15

3.1K 261 78
                                    

Tahan!!!

Di awal ini aku mintak maaf kalau kalian emosi!!

Selamat membaca🙂🙂

o0o

PLAK

Baru saja melangkahkan kakinya memasuki rumah sebuah tamparan kencang sudah menyambut pipi Zea.

Zea terkekeh dan mengelap sudut bibirnya yang berdarah, pandangan wanita itu menatap tajam kearah Arsel.

PLAK

Zea membalas tamparan Arsel tak kalah kencang, kereta bayi milik Rayyan dia ketepikan agar tidak terganggu jika benar mereka akan saling melawan.

Bugh

Zea terjatuh dengan memegang perutnya, sial pukulan pria memang tidak pernah main main.

"Awss---" rintih Zea.

"Wanita gak guna! Dimana hati lo sampai bunuh anak gue." umpat Arsel menjambak rambut Zea.

"Lo lebih gak guna, pertanyaan itu juga yang pernah bersarang diotak gue saat lo bunuh Kean!" balas Zea menahan sakit dari area kepalanya.

"Dimana hati lo dulu Arsel, semua ini gak bakal terjadi kalau lo gak kayak gitu, asal lo tau manusia kayak gue punya dendam besar!"

Arsel memperkuat jambakan nya pada rambut Zea, pandangan pria itu sangat tajam seolah ingin membunuh Zea saat ini juga.

"Lo pantas dapetin itu, iblis gak punya hati kayak lo pantas menderita, seharusnya gue juga bunuh Reanza hari itu." ucap Arsel.

"JAGA MULUT LO SIALAN!" teriak Zea.

Arsel terkekeh sepertinya wanita kejam itu marah, dia sangat senang Zea memang seorang Antagonis yang emosi nya mudah untuk ditarik ulur.

"Lo gak pantes ngomong gitu pembunuh! Lo gak pantes!"

Arsel tertawa kencang sembari melepas kasar jambakan nya pada rambut Zea. "Pembunuh teriak pembunuh, ingat Zea sekarang kita gak ada bedanya lagi."

"Arsel, dengar ini. Kita beda! Lo dan gue itu beda! Asal lo tau gue masih punya hati seda--"

"Punya hati kata lo? TERUS APA MAKSUD LO BUNUH ANAK GUE." bentak Arsel.

"ANAK LO PANTES DAPETIN ITU! KENAPA HARUS ANAK GUE AJA KALAU ANAK LO JUGA BISA!" balas Zea berteriak tak kalah kencang.

Zea berdiri, wanita itu memandang tajam pria yang menjabat sebagai saudara kandungnya itu.

Ikatan persaudaraan sepertinya tidak berpengaruh pada keduanya, bahkan mereka rela saling membunuh untuk membalaskan dendam masing masing.

"Awal masalah ini lo Arsel! Gue yang bully Anara, yang nanggung penderitaan itu Anara, bukan lo! Terus kenapa di masalalu lo bunuh gue dan anak gue, padahal dengan semua kejahatan yang gue buat gak pernah berdampak sama kehidupan lo!"

"Ga--"

"Apa? Lo malu punya adek Antagonis kayak gue? Iya! Semua kejahatan yang gue lakuin semua karena kebahagiaan yang bahkan gak pernah singgah dalam kehidupan gue, lo enak Arsel Mama Papa sayang lo sebagai anak pertama, tapi asal lo tau gue juga pernah di tuntut buat jadi yang sempurna dan ngalahin lo. Dimana letak salahnya jika seorang Antagonis ingin bahagia??? Gue sadar perbuatan gue salah, tapi gue bisa apa! Lo benci gue! Reanza gak peduli sama gue! Mama Papa tuntut gue! Kemana gue mau pulang Arsel! Rumah gue hilang! Anara itu wanita busuk yang gue jadiin pelampiasan untuk semuanya." Zea berucap dengan air mata yang mulai mengalir dari kedua kelopak matanya.

ALZEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang