07. The Heirs

587 57 7
                                    

Pesta perayaan pembukaan cabang perusahaan baru berlangsung meriah. Orang-orang penting berjas saling berkumpul membicarakan perihal bisnis.

Sementara di sudut ruangan seorang wanita berbalut gaun biru tua sepanjang lutut melekat pas di tubuh rampingnya. Jas hitam bertengger di kedua bahu telanjangnya guna menutupi bagian tengah dada yang nyari terekspos jelas. Leher jenjangnya berhiaskan kalung permata serupa dengan anting-antingnya.

Dia tidak berniat bergabung untuk sekedar basa basi dengan orang lain. Menurutnya itu melelahkan. Lagi pula dia menghadiri pesta ini karena menghargai penyelenggara utama pesta.

Mikage Reo— pewaris tunggal Mikage Corporation, salah satu rekan bisnis terlama yang sampai saat ini perusahaannya masih saling bekerjasama. Dirinya tidak mungkin mengacaukan hubungan yang telah dibangun mendiang sang kakek hanya karena muak dengan keramaian.

Gelas kedua berisi wine telah ditandaskan. Pertanda dirinya akan segera undur diri. Sebelum suara berat seseorang menginterupsi.

"Anda terlihat cantik, Nona Skylar." Senyuman khas terpatri di bingkai wajah rupawan pewaris tunggal Mikage.

"Terima kasih atas pujian berlebihan Anda, Tuan Mikage." (Name) membalas dengan menampilkan senyum palsu andalannya.

"Ah, saya baru ingat tentang proposal yang saya ajukan. Bagaimana menurut Anda?"

Ekspresi dingin (Name) seolah menjelaskan bahwa dia tidak menyukai ke mana arah topik pembicaraan ini. Padahal sudah tiga bulan berlalu, tetapi pewaris tunggal itu masih saja mengharapkan sesuatu yang mustahil.

(Name) berdehem pelan sebelum berkata, "Seperti yang Anda ketahui, Skylar tidak pernah menolak ajakan kerjasama apapun dari Mikage."

Reo mengangguk paham. "Saya rasa kita harus membicarakan hal ini di tempat yang lebih tertutup."

Di sekitar mereka memang terlalu ramai orang-orang dengan kesibukan masing-masing berlalu lalang. Banyak pasang mata memerhatikan interaksi kedua pewaris tunggal tersebut.

(Name) setuju dengan tanggapan Reo. Lagipula dirinya juga tidak nyaman menjadi pusat perhatian, yang akan menimbulkan bahan gosip murahan.




***





Di bawah sana masih ramai pesta perayaan yang memang dilaksanakan di sebuah hotel megah milik Mikage Corp.

Tempat yang tertutup itu berupa salah satu kamar hotel VVIP lengkap dengan berbagai fasilitas mewah serta keamanan yang ketat.

(Name) duduk anggun di sofa menunggu Reo mengambil dua gelas kaca serta sebotol wine. Diamati dengan lekat cara lelaki itu menuangkan wine dan memberikan padanya.

Dipandangi gelas tersebut tanpa berminat meraihnya, (Name) menyilangkan kaki lalu mengarahkan tatapan dingin ke lelaki bersurai ungu itu, yang tengah menyesap wine-nya sambil terus menatap intens (Name).

Reo tersenyum miring lalu menyugar surai ungunya ke belakang, memperlihatkan jidatnya dan seluruh paras rupawan yang begitu mempesona.

"Apa saya semenarik itu hingga Nona Skylar enggan berpaling dari saya?"

"Tidak perlu berbasa-basi, Reo." Hilang sudah sikap formal (Name). Jika hanya berdua dengan Reo, dia terbiasa berbicara lebih santai. Toh, mereka dulunya sempat menjadi teman dekat sebelum beberapa hal menciptakan jarak diantara keduanya.

"Aku menolak proposal perjodohan sialanmu itu. Alasannya? Karena aku belum mau menikah."

Reo tertawa getir mendengar penolakan (Name). Bukan hanya sekali atau dua kali, entahlah Reo bahkan tidak menghitung berapa kali (Name) telah menolaknya.

 Ágriɑ Fɑntɑsíɑ || Blue Lock (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang