03

203 29 4
                                    

━⁠☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚✿ ゚。・⁠*⁠.⁠゚⁠☆━

muichiro tokito, sosok yang sedang berdiri dengan gagahnya di hadapan pohon wisata yang tumbuh dengan lebat. Tatapnya yang tajam menatap pada satu titik dan tangan kirinya menggenggam erat nichirin yang di pegangnya. "tokito-sama?"

kalimat tersebut berhasil mengalihkan pandangan muichiro. dia menoleh kepada asal suara dan mendapati (name) sedang menatapnya dengan khawatir. "kau tidak seharusnya berada disini." ucapan muichiro berhasil membuat (name) menampung banyak pertanyaan pada kepalanya. "seharusnya saya yang mengatakan hal tersebut. luka anda masih dalam masa penyembuhan, anda seharusnya-" kalimat sang gadis terpotong dengan tatapan tajam yang di berikan muichiro kepadanya.

"diamlah." muichiro melontarkan kata-kata singkat dan kembali mengalihkan pandanganya pada pohon wisteria. "menjauh dari sini jika kau masih menyayangi nyawamu." hashira kabut itu mencoba memperingatkan (name). dia bersiap dengan kuda-kudanya dan memegang erat nichirin nya.

apa maksudnya? pertanyaan itu sempat lewat dalam pikiran (name), namun tertepis seketika saat sesosok iblis muncul dengan menghancurkan pagar pembatas kediaman tersebut. "apa yang-" lagi lagi, belum sempat (name) menyelesaikan kalimatnya, dia dikejutkan dengan muichiro yang dengan cepat menyerang iblis itu.

kegaduhan yang terjadi mendatangkan semua orang, ao menghampiri (name) untuk memastikan keadaan, dirinya pun dibuat terkejut dengan muichiro yang sedang bertarung dengan iblis itu. nenek juga muncul dengan di dampingi hanabi, dia pun sama terkejutnya dengan ao. sementara miya mencoba menjaga anak-anak di kediaman. (name) memperhatikan pertarungan dengan khawatir, muichiro memang seorang hashira, tapi dia tetaplah manusia. sekuat apapun, dia tetap tidak akan bisa menang jika kondisinya saja tidak memungkinkan untuk berdiri dalam waktu lama.

iblis yang menjadi lawan muichiro hanyalah iblis tanpa pangkat, seharusnya mudah bukan? namun... muichiro kehilangan keseimbangannya dan terjatuh saat hendak mengakhiri pertarungan dengan menebas kepala iblis itu. tubuhnya panas, nafasnya tersengal, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya, dia hampir kehilangan seluruh tenaganya. dan dia dalam bahaya. "oh? kau menyerah kepadaku? lucu sekali.." dengan tatapan sombong nya, iblis itu menatap muichiro yang terduduk lemas. muichiro bahkan tidak mampu membalas kata-kata iblis itu.

terkira sudah ini adalah akhir. tiba-tiba dua anak laki-laki berusia 13 tahun datang dengan katana mereka sendiri. dengan lincah mereka menyerang iblis itu bersama dan pada akhirnya meraih keberhasilan. "kerja bagus anak-anak." kakek zuma muncul dan memberikan apresiasi kepada kedua muridnya. "aqua? hazu? sejak kapan kalian kembali?" ao menanyai kedua anak laki-laki yang baru saja kembali dari mengikuti ujian akhir sebagai pemburu iblis itu.

"ehehe... kami baru saja sampai. iyakan aqua." dengan malu malu, hazu menjawab sembari memukul punggung aqua. "kenapa memukul?!" karena kesal, aqua menjitak kepala hazu sebagai balasan. "aku hanya bercanda tau..." seketika adu mulut antara mereka berdua pun terjadi dan memunculkan senyuman kepada yang melihat.

sementara (name) berlari menghampiri muichiro yang masih terduduk dengan lemas, membantunya menopang tubuh itu. dan tiba-tiba (name) teringat akan ucapan shiho. apa dia harus memberikan ciumannya sekarang? tidak sempat kalimat itu terjawab dipikirannya, muichiro meraih wajah (name) dan mencium bibirnya. sontak yang menjadi saksi pun terdiam melihat pemandangan yang ada. "ehh? mereka berciuman?" hazu menatap mereka dengan mata berbinar seakan baru saja melihat pemandangan indah. "apa dia kekasihnya, (name)-nee?" aqua sendiri menjadi penasaran, ini pertama kali baginya melihat (name) dekat dengan seseorang. sementara wajah ao dan hanabi ikut memerah ketika melihatnya.

"wah.. aku tidak mengira akan melihatnya secara langsung." komentar yang di keluarkan nenek yuma berhasil mengundang tawa dari kakek zuma. "haha, aku jadi ingat dengan masa muda." kakek zuma menimpali dengan tawa kecil yang di keluarkannya. (name) sendiri masih terdiam membatu dengan wajah sedikit merah dan membiarkan muichiro bersandar padanya.

pada pagi hari buta, (name) terbangun oleh pikirannya sendiri. dia berjalan menuju ruang perawatan dan melihat muichiro yang berbaring dengan tenang. "sepertinya dia baik-baik saja." gumaman kecil berhasil keluar dari bibirnya. dia kembali ke kamarnya dan menulis sebuah surat lalu menyimpannya di antara lembaran buku. kemudian (name) melanjutkan aktivitas nya dengan membersihkan kediaman seperti biasa dibantu dengan anak anak yang lain.

