al-kasbi)
SpiritualSebuah kisah tentang Birendra Zain Zivan El-emran seorang pemuda berusia 28 tahun, yang akrab dipanggil Zain. Zain adalah seorang putra kyai sekaligus hafidz dari pondok pesantren Abinya. Paham agama, tampan, mapan, Gus adalah deretan yang tersemat...