Dear Diary 10 (End)

223 14 2
                                    



💐


Sebuah petasan kecil berisi confetti meledak di tengah ruangan luas itu. Semua bertepuk tangan dengan mata tertuju pada kedua raga yang saling memadu kasih sambil menggenggam gelas tingginya.

Senyum lebar dan tawa riang memenuhi aula gedung hotel yang kini memutar lagu-lagu bertema romantis untuk mengiringi pesta pernikahan Kim Yeon Ji dan Park Hae Jin.

Riuh orang-orang bercengkrama diantara suara piring juga gelas membuat seorang pemuda berjas hitam yang duduk sendirian di sebuah meja pun merasa kesepian.

Namjoon meneguk jus buahnya hingga habis kemudian beranjak meninggalkan tempat itu. Sesekali matanya bergerak ke sekeliling. Mencari sosok yang tak lagi pernah ia temui sejak libur musim dingin dimulai.

"Mau kemana, Namjoonie?" Hae Jin menepuk pelan bahunya.

"Ke toilet sebentar, pa....." Namjoon tersenyum kaku mengalihkan pandangannya pada sang pria.

"Bohong ya?" Hae Jin memiringkan kepalanya dan tersenyum.
"Seokjin benar-benar ga dateng?"

"Ng-ngga tau, pa...." Namjoon tertunduk sedih.
"Taehyung sama mamanya ada....tapi...."

"Namjoonie....." Jemari sang pria mengangkat dagunya.
"Kamu masih marah sama Seokjin karena dia liat buku harian kamu hmm?"

"B-bukan itu, pa...." Namjoon mengerutkan dahinya.

"Lalu?"

"Aku.......aku malu karena Jin-hyung tau perasaan aku ke dia....." Ia kembali tertunduk.

"Kenapa harus malu, Namjoonie?" Hae Jin terkekeh pelan merangkul bahunya berjalan ke sisi ruangan.
"Bukankah perasaan itu harus diungkapkan hmm?"

"Pa....Jin-hyung mungkin cuma nganggap aku adiknya..."
"Mungkin dia terlalu lama bareng sama aku jadi nyaman"

"Mungkin dia sayang sama aku....tapi cuma sebagai adik aja, pa...." Namjoon duduk dan mengerucutkan bibirnya sedih.

"Joonieee......kamu tuh terbawa-bawa sama alasan....siapa tuh, mantannya Jinnie?"

"Ken...." Bibirnya semakin mengerucut kesal.

"Jinnie bukan Ken, Joonie...." Hae Jin menopang dagunya dengan kepalan tangan.
"Coba kamu perhatikan, sejak tadi yang kamu katakan itu hanya mungkin..."

"Kamu gak pernah tanya langsung sama Jinnie kan?"

"Gak mau, pa....."
"Aku malu banget sejak Jin-hyung baca buku diary aku"


"Kalau......" Hae Jin menegakkan duduknya.
"Sekarang kamu tanya sama orangnya langsung gimana?" Dagunya terangkat pelan menunjuk pada seorang pemuda yang baru saja datang.

Namjoon membulatkan mata kemudian menoleh cepat. Seketika bahunya melemas.
"Pa....pa.....bilang aku gak disini, please..." Ia beranjak berisap pergi dari tempatnya duduk.

"Eh.....Namjoonie...mau kemana?!" Hae Jin berusaha menangkap tangannya.

"Namjoonie! Ahh......" Ia terkekeh geli menggelengkan kepalanya menatap sang pemuda yang telah pergi sambil bersembunyi di balik para tamu.




"Jinnie.....kamu tampan banget...." Namjoon mengusap wajahnya kasar dengan kedua tangan.

Duduk bersembunyi di dalam bilik toilet selama hampir setengah jam hanya untuk menghindari pertemuannya dengan Seokjin.

Sesaat kemudian ia mengangkat kedua kakinya saat suara-suara orang terdengar memasuki toilet itu.

"Boleh minum alkohol gak sih?" Salah satu dari mereka terkekeh pelan.

Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang