Bocah. -WilliamEst-

bab 9

"Uh...." Est.

"Bu-bukan gitu...." Ia melanjutkan.

"Terus?"

"Ak-aku cuman...."

"Cuman?"

"M...."

"M?"

Est menengok ke sembarang arah, yang jelas ia tidak mau menatap William.

"...."

"Ka?"

"MALU." Est menutup mukanya dengan bantal.

"...."

'ah sial.'

"Pfft."

"Jangan ketawaaa." Suara Est terpendam bantalnya sendiri.

William mengambil bantal yang menutupi muka Est, mencubit pipinya dengan gemas.

"Aw aw."

"Gemes banget ka."

Est mengusap pipinya yang sakit.

"Bukan berarti Kaka gasuka kan?"

"Ng-nggak...."

"Hehe oke."

'kayaknya tadi agak salah ngomong...'

William turun dari kasur.

"Aku nginep ya ka."

"Eh?.... O-oke..."

William mengganti bajunya, lalu ia menidurkan tubuh nya di kasur Est, ia melihat Est yang sudah tertidur pulas.

'jadi aktor cocok juga nih gw.' William menampilkan senyum puasnya, lalu memeluk Est dari belakang.

Saat William ingin menangis tadi, ia hanya acting.

.

Setelah hari itu mereka kembali ke kehidupan seperti sebelumnya, dengan William yang semakin mengintili Est.

"Ka besok kosong?"

"Kosong."

"Pergi yuu, aku ada tempat baguss."

"Tempat bagus?"

"Iyaa, Kaka suka pantai kan?"

"Iya suka..."

"Iyaa, Pantainya bagus deh, warna pink!"

"Pink?"

William meng search pink beach itu, lalu memperlihatkan ke Est.

( Anggap aja disana ada juga 🗿 )

Est terkesiap, ia belum pernah kesana, Est mengangguk dengan semangat, ia mau kesana.

"Okee, besok jam 6 kita berangkat yaa."

"Oke."

.

.

.

'ting tong'

Est memakai sepatunya, lalu membuka pintu rumahnya, menampilkan William dengan baju kasualnya.

Est pun naik ke mobil William.

William melajukan mobilnya dengan santai.

Butuh sekitar beberapa jam untuk sampai.

Sesampainya mereka check in hotel terlebih dahulu, mereka akan menginap 2 hari 1 malam.

Saat masuk ia sedikit terkejut karena king bed, bukan dua kasur.