Bab 30

86 8 0
                                    

'Setiɑp wɑnitɑ itu mempunyɑi keindɑhɑn tersendiri didɑlɑmnyɑ.'

'Nɑmun tɑkkɑn ɑdɑ yɑng bisɑ melihɑtnyɑ kecuɑli orɑng yɑng benɑr-benɑr mencintɑinyɑ.'


.
.
.


~Happy Reading~



🥀🥀🥀



Saat ini di rumah setelah melaksanakan sholat isya berjamaah Zeya masih merasakan sikapnya Gus Rafael berbeda semenjak pulang dari toko buku tadi.

Gus Rafael masih tetap diam kepada Zeya, suasana seperti itu membuat Zeya canggung. Dia bingung harus ngapain bahkan ingin bicara pun takut salah.

Gus Rafael saat ini tengah duduk bersandar di atas kasurnya sambil sibuk dengan laptop miliknya. Zeya yang melihat itu langsung menghampiri Gus Rafael dan duduk di sebelahnya.

"Aa." Ucap Zeya memberanikan diri untuk bicara dan memanggil Gus Rafael.

Gus Rafael yang sibuk berkutat dengan laptopnya tidak menghiraukan panggilan dari Zeya. Dia tetap sibuk dengan laptopnya sendiri tanpa mengalihkan pandanganya kepada Zeya.

"Aa." Panggil Zeya sekali lagi.

"Hm." Ucap Gus Rafael hanya berdeham.

"Aa ihh!" Ucap Zeya sedikit kesal.

"Kenapa sih, Zey?" Ucap Gus Rafael bertanya.

"Aa dari tadi di panggilin gak jawab, giliran jawab ham hem ham hem aja terus." Ucap Zeya jadi kesal.

"Ya terus kenapa?" Tanya Gus Rafael lagi.

"Aa masih marah ya sama, Zeya?" Tanya Zeya.

"Mana bisa saya marah sama kamu." Ucap Gus Rafael.

"Itu buktinya Aa diam aja pas pulang dari toko buku sampai sekarang!" Ucap Zeya.

"Saya diam bukan berarti marah, saya sengaja aja diemin kamu biar kamu tahu caranya menghargai."

"Kamu kan istri saya, Zey. Jadi kalau kamu mau kemana mana izin dulu sama saya itu udah sepantasnya seorang istri. Soal di izinkan atau tidak itu terserah nanti yang penting kan kamu udah izin." Ucap Gus Rafael memberikan nasihat.

Zeya yang mendengar ucapannya Gus Rafael pun langsung menunduk dan merasa bersalah. Matanya mulai berkaca-kaca karena dia takut melihat sikapnya Gus Rafael seperti itu.

Padahal sebelum mengetahui pernikahannya dia sering di bentak oleh Gus Rafael dan di hukum. Toh dia biasa aja, tapi sekarang keadaannya berbeda dia malah sedikit takut. Mungkin karena Gus Rafael itu suaminya jadi dia takut sama dosa.

Gus Rafael yang melihat Zeya terus menunduk, dia pun langsung mengangkat dagu Zeya agar dia bisa menatapnya.

Saat Gus Rafael telah berhasil melihat wajahnya Zeya. Gus Rafael terkejut melihat wajahnya Zeya yang sudah di banjiri oleh air mata.

"Hey kenapa nangis, hmm?" Ucap Gus Rafael mengusap pipi Zeya yang penuh dengan air mata.

"Hiks, maaf." Ucap Zeya meminta maaf.

"Oke gapapa asal jangan di ulangi, aku seperti itu karena ingin memberi peringatan aja sama kamu supaya nantinya kamu tidak seperti itu lagi." Ucap Gus Rafael memeluk Zeya yang menangis.

RAZEYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang