Bab 2

698 34 26
                                    

Andai saja kamu mengetahui rencana-rencana indah Allah dibalik takdir-Nya, maka kamu tak akan pernah berhenti untuk tersenyum.

.
.
.

~Happy Reading~

🥀🥀🥀

"Mau kemana kamu?" Ucap Zahra bertanya kepada Zeya saat melihat dia tengah berpakaian sedikit rapih.

"Main, Bun." Ujar Zeya.

"Kamu ini, kerjaannya main teruss. Nggak bisa apa diam di rumah!" Ucap Bunda Zahra mengomel.

"Sebentar doang, Bun. Gak lama kok!" Ujar Zeya.

"Iya gak lama. Tapi berangkat pagi pulang malam! Itu yang di maksud nggak lama?Perempuan itu nggak baik kalau pulang malam Zeya." Ucap Bunda Zahra yang tidak tau lagi harus ngomong apa sama anak satu satunya itu.

Zeya tidak mempunyai kakak atau pun adik, dia adalah anak satu satunya dari Zahra dan Lukman.

"Pasti main sama teman-teman kamu itu kan? Atau main sama Zidan?" Lanjutnya mengintrogasi.

"Iya, Bun. Main sama teman-teman aku, setelah itu main sama Zidan." Sahut Zeya dengan wajah tanpa dosanya.

"Astaghfirullah, Zeya. Lebih baik kamu putusin si Zidan itu!" Ucap Bunda Zahra dengan tegas karena dia tidak suka dengan Zidan apalagi sikapnya.

"Aduh Bunda udah deh ah jangan paksa Zeya untuk putusin Zidan mulu." Ujar Zeya yang cape dengan Bundanya itu karena selalu menyuruhnya putus dengan Zidan.

"Udah ah daripada Zeya dengerin Bunda ngomel terus mending Zeya berangkat sekarang. Assalamualaikum!" Lanjutnya sambil mencium punggung tangan Bundanya lalu pergi meninggalkan Bundanya.

"Eh Zeya Bunda belum selesai bicara ya, astaghfirullah! Wa'allaikumsallam!" Sahut Bunda Zahra sedikit berteriak.

Kini Zeya pun langsung menaiki taksi online  yang baru saja dia pesan. Setelah itu taksi yang di tumpangi olehnya langsung berjalan dengan kecepatan sedang.

....

Setelah Zeya sampai di cafe tempatnya nongkrong bersama teman temannya, Zeya pun langsung memasuki cafe itu dan mencari meja tempat teman temannya duduk.

"Zeya," Ucap seseorang menyapa dengan melambaikan tangannya.

"Nah tuh diah," ujar Zeya lalu langsung berjalan menghampiri teman temannya yang sudah berkumpul di sana.

Orang yang menyapa Zeya tadi adalah teman Zeya yang bernama Sindy. Bukan cuman Sindy di sana juga ada Dara dan juga Elsa. Dan teman cowoknya ada Bintang, Daffa dan Dimas. Mereka semua udah lama berteman dari zaman SMA dan mereka memang satu tongkrongan.

"Lama banget sih, lo." Ucap Dara saat Zeya baru saja sampai di hadapannya.

"Lo kayak belum tau gue ajah, kan lo udah tau Bunda gue kayak gimana. Setiap mau keluar rumah ajah gue di interogasi!" Ujar Zeya.

"Iya sih," sahut Elsa.

"Lo mau pesan apa, Ze. Pesan ajah nanti gue yang bayar," ujar Daffa mengeluarkan suara.

"Kita semua di traktir katanya, Ze." Ucap Sindy.

"Gue pesan yang seperti biasa ajah," sahut Zeya memesan yang biasanya dia pesan.

"Tapi gue di sini gak lama ya, soalnya mau ketemuan sama Zidan di taman." Lanjutnya.

"Hilih dasar bucin," timpal Bintang.

"Tau tuh bucin ajah terus," sahut Dimas menyetujui ucapannya Bintang.

"Yee, iri? Bilang boss," ujar Zeya mengejek teman temannya.

Beberapa jam kemudian Zeya pun pamit kepada teman temannya untuk menemui Zidan di taman tempat biasanya.


****

Pagi menjadi siang, siang menjadi sore dan sore menjadi malam. Kini jam menunjukkan pukul 22.32 malam ini Zeya baru pulang di antar oleh Zidan.

Saat Zeya memasuki rumah dengan cara mengendap ngendap seperti orang yang mau maling, karena takut ketahuan oleh Ayah dan Bundanya.

Tetapi itu semua mustahil, Lukman dan Zahra tengah duduk di ruang tengah menunggu dirinya pulang.

"Dari mana ajah kamu perempuan jam segini baru pulang!" Ucap Ayah Lukman sedikit tegas lalu melangkah kan kakinya menghampiri Zeya dengan di ikuti oleh Zahra.

"Ya main lah Ayah sama teman temannya, terus abis itu nemuin Zidan!" Ucap Bunda Zahra dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Tuh Bunda tau, jadi Zeya gak perlu jawab yah." Sahut Zeya, Zahra pun menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku anaknya itu.

"Kamu kan baru lulus SMA, Ze. Seharusnya kamu bisa merubah diri kamu menjadi lebih baik lagi." Ucap Lukman yang tidak tahu lagi harus ngasih tau Zeya dengan cara apa.

"Kalau caranya seperti ini, Ayah akan masukin kamu ke pesantren besok!" Lanjutnya dengan tegas.

"Ya nggak bisa gitu dong, Ayah!" Sahut Zeya menolaknya.

"Nggak ada penolakan! Keputusan Ayah nggak bisa di ganggu gugat!" Setelah mengucapkan itu Lukman langsung pergi meninggalkan Zeya dan Zahra yang masih berada di tempatnya.

"Bun, Zeya nggak mau masuk pesantren. Tolong bujuk Ayah ya biar di batalin!" Ucap Zeya membujuk Bunda Zahra.

"Bunda setuju dengan keputusan Ayah, kamu udah tau kan keputusan Ayah tidak bisa di ganggu gugat!" Ujar Zahra lalu ikut pergi meninggalkan Zeya yang kesal.

"Ck, Bundaaa. Zeya gak mau masuk pesantren!"

Zeya langsung berjalan menaiki tangga untuk masuk ke dalam kamarnya. Di kamar dia langsung mengambil ponselnya lalu menghubungi temannya dengan cara video call dengan teman temannya.

"Kenapa, Ze? Ini udah malam loh!" Ucap Sindy di sebrang telepon.

"Tau tuh ganggu tidur gue ajah!" Ujar Elsa.

"Masa gue mau di masukin ke pesantren sama Ayah dan Bunda gue!" Ucap Zeya to the poin.

"Hah, lo seriusan!" Sahut Dara memekik kaget karena tadi dia hanya diam saja karena ngantuk.

"Terus nanti lo nggak bisa kumpul lagi dong sama kita semua, Ze." Sahut Daffa.

"Ya gimana gue mau kumpul, keluar ajah mungkin susah!"

Beberapa menit kemudian setelah Zeya video call dengan teman temannya, Zeya pun langsung merebahkan tubuhnya yang terasa begitu lelah. Di tambah saat Ayahnya bilang mau memasukkan nya ke pesantren.



TBC.


Hii guys👋

Bantu komen kekurangannya ya dan bantu Vote juga:)

Maaf jika ada yang kurang dalam ceritanya^⁠^

Terimakasih ^⁠_⁠^

RAZEYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang