05

17K 1.2K 39
                                    

Heyoooo I'm backkk.... Gue sempet-sempetin update meskipun mumet ngerjain skripsi🥺😭jadi mohon banyak dukungan dan spamnya ya....

 Gue sempet-sempetin update meskipun mumet ngerjain skripsi🥺😭jadi mohon banyak dukungan dan spamnya ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jajaran kursi ditempati berbagai bangsawan tinggi. Menunduk hormat didepan petinggi mereka, seorang Raja tirani yang sedikit salah berucap maka tak segan pedang tajam menembus jantung. Tidak ada yang berani sedikitpun untuk memberontak dan berhianat karena kekuasaan mereka seakan ditekan aura hitam dari Raja Cederix.

"Laporkan wilayah mana yang paling ramai dan strategis untuk membuat usaha." Ucap Cederix membuat beberapa bangsawan terkejut.

"Anda ingin membuat usaha Yang Mulia?"

"Ya, Selir baruku menginginkan sebuah toko sebagai maharnya." Ucap Cederix membuat beberapa orang berbisik.

Sedikit heran sekaligus penasaran dengan sosok selir baru itu. Hanya dia yang memberikan syarat dan sebuah usaha sebagai maharnya. Bahkan keluarga Permaisuri utama meminta harta setinggi gunung Savina sebagai maharnya. Harta seperti itu hanyalah sebagian kecil dari kekayaan Raja Cederix. Namun meminta sebuah usaha adalah pertanyaan sekaligus sindiran dari Selir terhadap Raja yang dianggap tidak kompeten terhadap istrinya. Bukankah sangat tidak terpuji? Mereka hanya istri pajangan yang dipakai dan dibuang oleh Raja. Namun sebelum itu, nilai mereka juga tinggi. Maka Raja Cederix akan memberikan apa saja untuk mereka. Raja Cederix tidak akan miskin hanya untuk memberikan sebagian hartanya pada para selir.

Semua bangsawan hanya menahan ketidaksukaan mereka pada selir baru Raja Cederix dan mau tidak mau mulai menerima dan membangun sebuah toko besar di ibukota sebagaimana yang diminta Selir Deluna sebagai mahar.

Sussane mendesah lega setelah rapat selesai. Ia mengiringi langkah Cederix sebelum menjalankan tugas yang diperintahkan sebelumnya. Melakukan diplomasi ke wilayah pemberontakan untuk pertama kali.

"Saya pamit undur diri Yang Mulia." Ucap Sussane melakukan penghormatan.

"Semoga berhasil."

"Apa saya bisa melakukan salam perpisahan pada Selir Deluna?" Tanya Sussane membuat alis Cederix menyatu.

"Nampaknya kau dekat dengan Selir Deluna ya. Baik aku izinkan." Ucap dingin Cederix berlalu begitu saja.

Sussane menghampiri paviliun putih yang letaknya paling ujung dengan istana utama. Tempat itu kecil dibandingkan paviliun yang lain. Dan nampak sepi karena hanya ada beberapa pelayan yang bekerja di paviliun itu.

"Selir, saya Sussane." Ucap Sussane memberi hormat sebelum masuk ke kamar Deluna.

"Ah, Susan! Kau kemana saja? Aku bosan sekali disini." Riang Deluna menyambut kedatangan Sussane.

"Apa anda tidak betah tinggal disini Selir?"

"Heumm, biasa saja."

Bagi Deluna, paviliun ini lebih besar dari panti asuhan tempat ia tinggal sebelumnya. Hanya saja ia kebosanan karena tidak punya teman maupun hiburan disini.

Selir Deluna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang