“Ini anak saya, Raka. Umurnya baru 3 hari. Kau pastinya tidak lupa dengan perjanjian kita sebelum menikah?”
Seorang wanita yang baru saja melepas riasan make up di wajahnya itu pun hanya bisa mematung menatap bayi kecil yang tengah tertidur di box bayi. Entah apa yang dirasakan olehnya sekarang, ia begitu bingung.
Sesekali ia merasa salah langkah, tapi di sisi lain pula ia merasa beruntung akhirnya sebentar lagi ia akan menjadi orang kaya dan bisa membalaskan dendamnya kepada orang yang telah menyakitinya.
Sedikit terdengar kejam, tapi itulah kebenarannya. Gadis terpaksa menikah dengan bosnya demi bisa balas dendam kepada mantan suami dan ibu mertuanya yang telah melukai harga dirinya selama ini.
“Kenapa kau diam saja? Jangan pura-pura lupa akan tugasmu!” tegas lelaki di depannya hingga berhasil membuat Gadis terperanjat.
“Iya pak,” balas Gadis singkat.
“Ingat! Saya menikahimu bukan untuk menjadikan istri, tapi untuk menjadi ibu susu anak saya,” ucap Gara lagi-lagi mengingatkan status mereka yang hanya mengambil keuntungan masing-masing dari pernikahan tersebut.
“Tentu saja, Pak. Saya akan melakukannya dengan baik,” pasrah Gadis akhirnya.
Nyatanya, entah jadi atasan atau jadi suami, sikap Gara kepada Gadis akan sama saja. Karena Gara menganggap Gadis hanya ibu susu anaknya, bukan istri yang harus ia jaga perasaannya.
Setelah Gara keluar, Gadis menghela napas lega. Setelahnya ia merutuki dirinya sendiri kenapa ia sampai mempunyai keputusan yang bisa menyusahkan diri sendiri begini.
Bukan tanpa alasan Gadis menyetujui syarat yang diberikan Gara, tapi dia memang memiliki ASI yang keluar terus menerus setelah melahirkan anaknya yang meninggal dalam kandungan.
Gadis melangkah pelan mendekati box bayi di depannya. Tangannya menggenggam sisi box dengan tatapan sayu ke arah bayi yang sangat tenang dalam tidurnya. Bayi itu sangat lucu, lalu kenapa ibunya tak mau mengurusnya?
Kembali lagi Gadis ingat dengan anaknya yang sudah meninggal. Genggaman tangan Gadis semakin erat ketika otaknya memutar kembali memori dimana mantan suaminya tengah berselingkuh.
Ya, bayinya meninggal dalam kandungan karena ia mengalami stress setelah mengetahui mantan suaminya berani selingkuh secara terang-terangan.
Parahnya, ibu mertuanya itu bukan menegur anaknya yang berselingkuh padahal Gadis dalam keadaan hamil tua, tapi ia malah mendukung anaknya untuk melakukan hal keji itu.
Gadis mengusap air matanya yang mengalir begitu saja di pipinya. Rasa sesak yang ia alami rasanya tak habis-habis. Namun di kehidupan yang sekarang, Gadis berjanji dalam hatinya akan melakukan yang terbaik.
“Hai Raka, ini mama baru kamu. Mama akan anggap kamu sebagai anak kandung mama sendiri, boleh ya?”
Lagi-lagi Gadis tak bisa mengontrol diri. Ia terisak pelan seraya mencoba mengelap air matanya yang turun tiba-tiba. Gadis mengulurkan tangannya mengelus pelan pelipis Raka yang sangat lembut.
Tiba-tiba bayi itu menggeliat membuat Gadis mengembangkan senyumnya seketika.
Cklek
Pintu terbuka oleh seorang wanita parubaya dengan nampan kecil di tangannya. Wanita itu tersenyum manis kepada Gadis persis seperti senyuman tulus seorang ibu. Lagi-lagi Gadis merindukan ibunya yang tinggal di kampung. Gadis belum memberinya kabar setelah terakhir kali mengatakan jika ia hamil.
Lagipula kabar seperti apa yang harus ia sampaikan. Semua kabar Gadis tak ada yang menyenangkan. Apa ia harus memberitahu kalau Akbar - mantan suaminya-telah selingkuh darinya? Atau kematian anaknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPAKSA MENJADI IBU SUSU ANAK CEO
Non-FictionTerpaksa menjadi ibu susu agar bisa balas dendam kepada mantan suami? Gadis Nandini, seorang wanita yang selama hidupnya hanya mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari suami dan mertuanya. Bahkan ketika hamil tua pun suaminya berselingkuh secara t...