"terimakasih untuk semuanya Humaira"
Muhammad Rasya Al-Hasan
.
.
.
.
.
.
.Seminggu kemudian..
Nisa sedang berada di kamar sedangkan Gus Rasya Masi berada di masjid untuk shalat isya berjamaah. Nisa masjid merenungi apa yang di ucapkan oleh Salma kemarin.
"Bagaimana ini ?"
"Masa Nisa yang minta duluan"
"Tapi nanti Nisa berdosa kalau gk ngasi hak Gus Rasya"
(Batin Nisa)
Pintu kamar pun terbuka dan menampilkan Gus Rasya
"Assalamualaikum Humaira" salam Gus Rasya
"Wa'alaikumsallam mas" ucap Nisa sambil menghampiri Gus Rasya untuk mencium tangan nya dan di balas ciuman di kening Nisa
"Kok melamun ?" Tanya Gus Rasya
"Gak papa mas"
"M-mas, Nisa bersedia untuk memberikan hak mas Rasya" ucap Nisa menahan malu
Gus Rasya yang mendengar itu pun menelan Saliva nya susah payah
"Kamu gk lagi sakit kan"ucap Gus Rasya sambil memegang kening Nisa
"Mas beneran Nisa gk sakit kok"
"Mas gk maksa kamu sayang, kalau kamu belum siap mas Masi bisa tahan"
"Nisa u-uda siap kok"
"Kamu beneran?"
"Iyh inn Shaa Allah Nisa ikhlas lilahi ta'ala"
"Yauda kita ambil wudhu dulu yah"
"Kamu Uda tau doa nya ?"
Nisa pun menggelengkan kepalanya nya
"Yauda ikut mas yah"
"Allâhumma jannibnis syaithâna"
"Allâhumma jannibnis syaithâna"
" wa jannibis syaithâna mâ razaqtanî"
" wa jannibis syaithâna mâ razaqtanî."
( Artinya: "Dengan nama Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Tuhanku, jadikanlah ia keturunan yang baik bila Kau takdirkan ia keluar dari tulang punggungku.)
Lalu Gus Rasya mencium kening Nisa
"Makasih Humaira untuk semua nya"
(Biarkan hanya mereka dan Allah saja yang tau)
Keesokan hari nya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengorbanan Cinta Annisa
Teen FictionDunia semua orang itu berbeda. Menjadikan tulisan sebagai dunia nya adalah definisi penulis. Bukan tidak punya dunia di dalam kenyataan n hanya saja dunia nyata itu banyak menorehkan luka dan kecewa. Bukan maksud menyalah takdir tapi, itulah dunia...