ketika (name) menyapu halaman, hana dan yao menyiram tanaman. sementara ao dan sakura mencuci, miya dan natsu membereskan taman. kemudian mika dan nara membersihkan kediaman bersama mizu serta hanabi. lalu kakek zuma bersama ketiga anak laki-laki itu memperbaiki pagar dan juga membereskan kekacauan yang ada. nenek yuma sendiri sedang meracik obat herbal untuk pengobatan muichiro.

setelah selesai dengan halaman. (name) beralih memasak sarapan. bukan hanya fokus kepada masakan, dia juga memikirkan banyak hal dalam diamnya. muichiro selalu berada dipikirannya, dia benar-benar penasaran bagaimana bisa muichiro terkena racun semacam itu. dia bahkan nampak tidak perduli dengan dirinya. huhh.. (name) menarik nafas panjang untuk menenangkan pikirannya dan kembali kepada masakannya. ketika sarapan sudah siap, (name) pun memanggil semuanya untuk menghentikan kegiatan mereka sejenak dan pergi makan. (name) juga tak lupa membawakan makanan keruang perawatan.

saat masuk ruang perawatan, (name) mendapati muichiro sudah terduduk diam dengan pandangan menunduk. "selamat pagi, tokito-sama." (name) menyapa muichiro dengan hangat. lalu dia menaruh nampan makanan di atas nakas dan pergi berjalan untuk membuka jendela ruangan. tiba-tiba dia mendengar gumaman kecil. dia mendengarnya, namun tidak bisa yakin bahwa itu berasal dari muichiro. (name) menatap muichiro berharap dia mengulangi ucapannya. "maaf.." satu kata yang di ucapkan membuat (name) terdiam.

"eh? tadi apa?" gadis itu masih bisa bersikap bodoh disaat seperti ini. "aku minta maaf.." muichiro kembali mengulangi ucapannya. (name) kembali terdiam melihat muichiro yang masih terduduk dengan menundukkan kepalanya. tatapannya nampak kosong. "untuk apa?" (name) mencoba bertanya. tapi yang di tanya malah menarik nafas dan menjeda kalimatnya. "lupakan." kalimat singkat itu berhasil membuat seorang (name) kebingungan. namun dia mencoba mencairkan suasana dengan menawari muichiro sarapan. "ah.. apa tokito-sama ingin sarapan sekarang?"

ketika malam hari tiba, (name) menyempatkan diri untuk menghampiri muichiro dan mengucapkan selamat malam. (name) berdiri tepat di sebelah ranjang. "selamat malam tokito-sama. saya harap keadaan anda bisa lebih baik ketika bangun besok." sementara muichiro menatap (name) dengan datar. dia nampak baik-baik saja. "kalau begitu saya permisi." ketika membalikkan badan hendak meninggalkan ruangan tersebut. tangan (name) ditarik oleh muichiro dan mendaratkan satu kecupan pada bibirnya. "tokito-sama?" sepertinya yang aku katakan tadi. dia nampak baik-baik saja. itu sebabnya (name) memekik tidak percaya.

"hanya berjaga-jaga jika nanti malam racun itu kambuh lagi." dengan santainya dia membalas. padahal dia berhasil membuat gadis yang ada dihadapannya memerah salah tingkah dengan apa yang dilakukannya. mungkin jika bisa, dia ingin berteriak sekarang. "kalau begitu.. saya- saya permisi." dengan gugup di sertai wajah merah, (name) melangkahkan kakinya keluar ruangan tersebut.

saat berjalan menuju kamarnya, (name) terpikirkan akan sesuatu. waktu pertama kali racun itu bereaksi, muichiro mencium (name) entah dengan kesadarannya atau tidak. tapi itu berarti muichiro sudah mengetahui bahwa dirinya terinfeksi racun tersebut kan? padahal dia nampak tidak tau apa-apa. mungkin saja dia juga mengetahui penawar untuk racun itu? pertanyaan tersebut berkali kali keluar masuk kedalam pikiran (name) dan membuatnya tidak bisa tidur dengan tenang.

"sialan. kenapa aku terlibat dalam hal serumit ini?!" (name) bergumam frustasi sembari membaringkan tubuhnya dikasurnya. dia kembali teringat dengan surat yang dia tulis tadi pagi. (name) bangun dan meraih sebuah buku, membukanya dan mendapati selembar kertas dengan tulisan yang hampir memenuhi seluruhnya. "memangnya boleh ya aku bertanya seperti ini?" dia kembali bertanya kepada dirinya sendiri, namun meyakinkan dirinya bahwa apa yang akan dia lakukan tidaklah salah.

lalu (name) memanggil seekor merpati. dia menggulung kertas tersebut dan memasukkannya pada pipa kecil yang terikat pada kaki merpati itu. "aku harap kochou-sama tidak keberatan menjawab pertanyaanku." (name) bergumam pada dirinya sendiri sembari menatap merpati yang terbang menjauh darinya. kemudian tanpa banyak berpikir lagi, (name) menutup jendela nya dan membanting tubuh di kasurnya. "aku lelahh." tidak lama setelahnya, (name) pun terlelap dalam mimpinya.

━⁠☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚✿ ゚。・⁠*⁠.⁠゚⁠☆━

𝖙𝖍𝖊 𝖈𝖚𝖗𝖘𝖊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang