Bocah. -WilliamEst-

bab 1 (S2)

CONGRATS UDAH 20 YANG KOMEN HWHWHWH

Selamat datang di S2 😁

maksiih yaa yang udah nunggu dan komen ❤️, selamat membaca sayang sayangku~~

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"ka, hari ini mau kemana?"

William yang habis bangun tidur, menyamperi Est yang sedang memasak sarapan di dapur, memeluknya dari belakang, lalu dagunya bertumpu pada pundak Est.

Baru tiga bulan mereka berpacaran, tapi lagaknya William seperti sudah bertahun tahun saja.

William sudah sering menginap di rumah Est.

"Nggak mau kemana mana."

"Mau ke rumahku nggak?"

"Eh..." Est sedikit berfikir.

Ia belum pernah bertemu kedua orang tua William lagi semenjak kejadian waktu itu.

"Ayoo, aku mau ngenalin Kaka hehehehe."

"Apa ortumu gapapa?"

"Gapapa apanya?"

"I-itu... Kamu... gay?"

"Yaelah, aku yakin gapapa." William tersenyum lebar.

"Hm.... Yaudah deh, jam berapa?"

"10 aja."

"Ok."

William mencium sekilas leher Est, lalu duduk di kursi meja makan karena Est sudah selesai memasak.

Setelah makan, mereka bersiap siap.

Est memakai celana jeans hitam dan baju kemeja hitam, sedangkan William hanya memakai pakaian kasual, ia mau pulang buat apa rapih rapih.

"Ayo ka masuk mobil."

Est mengangguk lalu mengikuti William memasuki mobilnya.

Butuh sekitar 40 menitan untuk sampai rumah William.

"Sudah sampai."

William membuka pintu bagian Est.

Est sedikit terpaku saat melihat rumah William.

"Besar..."

William yang mendengarnya hanya bisa kikuk.

"Pantes kamu sering traktir aku."

"Hehe." Setelah William mengalami kejadian api tersebut, tak lama kemudian penjualan perusahaan ayahnya meningkat pesat, membuatnya menjadi kaya.

Sebelumnya William sudah mengabari ortunya bahwa Est akan datang, jadi saat sampai William dan Est langsung masuk dan di sambut hangat oleh ibu William.

"Halo Est." Ibu William tersenyum lebar, dari dulu ia selalu ingin berterima kasih.

Ibu William menarik pelan tangan Est ke sofa yang berada disana.

"Duduk disini, mama mau ngambil cemilan sama minum dulu ya." Ibu William suka memanggil dirinya sendiri dengan sebutan "mama"

Est duduk dengan gugup, matanya melirik ke seluruh ruangan, barang barang mewah hampir memenuhi rumah tersebut.