06

190 30 3
                                    

━⁠☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚✿ ゚。・⁠*⁠.⁠゚⁠☆━

saat hendak makan malam, (name) menerima surat dari seseorang. orang itu meminta izin agar dapat menemuinya di keesokan hari untuk meminta bantuan. "siapa pengirimnya?" ao yang dari tadi menyimak mencoba bertanya dan memastikan bahwa itu bukanlah orang yang memiliki niat buruk. "tenang saja. yoshi-sama penjaga sektor kuno yang meminta bantuan." (name) membalasnya kemudian kembali kepada makanannya.

"yoshi-sama?" mika nampaknya belum mengetahui siapa sosok itu. yah, mika memang masih baru di sini, jadi mungkin tidak tau banyak. "hm.. yoshi-sama sama adalah penjaga aset kuno di bagian utara. dia sering mendapatkan benda kuno yang perlu di teliti. jadi, ada kalanya dia datang kemari untuk meminta bantuan nenek dan kakek." kali ini, dengan ringan (name) menjelaskan agar sang adik faham dengan yang di ucapkannya.

"aku tidak pernah ingin melihat om-om itu lagi!" ao mencetus nampak dengan kesal. "he? padahal dia hanya lebih tua dua tahun darimu loh.. aku kira kau juga menyukainya?" kali ini (name) menggoda ao dan membuatnya menahan malu. "bukan- bukan seperti itu tau! aku.. hanya senang dia mau membantu dulu..." dengan wajah memerah, ao mencoba mengelak dari ucapan (name). "yang bener? bukankah tadi kau bilang tidak mau melihatnya lagi, hm?" lagi lagi, (name) memberikan tatapan menggoda membuat sang lawan bicara menjadi lebih memerah.

"(name)-chan! tunggu saja balasanku!" ao berdiri meninggalkan meja makan dengan wajah memerah, bukan karena malu namu karena di buat kesal oleh godaan (name) perihal kisah perasaannya. "loh? aku salah ya?" gumaman itu keluar dari mulut (name) tanpa adalah rasa penyesalan. yasudah.

menjelang waktu beristirahat, tak lupa (name) mengunjungi ruangan muichiro untuk memastikan keadaannya. saat melangkahkan kaki, (name) terpikirkan sesuatu tentang hal ini yang sudah seperti rutinitas baginya, entah berapa lama dia melakukan ini sejak kedatangan muichiro pertama kali, dia sendiri bahkan tidak menghitungnya. namun, dirinya juga tidak keberatan jika sang hashira tinggal lebih lama, dia ingin mengenal seseorang yang sulit dikenal. muichiro contohnya.

dia ingat betul saat pertama kali menatap muichiro yang berjalan mendekat dengan langkah yang tidak pasti menuju kediaman nya. tatapannya begitu dingin dan kosong, (name) menduga itu karena dia hampir kehilangan kesadarannya. namun setelah perawatan, tatapan itu sama sekali tidak kembali terisi. seakan-akan dia telah kehilangan hidupnya. bahkan kalimat yang pertama kali dia ucapkan kepada (name), berhasil membuat (name) terdiam menatapnya dan berfikir. 'memangnya ada orang yang bisa hidup dengan seperti ini?' dan jawabannya, iya. benar adanya dan sebagai buktinya kehidupan seorang anak laki-laki yang kehilangan keluarga disertai dengan hilangnya ingatan membuat dia nampak seperti orang yang tak lagi hidup. muichiro tokito. anak itu membutuhkan seseorang yang mampu mengisi hidupnya lagi-

disela-sela pikiran yang membuat gelisah itu, (name) juga terpikirkan kembali senyuman yang sudah berhasil di lukis oleh sang hashira di wajahnya. mungkin, secara perlahan hidupnya akan kembali terisi. (name) hanya perlu mengerti dirinya, menemaninya, menjaganya, merawatnya, memberinya perhatian, membuatnya bahagia, dan... ee- kalau di pikir-pikir, itu terlalu berlebihan... setidaknya, berhasil membuat dia tersenyum itu sudah baguskan? namun (name) sendiri tidak senang karena itu, dia merasa sedang melakukan hal yang salah.

"tokito-sama, apa anda sudah tidur?" (name) mengetuk pintu dan memastikan. beberapa saat tanpa jawaban, tiba-tiba pintu itu terbuka. memperlihatkan muichiro yang nampak berantakan dengan mata berair. muichiro menatap (name) dengan tatapan sendu. "kau.. mau menemaniku?" suara serak itu terdengar hampir hilang, namun tetap di paksakan agar terdengar. "tentu, tokito-sama." meski sempat terdiam terkejut, (name) tetap mencoba untuk terlihat tenang dan berguna.

𝖙𝖍𝖊 𝖈𝖚𝖗𝖘𝖊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang