"Gue bilang juga apa! Mana bisa cewek sama cowok temenan doang!" seru Wanda berapi-api. Gita menampar lengan temannya itu sambil melotot memperingati.
Mereka berdua sedang makan siang di warung tenda pinggir jalan yang menjual berbagai macam lalapan. Lokasinya berada di belakang kantor. Masalahnya, ada beberapa teman sekantor mereka juga di sana. Gita takut seruan Wanda bakal jadi bahan gosip seminggu ke depan.
"Kalo kasusnya friendzone kayak lo gini, solusinya cuma 2. Confess biar lega atau tetap diam sampai akhirnya sakit hati sendirian. Dan gue yakin lo lebih milih yang kedua." Wanda mengatakan kalimat menohok itu sembari mencuil daging ikan lele miliknya.
Gita menghela. "Gue takut, Wan."
"Takut apa? Kehilangan dia?" Gita mengangguk, membenarkan ucapan Wanda.
"Takut kehilangan as a friend atau takut kehilangan perhatian dari doi?"
"Hmm, as a friend?"
"Lo aja ragu sama jawaban lo sendiri." Wanda berucap sambil tersenyum remeh. Gita melipat bibirnya, tidak memberi pembelaan.
"Kalau lo emang nggak mau confess, berarti lo harus kasih batasan buat diri sendiri. Batasan biar perasaan lo ke Gian nggak semakin berkembang jauh."
"Ngejauh dari dia gitu?"
"Nggak harus jauhin dia. Misal, jangan sering-sering terima video call malam-malam dari dia kalau konteksnya bukan hal yang penting seperti kerjaan. Jangan juga sering nerima ajakan cuma keluar berdua. Ajak adik lo kek, gue juga boleh."
Gita terdiam. Nasi ayam penyet pesanannya masih utuh karena belum dia sentuh sama sekali. Padahal, lalapan lele milik Wanda sudah hampir tandas.
"Makan dulu. Jalanin friendzone juga butuh tenaga!"
"Sialan lo!"
"Ehm, permisi. Gue boleh gabung di sini? Mejanya udah penuh." Kedua perempuan itu menoleh ke sumber suara.
"Gavin? Boleh, boleh! Sini duduk!" Gita yang pertama kali tersadar dan mempersilakan Gavindra duduk di kursi plastik sebelahnya.
"Lo anak produksi?" tanya Wanda yang merasa familiar dengan wajah Gavindra. Gavin mengangguk.
"Iya. Gue Gavin. Lo Wanda kan? Yang pulang kantor sering dijemput sama cowok menara sutet?"
Tawa Gita pecah. Setelah dijuluki singa oleh Gian, kini ada julukan baru lagi untuk pacarnya Wanda. Wanda memasang wajah protes.
"Kenapa sih orang-orang sering kasih nama aneh buat Leon?"
"Oh, namanya Leon. Ya kan anak-anak nggak ada yang tahu. Asal jeplak aja nyebut menara sutet karena cowok lo tinggi banget, kayak menara sutet."
Gita masih tertawa terpingkal-pingkal. Sedangkan Wanda menatap penuh cela kepada teman sebelah kubikelnya itu.
"Kalian cuma makan berdua?" tanya Gavin disela makannya. Gita nampak menekuni ayam penyetnya, tidak ingin menjawab.
"Lo emang sering lihat kita berdua makan bareng sama siapa?" tanya Wanda setelah menghabiskan es teh manis, yang sudah tidak manis lagi karena esnya sudah mencair.
"Sergian. Sama anak produksi kalian dijuluki Trio Kwek-Kwek karena sering bareng ke mana-mana."
"Anak-anak produksi emang suka asbun, ya?" tanya Wanda yang masih kesal dengan julukan menara sutet yang ditujukan ke Leon. Gavin tertawa.
"Gue serius nanya. Aneh aja lihat kalian cuma makan berdua," ujar Gavin.
"Dia ikut Pak Pram buat nemuin klien, sekalian makan siang bersama." Gita yang menjawab. Gavin mengucap 'oh' pendek sambil mengangguk-angguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka
RomanceAsmaraloka (n) Dunia penuh cinta kasih Selamat datang di cerita dunia penuh cinta kasih! Selamat menikmati!