08. Uninvited Guests

526 55 0
                                    

Langit malam di atas mansion megah itu dipenuhi bintang-bintang yang berkelap-kelip, namun dinginnya suasana di dalam mansion tidak kalah dari sejuknya udara malam.

(Name) Skylar— wanita yang terkenal dengan ketenangannya yang dingin, melangkah perlahan melintasi aula besar mansion miliknya.

Gaunnya berwarna hitam mengalir mengikuti setiap gerakannya, menambah aura misterius yang selalu mengelilinginya.

Di setiap langkah, ada kekuatan tersembunyi di balik keanggunan, sesuatu yang membuat semua orang yang melihatnya merasa gentar sekaligus terpesona.

Namun, ada satu hal yang mengisi pikirannya saat ini—seseorang yang membuat hatinya, yang biasanya beku, merasa hangat. Chigiri Hyoma—lelaki dengan rambut merah khas yang selalu mampu mencairkan sedikit demi sedikit es di dalam hati (Name).

(Name) telah lama menantikan momen ini, momen ketika ia bisa kembali ke mansion dan menghabiskan waktu dengan Chigiri tanpa gangguan.

Pintu besar ruang tamu terbuka dengan perlahan saat (Name) mendorongnya. Di dalam, Chigiri sudah menunggunya, duduk di sofa dengan sebuah buku di tangannya. Rambut merahnya berkilau dalam cahaya lampu, menciptakan kontras yang indah dengan kulitnya yang pucat.

Ketika Chigiri menyadari keberadaan (Name), senyuman lembut langsung menghiasi wajahnya, namun ada sedikit keraguan di matanya, seolah dia tidak yakin apakah wanita di hadapannya ini merasakan hal yang sama.

“(Name),” panggil Chigiri dengan suara lembut penuh kasih, suaranya hampir berbisik.

(Name) tidak menjawab dengan kata-kata. Ia melangkah mendekat, mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi Chigiri.

Sentuhan itu lembut, tapi juga penuh dengan dominasi begitu khas dari (Name). Tanpa berkata-kata, ia menundukkan kepalanya dan mencium Chigiri, dalam dan penuh gairah.

Ciuman itu bukan hanya sebuah ungkapan cinta, tapi juga sebuah pengingat akan siapa yang memiliki kendali dalam hubungan mereka.

Chigiri membalas ciuman itu dengan penuh kehangatan, tangannya merangkul leher (Name), seolah tidak ingin momen ini berakhir.

Mereka tenggelam dalam ciuman (Name), seolah tidak ada orang lain di luar sana, hanya ada mereka berdua. (Name) menggerakkan bibirnya dengan ahli, menguasai setiap inci dari mulut Chigiri, membuat pria itu takluk di bawah pesonanya.

Akan tetapi, momen itu tidak berlangsung lama. Ketukan keras di pintu utama membuat keduanya terhenti. (Name) mengangkat kepalanya, ekspresinya berubah dingin seketika.

Chigiri bisa merasakan perubahan itu dan melepaskan dirinya dari pelukan (Name), meskipun hatinya berteriak menentangnya.

“Nona Skylar!” suara salah satu bodyguard-nya terdengar dari luar pintu, terdengar cemas. “Ada seseorang yang ingin bertemu Nona. Kami tidak bisa menahannya lebih lama lagi.”

(Name) menarik napas dalam, berusaha menahan rasa frustrasinya. Ia tahu siapa yang ada di balik pintu itu sebelum orang tersebut masuk.

Perkiraannya benar, sebelum (Name) sempat memberikan perintah apapun, pintu itu terlempar terbuka, menampilkan Michael, pria berdarah Jepang-Jerman yang tampak murka.

Michael menerobos masuk dengan langkah cepat, mengabaikan para bodyguard yang berusaha menahannya. Wajahnya penuh amarah, dan sorot matanya tajam menatap langsung ke arah (Name).

“(Name),” katanya dengan nada memaksa, “Kita perlu bicara. Sekarang!”

(Name) menatap Michael dengan tatapan dingin, ekspresinya tidak berubah sedikit pun meski melihat kemarahan di mata pria itu.

“Kau mengganggu waktuku, Michael,” ucap (Name) dengan suara rendah namun penuh ancaman.

“Aku tidak peduli,” balas Michael tajam. “Aku tidak akan pergi sebelum kita bicara.” (Name)

Chigiri merasa canggung dengan situasi ini. (Name) memandangnya dengan lembut dan berkata, “Tunggu di sini, Chigiri. Aku akan segera kembali.” Kata-kata itu seperti janji yang tak terucap, janji bahwa perbincangan dengan Michael tidak akan mengganggu hubungan mereka.

