Toxic 17

3.3K 153 21
                                    

Siapa yang tungguin Toxic updatee cungg sinii😁☝

Jangan lupa rameinn kolom komenn yahhh, gak rame gak updatee😏😏

Happy Reading guysss!!!!

.
.
.
.

"Atar, makan dulu, Nak."

Suara lembut Fara menyambut gendang telinga Altair sehingga mengusik bunga tidurnya. Fara tersenyum melihat putra bungsunya yang kembali tertidur. Fara mengambil tempat di pinggir ranjang lalu mengusap sayang kepala Altair.

"Udah siang, Nak. Makan dulu yuk, bunda udah masakin jamur saus tiram kesukaan kamu, lho!" rayu Fara untuk membuat Altair bangkit dari tempat pembaringannya.

"Atar masih ngantuk, bunda ...," rengek Altair seperti anak kecil yang butuh perhatian.

"Bunda tau. Tapi kan perut Atar harus diisi, sayang. Nanti kalau udah makan, Atar bisa tidur lagi."

Mau tidak mau Altair membuka matanya paksa. Ia mulai memposisikan dirinya untuk duduk agar tidak kembali ke alam mimpi. Altair menggaruk tengkuknya lalu menguap lebar.

Dengan cepat Fara menutup bibir Altair. Kepalanya menggeleng melihat perilaku Altair.

"Kalau nguap ditutup, Atar, gak sopan," ucap Fara memberi Altair nasihat.

Altair menyengir menunjukkan deretan gigi putihnya. "Maaf bunda, Altair gak sengaja."

"Yaudah, sekarang kamu mandi terus turun ke bawah. Bunda tunggu di meja makan." Kata-kata itu langsung diangguki oleh Altair.

Setelah Fara hilang di balik pintu, Altair berjalan gontai ke menuju bathroom. Hari ini adalah hari minggu oleh karena itu Altair hanya menghabiskan waktunya untuk tidur di kamar seharian. Altair terlalu lelah untuk sekedar membuka matanya.

Tidak ingin berlama-lama bersentuhan dengan air Altair segera menyelesaikan ritual mandinya. Ia memasangkan handuk di pinggangnya. Tangan kanannya sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

Altair berjalan ke arah nakas lalu mengambil benda pipih miliknya. Layar ponsel pintar tersebut terbuka dan menampakkan menu utama. Altair menggerutu ketika notifikasi yang ia inginkan tidak terlihat di sana.

"Awas lo cupu!" geram Altair menggenggam erat ponselnya.

"Sok jual mahal lo sama gue!"

Dengan tidak berperasaan Altair melempar ponselnya. Cowok itu terliat tidak peduli jika benda berlogo apel tersebut rusak. Dirinya sudah terlanjur geram dengan cewek jelek bernama Clarissa.

Berani sekali dia tidak memberinya sebuah pesan selamat pagi. Apakah cewek itu sudah meninggi dengannya? Jika ia Altair akan memberikan sebuah pelajaran untuknya.

Altair mengambil asal pakaian yang ada di lemari. Ia memakainya dengan cepat tanpa memperhatikan tampilannya. Biar saja jika dirinya disebut gembel, Altair sudah tidak peduli. Suasana hatinya sedang buruk.

Saat Altair keluar dari kamarnya, matanya menangkap Fara yang tengah beradu mulut. Mendengar isak tangis Fara Altair mempercepat langkahnya untuk mendekat. Tangan Altair terkepal ketika melihat seorang pria dengan jaket kulit hitamnya.

Iya, Dylan Respati Pradipta Januar. Anak pertama sekaligus kakak tiri Altair.

"Dylan, bunda mohon pulang Nak. Jangan pergi lagi," pinta Fara dengan nada memohon. Wajah cantiknya telah basah oleh air matanya sendiri.

ToxicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang