10/25/27

347 132 111
                                    

\ play the mulmed for a better experience, tapi kalo mumet , jaangaan \

\ play the mulmed for a better experience, tapi kalo mumet ,  jaangaan \

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maehwa, October 2027

"Aku bahagia, seperti terlahir kembali di dunia—tunggu, di cerita bagian mana harus kutambahkan kalimat ini?" Monologku riang selagi menyusuri jalan setapak yang rindang.

Kenapa aku malah berpusing ria? Sudah jelas cukup nikmati dulu perasaan ini. Aku tidak akan berbohong pada diriku sendiri.

"Semesta, Aku benar-benar bahagia!"

Teriakku membahana hingga mengusir kawanan burung dari perkebunan yang kulewati. Paman dan Bibi yang jujur saja tidak kukenal tadi pun menatapku heran. Aku tidak peduli dan terus berjalan ringan.

Oh, betapa indahnya. Bagaimana bisa bunga warna-warni digenggaman memicu seluruh endorfin dalam diriku. Sebentar lagi kalian akan bertahta di vas kristal itu, bersabarlah.

Entah karena aku terlalu bersemangat tadi, sampai-sampai baru menyadari pintu rumah lupa untuk dikunci. Setelah mengetahuinya pun kekhawatiran tak kunjung muncul. Aneh, tapi itulah yang kurasakan. Bahkan jika memang rumah sederhanaku ini ternyata dirampok, percayalah akan ku maafkan si pencuri itu. Hanya untuk hari ini, ya, khusus hari ini.

Vas kristal itu tampak bersinar memantulkan cahaya matahari yang menerobos dari biasan kaca jendela. Saat membuka pintu, sejurus akan langsung dimanjakan dengan keanggunannya. Jika bukan aku, siapa lagi yang akan mengagumi benda kesepian itu. Kenangan tentangnya—sudah berapa lama ya? Tanyaku sarkas mengingatkan dalam hati.

Bagaimana ini, aku bisa merasakan kakiku menginjak awan saat sedikit lagi langkahku mencapai nakas di depan. Namun seperti ditarik magnet, tubuhku memaksa berhenti. Kekhawatiran yang tadinya enggan kurasakan kini perlahan mengusik. Berusaha terlihat santai, kuberanikan diri mengalihkan pandangan ke sisi kiri.

Anehnya, benar-benar tidak bisa dipercaya.

"Wah... Siapa gerangan Tuan Tampan ini?" Kataku hambar.

Seperti biasa, kalimat tadi keluar begitu saja saat netraku tiba-tiba menampakkan sosok pria berkemeja kotak monokrom, mematung di meja makan. Ia tergambarkan sedikit lebih tampan dari yang terakhir kali kuingat.

Lagi, lagi, lagi—haruskah terjadi lagi?

Imajinasiku kembali berulah. Aku memang bodoh, masih saja berharap tatapan berbinar dari matanya yang seperti kucing itu akan mendekat dan menenangkan ku. Ayolah akal sehat! Kenapa fatamorgana ini terasa nyata?

Sungguh miris, suasana hatiku berubah drastis. Berat hati mengabaikannya, ku langkahkan kaki ke tujuan awalku sedari tadi. Sembari memindahkan bunga-bunga dari genggaman, sekali lagi tawa sumbang ku terdengar.

"Huh, bisa-bisanya bunga di vas ini kalah indah dari pemandangan itu."

Menyedihkan. Begini saja kakiku sudah tak sanggup lagi menopang tubuhku. Bunga kosmos di dalam vas kristal pun hanya diam seakan-akan mengasihaniku.

Saat isakan tak lagi dapat ditahan, seseorang merengkuhku dari belakang begitu nyata. Seperti alunan melodi, bisikan lembutnya mengudara.

"Untukmu, Aku pulang."

Jal-saeng-gin-nimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang