07

179 29 5
                                    

━⁠☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚✿ ゚。・⁠*⁠.⁠゚⁠☆━

diruang tengah, terlihat seorang gadis dengan dua orang laki-laki sedang duduk bersebrangan. Yoshi, pria berusia 20 tahun datang mengunjungi kediaman tersebut sesuai janji. dengan di temani naiko, laki-laki berusia 16 tahun yang menjadi muridnya.

"maaf, yoshi-sama. saya sudah meminta nenek untuk meluangkan waktu, namun tiba-tiba ada pasien nenek yang membutuhkan bantuan, jadi nenek harus meninggalkan kediaman." (name) mencoba memberitahukan tentang kondisi saat ini.

"tidak masalah, aku bisa meminta bantuan tuan zuma untuk hari ini." meskipun sedikit kecewa, yoshi mencoba mengerti dengan keadaan nenek yuma yang harus merawat pasien dirumah mereka masing-masing. "tentu, kakek zuma akan segera datang." dengan sembari menunggu kedatangan kakek zuma yang dijemput oleh ao, atmosfer sekitar terasa canggung untuk seorang (name). ini tidaklah nyaman. batinnya.

tiba-tiba yoshi kembali angkat bicara. "(name)-chan. sudah lama kita mengenal dan tidak sopan aku jika belum memperkenalkan mu kepada muridku." sembari menyeduh tehnya, dia membuka pembicaraan diluar topik. "tidak masalah, yoshi-sama. lagipula, memang tidak banyak dari murid anda yang saya kenal." (name) membalasnya dengan tawa kaku. dia memperhatikan laki-laki dengan surai putih yang juga sedang menatapnya dengan senyuman.

yoshi melihat (name) dan muridnya yang saling bertatapan dengan rasa penasaran satu sama lain membuatnya mengurungkan niat untuk memperkenalkan. "sepertinya kalian ingin berkenalan sendiri. jadi, aku tidak perlu repot memperkenalkan kalian." Yoshi mengeluarkan senyuman miring, seakan ada rencana tersembunyi.

"maaf membuat menunggu." suara ao mewakili kedatangan kakek zuma dan membuat pandangan teralihkan. "lama tidak bertemu, tuan zuma." sapa yoshi kepada kakek zuma yang baru saja duduk. "ya, bagaimana kabarmu yoshi? sepertinya kau membawakan hal yang menarik kepadaku." kakek zuma dengan tawa khasnya membuat suasana berubah seketika. semuanya menjadi lebih santai seakan sedang dalam permainan.

yoshi meminta naiko mengeluarkan sebuah gulungan kertas tua dan memberikannya kepada kakek zuma. dia pun membukanya dan melihat sejenak 6 lembar kertas tua yang di gulung itu. "menarik.. tapi aku tidak yakin kau bisa membacanya." ucap kakek zuma demikian karena tulisan yang ada pada kertas tersebut adalah tulisan dengan huruf kuno yang sudah hampir tidak di ketahui, apalagi dengan tulisan tangan yang buruk dan tinta yang sudah memudar, membuatnya akan menjadi semakin sulit untuk dibaca.

namun kakek zuma nampaknya santai karena merasa bisa menangani hal tersebut. "itu sebabnya saya datang kemari. saya harap tuan zuma mau membantu untuk menerjemahkan kertas tersebut." pinta yoshi dengan baik membuat kakek zuma tak ingin menolaknya. apalagi yoshi dulunya adalah salah satu murid kakek zuma juga. "tidak perlu khawatir. jika sudah selesai, aku akan memberitahumu. sekarang ayo kita nikmati hari ini." nampaknya kakek zuma ingin berbincang santai dengan yoshi. meskipun sudah disajikan minuman sebelumnya, ao tetap di minta kakek zuma untuk menyajikan minuman yang lain dan juga beberapa makanan.

sementara itu, (name) di tunjuk kakek zuma untuk mengajak naiko berkeliling sekaligus saling berkenalan. namun tatapan dan juga senyuman yang di berikan yoshi dan juga kakek membuat (name) menaruh rasa curiga. "ee- jadi.. kau (name) ya?" laki-laki itu memulai pembicaraan saat melangkah beriringan dengan (name) menuju taman belakang. "iya, kau bisa panggil aku begitu. bagaimana denganmu?" tentu saja sebagai anak yang baik, ketika di tanya (name) pun menjawab dengan santai.

"kalau begitu aku akan senang jika kau mau memanggilku naiko." dia tersenyum menatap (name), dan sepertinya (name) juga mulai tertarik. mereka berkenalan dan berbincang di bangku taman. berdua bersebelahan, tersenyum disertai tawa, menikmati udara yang tak begitu buruk dengan pemandangan bunga-bunga yang tumbuh dengan indahnya.

"apa itu.. mawar biru?" nampaknya naiko terkejut dengan sesuatu yang dilihatnya. dia berjalan menghampiri bunga tersebut di ikuti dengan (name). "ah iya, itu bukan mawar biru. anak anak yang lain selalunya iseng menyiram mawar putih dengan air berwarna biru. lagipula, mawar biru itu tidak ada..." (name) menjelaskan kepada naiko atas kesalahpahaman yang terjadi. dia merasa bersalah karena itu.

tapi naiko tersenyum menatap jejeran bunga mawar yang berwarna biru itu. tangannya terangkat menyentuh dengan lembut kelopak bunga itu. "tapi jika benar ada, bukankah itu indah?" kata-kata naiko yang nampak berarti membuat (name) terdiam ketika mendengarnya. dia merasa tidak asing dengan kalimat yan di ucapkan, seakan dia merasakan dejavu kali ini. namun (name) pun memberikan senyuman sebagai balasan. "iya, aku membayangkan mawar biru itu benar-benar indah."

