kings's desire

12.9K 30 3
                                    

"Enghhh emhh."

"Lebih kuat lagi Lisa!"

"Enghhh! Sakittt," Lisabeth merintih di tengah ejanannya. Orang-orang bilang kelahiran kedua biasanya lebih mudah daripada kelahiran pertama, tapi nyatanya tidak bagi Lisabeth. Kelahiran keduanya ini sungguh menyakitkan daripada kelahiran sebelumnya. Jika sebelumnya Lisabet hanya membutuhkan waktu setengah hari untuk sampai pada pembukaan lengkap, pada kelahiran kedua ini justru ia hampir dua hari tersiksa untuk menunggu pembukaan sepuluh. "Huhhh huhhhh enghhh!"

"Berhenti!"

Dua orang pelayan yang membantu proses kelahiran Lisabeth menghentikan aktivitas mereka.

"Yang Mulia!" Dua pelayan itu menundukkan kepala mereka tidak berani menatap raja mereka.

"Siapa yang menyuruh kalian membantu Lisabeth melahirkan?!"

"Maaf Yang Mulia! Maafkan Kami!"

Edward memerintahkan dua pelayan itu untuk enyah dari ruangan. Tersisa Edward dan Lisabeth. Lisabeth mengulurkan tangannya mencoba meraih tangan Edward. Wajahnya sarat akan kesakitan, meminta kekuatan dan dorongan dari ayah sang bayi.

Edward mendekat. Rintihan Lisabeth terdengar memilukan memanggil namanya.

"Yang Mulia."

Edward mengusap halus perut Lisabeth dengan gerakan memutar. Bagai diterbangkan kemudian dijatuhkan dari ketinggian, elusan sang raja berubah menjadi remasan kuat yang menyakitkan. Lisabeth berteriak, memohon ampun. Buliran air mata berjatuhan lewat sudut matanya. "Siapa yang mengizinkanmu melahirkan? Apakah aku memerintahkanmu begitu."

Lisabeth menggeleng keras. Tangannya mengepal kuat menahan rasa sakit diperutnya. "Tidakkkh," Terbata ia menjawab pertanyaan Edward. "Yangg Muliaa akhhh."

"Kau hanya bisa melahirkan lewat izinku Lisabeth!"

"Yang Mulia, tapi bayinya akhhh enghhh," kontraksi datang disela penjelasan Lisabeth. "Bayinya harus segera dilahirkan."

"Apapun yang ada di kerajaan ini hanya boleh terjadi atas perintahku. Apakah aku sudah memerintahkanmu untuk melahirkan?"

Lisabeth lagi-lagi menggeleng. Saat usia kandungannya menginjak delapan bulan, Edward pergi ke negeri sebrang untuk memperluas kekuasannya. Butuh waktu lama bagi Edward untuk melakukan ekspansi. Satu minggu belakang Lisabeth sudah merasakan gejala melahirkan dan puncaknya dua hari lalu, Lisabeth sudah mengalami pembukaan satu. Lisabeth pikir ia boleh melahirkan kapan saja. Ternyata pikirannya tidak sesuai dengan kehendak raja.

"Ampunn. Sakiit!"

Dari gelombang yang terbentuk di permukaan perut Lisabeth Edward menyadari kontraksi Lisabeth sedang menghantam dengan kuat.

"Jangan mengejan sebelum aku memberimu izin."

Lisabeth mendelik. Mana mungkin bisa. Kontraksi semakin hebat mengobrak-abrik rahimnya. Kepala bayinya Lisabeth yakini sudah dekat dengan mulut vaginanya. Keinginan untuk mengejan begitu kuat ia rasakan.

"Yang Mulia."

"Kamu tahu Lisabeth apa yang sebelumnya aku bayangkan?"

"Maaf Yang Mulia saya tidak tahu," Lisabeth menjawab susah payah. Giginya bergemelatuk menahan ejanan. Tangannya meremas sprei di bawahnya untuk menyalurkan keinginan mengejannya.

"Aku membayangkan menggagahimu sebelum kamu melahirkan," Edward berkata tajam. "Tapi kamu menghancurkannya."

"Maaf Yang Mulia. Maaf."

"Tidak ada gunanya," Edward mendesis marah.

Wajah Lisabeth memerah seperti tomat masak. Paha hingga tungkainya bergetar hebat karena tubuhnya dengan kuat melawan rasa ingin mengejan.

birth collectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang