"Kenapa sih? Sepet banget muka lo."
Dhito menggidikkan bahunya. Ia sendiri tidak mengerti kenapa belakangan ini merasa suntuk. Ada sesuatu yang kurang, tapi Dhito sendiri pun tidak paham itu apa.
Doni menuangkan cairan beralkohol pada gelas Dhito, berharap setelah meminum itu perasaan temannya itu akan lebih baik. Tapi sama saja. Mood Dhito masih buruk sama seperti sebelumnya.
Alkohol dan wanita, sesuatu yang biasanya menjadi kebahagiaan Dhito kini terasa hampa untuknya. Dhito sedang tidak mengalami masalah finansial maupun keluarga, hidupnya sempurna.
"Pilih deh mau siapa, gue bayarin. Eva, Ninda, Alia, Oliv. Atau lo mau pake ani ani gue, Maura?"
Dhito mengibaskan tangannya. "Males ah. Gue udah pake yang paling mahal kemarin tetep aja rasanya nggak enak."
"Siapa?"
"Yolanda."
"Buset. Yolanda lu bilang nggak enak? Nggak waras lo, Dhit."
"Nggak tau, ah. Males. Gue pengen sesuatu yang baru. Bosen gue."
"Sesuatu yang baru kaya apa?"
Dhito menggeleng, ia sendiri pun tidak mengerti apa kemauannya.
"Lo ada fantasi tertentu?"
"Nggak ada," Dhito menjawab cepat tanpa berpikir. Selama ini ia melakukan hubungan intim dengan cara normal seperti orang-orang pada umumnya. "Emang lo ada?"
Doni mengangguk mantap. Matanya mengunci milik Dhito agar menatapnya dengan sungguh. "Lo mau nggak gituan sama cewe hamil."
Dhito tersedak alkohol yang sedang ia minum setelah mendengar penuturan Doni. "Gila lo?"
"Beneran, bego. Lo nggak pernah kan?"
"Lo pernah?" Dhito bertanya ragu.
"Kalo lagi suntuk, bosen. Beuh, mantap Dhit cewe hamil mah. Gue jamin."
Terdengar lucu bagi Dhit, pria itu tertawa. Apa yang dikatakan oleh Doni seperti kurang masuk akal. Memangnya ada wanita hamil yang menjual diri.
"Elah beneran. Sekali lo nyoba lo pengen terus deh." Doni mencoba menepis keskeptisan Dhito. Kentara sekali sahabatnya itu merasa tidak yakin dengan penuturannya. "Mau nyoba?"
***
Doni membawa Dhito pada sebuah tempat asing baru pertama kali ini Dhito kunjungi. Dari luar tempat itu terlihat seperti bar pada umumnya. Saat masuk, barulan Dhito tahu dimana perbedaannya. Tempat ini memang adalah bar, bedanya bukan diisi oleh wanita-wanita biasa namun diisi oleh wanita hamil. Sepanjang mata memandang ada banyak wanita hamil di sini.
Wanita hamil bertebaran di setiap sudut ruangan. Ada yang terlihat sendiri namun ada juga yang sudah berpemilik. Mereka menari di dance floor, ada juga yang sedang menari di sebuah tiang. Semua wanita hamil di sini mengenakan pakaian terbuka yang menonjolkan bokong, dada, dan tentunya perut mereka. Bahkan ada beberapa yang secara terang-terangan mempertontonkan perut mereka tanpa pakaian yang menghalangi.
"Hai Doni." Seorang wanita dengan pakaian serba merah menyapa. Sepertinya wanita itu adalah satu-satunya yang sedang tidak hamil di sini. "Long time no see."
Doni dan wanita itu saling mencium pipi dan berpelukan singkat kentara sekali mereka mengenal dengan sangat baik. "Kenalin Madam, sahabat aku Dhito. Dhit, ini Madam Anna."
Dhito mengangguk singkat sebagai tanda hormat.
"He wanna try something new Madam." Doni mengerling ke arah Dhito.

KAMU SEDANG MEMBACA
birth collection
Romancecollection of birth short stories ⚠️🔞 pregnant and birth kink minors please dont interact