"boleh aku memetik nya?" naiko menatap (name) berharap mendapatkan izin. (name) sendiri menganggukkan kepala sebagai jawaban. kemudian naiko memetik setangkai bunga mawar berwarna biru itu dan membersihkan tangkainya dari duri serta daun. naiko berdiri di hadapan (name) dengan setangkai bunga ditangannya, dan kemudian berlutut sembari meraih tangan (name) dengan lembut. "mawar yang indah, haruslah diterima oleh seseorang yang juga indah." sungguh, tindakan naiko berhasil membuat (name) terdiam membeku. mencerna apa yang terjadi saat ini.

(name) pun tersenyum dan memberikan kekehan kecil. sembari menerima mawar itu dari naiko, (name) berterimakasih. "terimakasih, naiko. namun aku bukanlah misteri seperti yang ada dalam makna sebuah mawar biru ini." perkataan (name) membuat naiko tertawa kecil. "kau benar, dirimu bukanlah misteri atau teka-teki. namun kau adalah seseorang yang ingin aku kenal lebih dalam lagi." naiko berdiri menatap (name) dengan hangat.

"aku tidak tau kapan bisa menemui mu lagi, tapi aku harap kau tetap mau bertemu denganku suatu saat nanti." ucapnya melanjutkan, tatapan penuh harapan itu di tunjukan oleh naiko kepada (name). entah apa yang di rasakan naiko sampai dia bersikap seperti ini dan membuat (name) sedikit kebingungan. "tentu, aku akan senang jika kau mau datang mengunjungi kediaman ini lagi."

dan beberapa saat setelah percakapan, matahari mulai tenggelam. naiko dan yoshi menginap untuk malam ini. (name) pergi menemui kakek zuma di tempatnya. "(name)-chan, apa kau mau membantuku?" kakek ini langsung to the poin. "tentu, apa yang bisa aku bantu?" dengan anggukan dari (name), kakek zuma melanjutkan ucapannya. "aku akan memberimu tugas untuk membantuku menerjemahkan kertas kertas itu. mungkin akan sulit, tapi ini akan membuatmu belajar banyak." dengan santai kakek zuma melemparkan pekerjaannya kepada cucu yang tidak tau apa-apa itu. "eh- kenapa jadi aku.." (name) pun hanya bisa menerimanya dengan pasrah tanpa adanya bantahan. anak yang baik.

sementara di ruangan naiko, dia menatap sebuah cincin yang ada di tangannya sembari bergumam. "mungkin dia bukanlah dirimu, namun dia mirip sepertimu, onee-san." gumaman naiko mengungkapkan semuanya. naiko tertarik kepada (name) karena dia mirip dengan kakaknya.

kakak naiko sebenarnya sudah dewasa dan hampir menjalankan pernikahan, namun sebelum sempat, iblis sudah lebih dulu menghabisi kakaknya dan juga pasangannya ketika baru saja pulang mempersiapkan hadiah untuk naiko yang berulangtahun. dan cincin yang di pakai naiko, adalah cincin yang seharusnya menjadi tanda cinta dari sang calon suami kakaknya. namun keduanya harus pergi sebelum sempat mengucapkan janji suci dan hidup bersama dalam kebahagiaan. "jikapun hanya kebetulan, setidaknya aku bahagia hari ini. terimakasih, (name)-chan." naiko tersebut sebelum akhirnya terlelap dalam tidurnya.

(name) sendiri sedang duduk di kamarnya menatap lembaran kertas dengan tulisan yang tak jelas di meja, dan memegangi kepalanya yang frustasi. "kenapa kakek memberikan tugas sesulit ini kepadaku?!" gerutunya menyalahkan, namun juga salahnya sendiri dia tidak menolak. tapi jikapun menolak, kakek pasti tetap akan memaksa.

kemudian terdengar suara ketukan pintu dan (name) bergerak untuk membukakan pintu. seseorang dengan rambut hitam panjang dengan gradasi mint yang terurai menjadi daya tarik tersendiri. wajahnya yang nampak mengantuk dan juga baju yang berantakan membuat (name) keheranan. "tokito-sama? ada yang bisa saya bantu?" tanya (name) dengan heran. muichiro berjalan tanpa sepatah katapun dan langsung menjatuhkan diri ditempat tidur (name). "selamat malam." setelah mengucapkannya, muichiro segera memejamkan mata dan tertidur.

"tidur di kamarku lagi ya... yasudahlah, sepertinya juga malam ini aku tidak akan tidur. banyak yang harus aku kerjakan." (name) mengelus kepala muichiro sejenak dan kembali duduk menatap lembaran kertas itu. diambilnya buku besar nan tebal yang tadi sempat diberikan oleh kakek zuma. dia akan mulai bekerja keras malam ini.

━⁠☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚✿ ゚。・⁠*⁠.⁠゚⁠☆━

𝖙𝖍𝖊 𝖈𝖚𝖗𝖘𝖊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang