"Pada akhirnya semua terasa indah, setelah semua rasa sakit yang telah di rasa"
-Annisa Aqilah Ar-Rahman-
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Kini jam menunjukkan pukul 12 malam, perlahan lahan Nisa membuka matanya karena rasa mual yang dia rasa. Nisa pun berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan cairan bening .
Huek Huek Huek..
Samar samar gus Rasya mendengar Nisa yang sedang muntah pun langsung terbangun dari tidur nya dan langsung menghampiri Nisa ke dalam kamar mandi. Gus Rasya pun memijat tengkuk leher Nisa
"Uda enakan?" Tanya Gus Rasya
Belum sempat menjawab pertanyaan dari suami nya, lagi lagi Nisa memuntahkan cairan bening.
Setelah beberapa menit akhir nya Nisa pun sudah tidak muntah lagi, tubuh Nisa terasa lemas bahkan jalan saja sudah tidak sanggup. Gus Rasya pun dengan sigap mengendong Nisa seperti anak kecil, dan membaringkan tubuh Nisa ke kasur
"Kita ke rumah sakit yah "bujuk Gus Rasya
"En-ngak mas, Nisa gk pp kok cuman masuk angin biasa ajah"tolak Nisa
"Qila jangan egois yh nanti kalau terjadi apa-apa dengan kamu bagaimana"
Nisa pun Masi terdiam
"Sayang, kita ke rumah sakit yuk"
Nisa pun akhirnya pasrah dan mengikuti kemauan suami nya untuk pergi ke rumah sakit.
"Yauda tapi ... Nisa takut" cicit Nisa
"Ada mas sayang, jangan takut yah. Mas bakal temenin kamu kok"
Mereka pun memutuskan pergi ke rumah sakit pada malam itu juga, mereka pun izin kepada bunda Aisyah dan Ayah Tsaqib takut mereka akan mencari nya.
"Sayang kamu gk PP kan"tanya bunda Aisyah
"Nisa Uda gk pp kok Bun" balas Nisa
"Yauda hati hati yah, ini Uda tengah malam"pesan ayah Tsaqib
Mereka pun mencium tangan bunda Aisyah dan Ayah Tsaqib.
Mobil Nisa dan Gus Rasya berhenti di halaman rumah sakit yang buka 24 jam.
Mereka pun memasuki ruang dokter yang sudah di beritahu oleh perawat di sana.Jujur Nisa saat ini sangat takut, bahkan tangannya bergetar Gus Rasya yang mengetahui istrinya sedang ketakutan langsung menggenggam tangan mungil istri nya.
"Mas ada di sini sayang, kamu jangan khawatir"
Mereka pun masuk kedalam ruang tersebut dan menampilkan seorang perempuan memakai jas berwarna putih.
"Ibu Nisa yah ?" Tanya dokter tersebut
"Iy-iyah dok saya Nisa "
"Silahkan berbaring dulu buk"
Nisa pun berbaring di brankar yang tersedia di ruangan tersebut. Gus Rasya terus menggenggam tangan Nisa
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengorbanan Cinta Annisa
Teen FictionDunia semua orang itu berbeda. Menjadikan tulisan sebagai dunia nya adalah definisi penulis. Bukan tidak punya dunia di dalam kenyataan n hanya saja dunia nyata itu banyak menorehkan luka dan kecewa. Bukan maksud menyalah takdir tapi, itulah dunia...