(Name) lalu mengangguk pada para bodyguard-nya untuk memberikan mereka ruang, dan membawa Michael ke sebuah ruangan lain dan lebih tertutup, jauh dari pendengaran siapa pun.

Ketika mereka sudah berada di dalam dan pintu tertutup rapat, (Name) berbalik menghadap Michael.

“Apa yang ingin kau bicarakan, Michael?” tanya (Name) dengan nada yang sama dinginnya seperti sebelumnya.

Michael menatap (Name) dengan campuran emosi yang sulit digambarkan—amarah, kekecewaan, dan mungkin sedikit rasa sakit.

“Kau pergi begitu saja setelah malam itu, (Name)," ucapnya, suaranya terdengar penuh tuduhan. “Kau pikir aku ini apa? Kau pikir aku tidak punya perasaan? Kau mempermainkan aku, seakan aku tidak ada artinya bagimu.”

(Name) menatap Michael dengan tatapan yang sulit dibaca, lalu tersenyum tipis, tetapi senyum itu tidak mencapai matanya. “Dan apa yang kau harapkan dariku, Michael? Romantisme? Kepastian? Kau seharusnya tahu lebih baik daripada berharap itu dariku.”

Kata-kata (Name) seperti tamparan bagi Michael. “Kau tidak bisa terus mengabaikan aku, (Name). Aku ingin kau mengakuiku.”

(Name) tertawa kecil, suara tawa tanpa emosi, sebelum mendekati Michael. “Kau ingin aku mengakui keberadaanmu? Baiklah, ada satu cara untuk itu, kau harus melakukan sesuatu untukku.”

Michael menatap (Name) dengan penuh harap, meskipun ia tahu harga yang akan diminta (Name) pasti tinggi. “Apa itu?”

“Kunigami Rensuke,” sebut (Name) dengan dingin, matanya berkilat dengan cahaya berbahaya. “Dia melarikan diri dariku. Aku tidak bisa membiarkan itu. Dia terlalu gesit dan sulit ditangkap oleh orang-orangku, tapi mungkin kau bisa melakukannya.”

Michael terdiam, merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Kunigami adalah temannya, sahabat yang sudah lama dikenalnya, tetapi di hadapan (Name), ia tahu bahwa kesetiaannya akan diuji.

“Dan jika aku melakukannya?” tanyanya, suaranya serak.

(Name) mendekat, hanya beberapa inci dari wajah Michael, berbicara dengan nada yang hampir seperti bisikan.

“Jika kau berhasil menangkap Kunigami dan membawanya padaku, maka aku akan mengakui keberadaanmu, Michael. Kau punya waktu satu minggu. Selama itu, jangan pernah muncul di hadapanku sebelum kau berhasil.”

Michael menelan ludah, menyadari bahwa ini bukan hanya tugas yang sulit, tetapi juga pengkhianatan yang mungkin tidak bisa dimaafkan. Namun, keinginan untuk diakui oleh (Name) terlalu kuat untuk diabaikan.

“Baik,” jawabnya akhirnya, “Aku akan melakukannya.”

(Name) tersenyum tipis lagi, kali ini dengan sedikit rasa puas. “Bagus. Sekarang, pergi dari sini dan jangan kembali sampai kau membawa Kunigami padaku.”

Michael mengangguk pelan, lalu berbalik meninggalkan ruangan itu, meninggalkan (Name) sendiri.

Saat pintu tertutup, (Name) menghela napas dalam, lalu kembali ke ruang tamu di mana Chigiri masih menunggunya. Melihat (Name) kembali, Chigiri berdiri dan mendekat.

“Apakah semuanya baik-baik saja?” tanya Chigiri lembut.

(Name) mengangguk, menyentuh pipi Chigiri lagi, merasakan kehangatan yang begitu kontras dengan dinginnya pertemuan dengan Michael tadi.

“Ya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” jawab (Name) tenang.

(Name) menarik Chigiri ke pelukannya lagi, berusaha melupakan sejenak bayang-bayang ancaman yang selalu mengikuti setiap langkahnya, dan menikmati kehangatan yang hanya bisa ia temukan di sisi Chigiri.

───── ❝ 𝑇𝑜 𝐵𝑒 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑖𝑛𝑢𝑒𝑑❞ ─────

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 Ágriɑ Fɑntɑsíɑ || Blue Lock (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang