Dear Diary 7

122 14 2
                                    




🍃


Goresan pena itu terus mengayun di atas bukunya.

Seokjin menopang sebelah pelipisnya dengan kedua mata yang sesekali beralih pada literatur tebal di atas meja.
Sesaat kemudian tangannya terulur meraih botol minum tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku yang ia baca. Meneguk air yang tinggal sedikit itu kemudian mengeluh singkat karena minumannya habis.

Namjoon memiringkan kepala menatapnya dari kejauhan. Duduk menopang dagu dengan sebuah buku di hadapannya.

Hyungie.....semangat ya belajarnya...
Sebentar lagi hyungie ujian....

Hyungie mau kuliah dimana?
Hyungie akan bilang gak ke aku?

Nanti hyungie ninggalin aku gak?

Jinnie.....apa kita akan pisah setelah kamu lulus?

Ditutupnya buku kecil itu lalu dimasukkan ke dalam tasnya. Namjoon menegakkan kepala dan menoleh-noleh saat pemuda itu sudah tak ada di tempat duduknya. Ia menghela nafas sedih. Diraihnya tas ransel itu lalu beranjak meninggalkan perpustakaan.





"Ken......" Panggilnya lirih.

"Sorry......aku beneran minta maaf, Seokjin..."

"Jangan panggil aku kaya gitu...." Punggung tangan itu mengusap air mata di pipinya.

"Maaf......" Ken tertunduk.
"Jin.....aku kira selama ini aku jatuh cinta sama kamu...."

"Ternyata aku cuma nganggap kamu sahabat"

"J-jangan salah mengartikan ucapan aku..." Kedua tangannya sontak menggenggam bahu Seokjin yang semakin bergetar.

"Aku sayang sama kamu, Seokjin....sayang banget...."

"Tapi hanya itu......aku cuma sayang sama kamu sebagai sahabat, Seokjin...."

"Maaf aku gak bisa merasa lebih dari ini...."

Seokjin menggeleng kuat-kuat. "Kamu selalu ada buat aku, Ken...."

"Kamu baik banget sama aku..."
"Dari kita kecil kamu selalu nemenin aku"

Ken menghela nafas panjang. "Mungkin karena itu, Jin...."
"Kita terlalu nyaman berdekatan dari kecil"

"Aku dan kamu.....kita salah mengartikan hubungan kita"


"Ken......" Seokjin menegakkan kepala dengan tatapan memelas.
"Kamu.......beneran sama Baekhyun?"

"Sorry......" Ken menundukkan kepala setelah mengangguk pelan.

Isak tangis Seokjin semakin keras. Punggung tangannya menutup bibir dengan kepala tertunduk dalam.

"Seokjin....." Ken menarik sang pemuda ke dalam dekapannya.

"Maafin aku yaa....."
"Maaf banget...." Diusapnya belakang kepala dan punggung Seokjin lembut.

"Hey....." Ken melonggarkan pelukannya saat Seokjin terdengar lebih tenang.

"Kita.....tetep berteman kan?" Seokjin berucap terbata.

"Pasti dong...." Ken menjawil pipinya bayinya pelan.
"Kamu sahabat terbaik aku, Seokjin...."

"Jangan sedih lagi ya.....aku berharap kamu akan nemuin orang yang benar-benar mencintai kamu dan kamu juga mencintai dia...."

"Bukan kaya gini...."

Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang