16

3K 220 16
                                    

Buna mau hiatus dulu, mau fokus sama cerita sebelah, kalian baca dong pliss

Ada dua cara Buna untuk comback..

1. Buna bakal comback kalau vote cerita ini sampai 10k and pembacanya 100k

2. Buna bakal comback sama cerita ini kalau cerita sebelah vote nya sampai 5k dengan pembaca seterah aja, pokoknya vote 5k 🗿🗿

o0o

Zea membuka matanya, dia menatap Arsel yang sedang menjambak rambutnya, sial mengapa dia bisa membayangkan hal sesadis itu.

Tidak! Kejadian di masalalu tidak boleh terulang dengan lebih sadis! Rayyan tidak boleh kenapa napa, pangerannya harus selamat! Nahkoda nya harus bisa sampai tujuan.

Zea berdiri dan dengan sekuat tenaga mendorong Arsel dengan kuat, jika dilanjutkan hal yang dia bayangkan bisa terjadi.

"MAMA, PAPA." teriak Zea.

Arsel tertawa kencang melihat wajah panik Zea, lihatlah dia seperti tikus yang takut dengan kucing.

"Hahaha, gak akan ada yang bisa lindungin lo rumah lagi kosong." ucap Arsel membuat Zea bertambah panik.

Sial! Dia bisa saja melawan Arsel cuma Arsel pasti akan memanfaatkan keberadaan Rayyan, tidak ada cara lain selain melarikan diri.

"Brengsek, gak akan gue biarin hal itu terjadi lagi." umpat Zea.

"Hal apa adikku sayang." ucap Arsel tersenyum psikopat.

Zea tidak takut dengan senyuman Arsel itu, wanita itu hanya takut jika sampai Arsel membunuh Rayyan.

Mau bagaimanapun Arsel adalah seorang laki-laki dan Zea adalah perempuan, kekuatan Arsel lebih kuat daripada Zea.

"Anjing jangan mendekat!" ucap Zea panik.

"Hmm, kenapa??" tanya Arsel seolah bingung.

Arsel berjalan dengan pelan kearah Zea, Zea wanita itu sibuk mencari barang yang bisa dia pukul kan kepada Arsel.

Prangg

Pot bunga dari kaca itu berhasil mengenai kepala Arsel, dengan cepat Zea mengambil kereta bayi Rayyan dan berlari keluar rumah.

Zea berlari dengan cepat mencari tempat ramai yang bisa menyelamatkannya dari Arsel.

"Anjir berasa dikejar psikopat gue, tapi kan Arsel emang udah gila." ucap Zea disela sela larian nya.

Oekk

Oekk

"Hah! Hah! Rayen sayang jangan nangis dulu, ini demi nyawa kita berdua."

Zea terus berlari hingga dia menemukan sebuah taman yang cukup ramai, tapi wanita itu masih resah Arsel bisa saja nekat.

"Gue harus cari pertolongan!!!" panik Zea.

Zea mengambil ponselnya dan menekan nomor Arkan.

Tut

"Kenapa Flo?"

"Papa dimana??? Tolong Flo Pa!"

"Kamu kenapa??"

"Suruh pengawal Papa nahan Arsel, tolong Pa."

"Memangnya dia kenapa??"

"Flo gak bisa cerita banyak, tolong Pa Flo dalam bahaya."

Tut

ALZEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang