Hanya Ibu Susu

2.2K 25 2
                                    

“Ibu dalam keadaan baik-baik saja,” jelas dokter yang berada di depan Gadis dan Gara ini. Kemudian tangannya mencoret-coret sesuatu di atas kertas.

“Lalu kenapa air susunya keluar sedikit?” tanya Gara masih penasaran.

“Ibu coba perhatikan makanannya, harus yang mempunyai nilai gizi tinggi. Pola istirahat, ibu jangan terlalu kecapean dulu, dan kelola stress ya,” lanjut dokternya.

“Ah, ya baik dok.”

“Kalau mau lebih efektif, kita mengadakan terapi ASI. Ibu bisa datang seminggu dua kali,” tawar dokter itu meminta persetujuan.

“Baik, dok. Akan kami bicarakan kembali tentang ini,” sahut cepat Gadis takutnya Gara cepat-cepat mengatakan iya padahal ia belum setuju dengan segala risiko-risiko yang ada.

“Baik. Kalau begitu ini ada brosur tentang kegiatan terapi ASI. Ada yang bisa saya bantu lagi?”

“Iya dok. Sepertinya cukup, terima kasih.”
Selama perjalanan pulang, Gadis terdiam mendengar jika ia hrus melakukan terapi ASI. Bagaimana bisa ia melakukan kegiatan itu karena ia juga harus bekerja dan Gara tidak boleh memaksakan itu.

“Pak,” panggil Gadis seraya menoleh ke samping.

Suaminya itu seperti patung saja. Disapa diam saja, dan tak menampilkan ekspresi apapun yang bisa dilihat senang oleh Gadis. Percuma saja wajahnya tampan, tapi tidak murah senyum sama sekali. Bisanya hanya marah dan merenggut.

“Sebelum sampai rumah, bisa mampir dulu ke warung seblak gak?” lanjutnya karena tak mendapat sahutan atas panggilannya kepada suaminya itu.

“Tidak!”

Tidak menjawab, sekalinya menjawab hanya satu kata yang singkat. Gadis mendelikkan matanya sebal dengan sikap Gara yang masih sok cuek itu.

“Tap-“

“Berhentikan dulu memakan makanan yang tidak sehat, kau tidak ingat pesan dokter tadi?” Gara memotong ucapan Gadis dengan tegas dan menolak untuk dilanggar.

Gadis menghela napas pasrah seraya menubrukkan punggungnya ke sandaran kursi mobil.

“Bapak ini berlebihan, seblak tidak seberpengaruh itu sesekali,” belanya.
Gara menoleh tegas. “Kamu sepertinya perlu pemantauan yang lebih. Mulai sekarang saya akan pastikan apa yang kamu makan adalah makanan sehat.”

“Loh! Gak bisa gitu dong pak.”

“Kenapa begitu? Aku akan menyetujui kegiatan terapi ASI juga kepada dokternya,” ucap Gara semakin membuat Gadis terkejut.

“Pak! Ini penjajahan pihak kedua namanya! Gak bisa dong itu gak ada dalam perjanjian awal kita,” bantah Gadis tak terima.

“Selagi ASI kamu tidak keluar dengan cukup untuk Raka, saya akan tetap memantaumu!”

“Heh, aku bukan sedang jadi karyawanmu ya sekarang, aku istrimu!” Dengan bodohnya Gadis menekan kata istrimu kepada Gara, jelas percuma Gara tidak akan terpengaruh dengan itu.

“Istri hanya status. Bagi saya, kamu hanya ibu susu bagi Raka. Tak lebih dari itu!”
“Ya! Tapi besok aku tetap bisa bekerja, kan?”

“Saya tidak akan mengizinkanmu bekerja. Kau tak ingat apa yang dokter katakan tadi?”

Gadis mengepalkan tangannya kuat-kuat. “Apa harus menunggu air susuku banyak baru aku bisa bekerja?”

“Betul. Jika kau ingin cepat-cepat bekerja, bersungguh-sungguhlah untuk memberikan ASI kepada Raka.”

“Bisa-bisa aku makin stress kalau di rumah terus menerus. Dokter bilang aku tidak boleh stress,” ucap Gadis mencari-cari alasan.

“Kenapa stress? Kau bisa meditasi di rumah. Mendekatkan diri sebagai ibu susu yang baik juga buat Raka,” jawab Gara sungguh hanya memikirkan keuntungan bagi dirinya sendiri.

TERPAKSA MENJADI IBU SUSU ANAK CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang