Bocah. -WilliamEst-

Bab 1

"Est.... Kita sampe sini aja ya."

"Ha?"

Est yang sedang ingin menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, langsung memberhentikan aksinya.

"Aku ada salah apa Meen?"

"Nggak... Kamu nggak ada salah apa apa."

"Terus?? Kenapa...."

"Bokap nyokap aku nyuruh untuk nikah dan mempunyai keturunan."

"....."

"Maaf, ini.... Undangan buat kamu."

Meen memberikan undangan pernikahan nya.

Est mengambilnya, ia melihat dengan seksama, nama Meen paca- mantan pacarnya tertulis di dalam undangan tersebut.

"Anjing."

Est merobeknya, lalu ia bangkit dari tempat duduknya, dan meninggalkan Meen disana sendiri.

Est memanggil taksi untuk pulang ke rumahnya.

Lumayan lama di perjalanan, sekitar 45 menit.

Sesampai nya di rumah, Est langsung merebahkan dirinya di kasur, merendamkan mukanya di bantal, lalu ia berteriak sekencang kencangnya.

"MEEN SIALAN, ANJING, BANGSAT, BAJINGAN, FUCK YOU!!" semua kata kasar keluar dari mulutnya.

Mulutnya berkata kasar, matanya mengeluarkan air mata.

Ia menangis sesenggukkan.

"Hiks... Sialan...."

Ia meremat kencang sprei kasurnya, Est Mengingat ingat kenangan waktu pertama kali bertemu Meen.

Saat itu Est berumur 19 tahun dan Meen berumur 22 tahun.

Pertama kali bertemu saat di dalam bus, Est yang sedang berdiri tiba tiba terhuyung karena sopir bus yang menge rem mendadak, dan Meen yang siap siaga menangkap Est saat itu.

Mereka berdua jatuh pada pandangan pertama dan berbagi kontak.

(Azikk)

Mulai saat itu mereka jadi sering bertemu dan tak lama kemudian berpacaran.

Sekitar 4 tahun hubungan itu berlanjut dan tiba tiba di akhiri dengan undangan pernikahan tersebut.

Kelamaan menangis, Est pun tertidur.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

5 tahun berlalu .

Saat ini ia berumur 28 tahun.

Est sudah terbiasa menjalani hari harinya tanpa Meen, mantan pacarnya.

Walaupun terkadang ia masih melihat foto mereka berdua untuk di kenang.

Bagaimanapun Meen adalah cinta pertamanya, susah untuk di lupakan.

Seperti saat ini, Est sedang duduk di bangku kantornya sambil melihat foto Meen dengan dirinya.

"Ka."

"Kenapa?"

"Ayo makan siang."

"Duluan saja."

"Ayok bareng."