wolf moon: pregnant

6K 23 4
                                    

Sebagai mahasiswa kedokteran, Sophia banyak menghabiskan waktunya untuk belajar di kampus. Ia berada di rumah ketika waktu makan malam tiba. 

Dulu Sophia melakukan aktivitas kesehariannya tanpa semangat. Sekarang Sophia merasa lebih bahagia karena ketika pulang dari kampus ada seseorang yang menunggunya. Terkadang Liam sudah ada di kamarnya membaca koleksi buku-buku Sophia. 

Hubungan Sophia dan Liam sudah berlangsung hampir enam bulan. Selama setengah tahun itu keduanya berusaha menyembunyikan hubungan mereka. Baik di dunia manusia dan dunia serigala. 

Waktu hampir menunjukkan pukul dua belas dan Liam tidak kunjung menampakkan diri. Ia biasanya akan masuk lewat jendela. Sengaja Sophia tidak pernah lagi menutup jendelanya agar mempermudah akses Liam ketika sewaktu-waktu ingin masuk. 

Sophia hampir tertidur di atas buku yang sedang ia baca tapi kemudian Liam datang. 

“Hai.”

“Hai -Liam?” mata Sophia membulat begitu melihat keseluruhan tubuh Liam yang terluka. Ia tidak mengenakan kaus, dan celana yang ia kenakan sobek. “Apa yang terjadi?” Sophia panik. Ia menarik Liam masuk, mendudukkan pria itu di kasur. 

“Hey, pelan-pelan. Bukankah nenek sedang berada di rumah?”

Sophia tidak bisa tenang. Ia mencari kotak obatnya kemudian segera mengobati Liam. Sophia dengan telaten mengurus satu persatu luka Liam. Berkali-kali ia justru meringis melihat betapa dalam goresan yang Liam dapat. 

Liam tersenyum, tertawa pelan membuat Sophia mendongkak. “Tidak ada yang lucu.”

“Ini mengingatkanku awal pertemuan kita.”

“Tidak ada yang lucu.”

“Memang.” Sophia sengaja menekan kapas pada luka Liam, tapi Liam seperti tidak terpengaruh. “Betapa beruntungnya aku Sophia memilikimu.”

“Bukan saat yang tepat untuk membual. Katakan, apa yang terjadi?”

“Bukan hal besar. Pertarungan kecil antar serigala jantan.”

“Pertarungan kecil?” Sophia mulai emosi. “Lukamu tidak mencerminkan sebuah pertarungan kecil.”

Liam tersenyum semakin lebar. Ia mengecup bibir Sophia singkat. Menghentikan omelan yang akan perempuan itu tumpahkan lagi. 

“Sudah biasa terjadi Sophia. Jangan khawatir berlebihan.”

“Apa kau kalah lagi? Seperti waktu itu? Lebih baik tidak usah bertarung kalau tidak bisa menang.”

Liam menyemburkan tawanya. Wajah serius Sophia terlihat lucu.

“Kali ini aku menang. Aku tidak bisa dikalahkan Sophia. Waktu itu aku kalah karena serigala itu curang, dia musuhku.”

“Sungguh? Apa yang membuatmu tidak bisa dikalahkan.”

Sophia sudah sepenuhnya berhenti mengobati luka Liam. Ia mulai tertarik mendengar cerita tentang dunia serigala. Ia juga ingin memahami Liam. 

“Ayahku adalah pimpinan serigala di kawasan selatan. Aku adalah penerusnya, kekasihmu ini adalah seriga terkuat. Aku adalah raja di kawasan ini.”

“Jangan membual.” Sophia skeptis. Mengingat Liam yang terkadang jahil, Sophia takut pria itu hanya sedang mendongeng. 

“Aku tidak berbohong, tato di belakang leherku adalah buktinya. Hanya pimpinan serigala yang memiliki tato seperti ini. Carilah di manusia serigala lain, tidak ada yang memiliki ini.”

Sophia tidak sepenuhnya percaya. Tapi baiklah, ia mengalah. Ia memberesi kotak obatnya kemudian bergabung dengan Liam di kasur. Mereka bergelung di sana. Udara dingin membuat Sophia mendekatkan dirinya pada Liam untuk mencari kehangatan. 

birth collectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang