TRIGGER WARNING‼️
THIS CHAPTER CONTAINS A SLIGHT DEPICTION OF KIDNAPPING.**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ Kebijakan pembaca diharapkan ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*
Miriel's POVSamar-samar aku dapat mencium rintik-rintik hujan dengan bau tanah becek. Cipratan air itu perlahan membangunkanku yang terkapar tak berdaya.
Punggungku berhadapan langsung dengan langit gelap dan awan abu-abu kehitaman, sedangkan wajahku tepat mencium tanah. Tangan kananku menggenggam sesuatu. Botol kaca yang ukurannya sangat kecil, berisi suatu cairan hitam entah mengandung substansi apa.
Aku perlahan memposisikan diriku untuk duduk. Otomatis aku membelalak tidak percaya ketika penglihatanku kembali sepenuhnya.
Aku telah terdampar di tengah hutan antah berantah. Pikiranku kalut-ruwet saat ini, berusaha untuk mengingat sesuatu yang dapat memberiku petunjuk atas fakta membingungkan yang kuhadapi saat ini.
Namun hujan yang turun semakin deras dan gemuruh guntur menggema di angkasa tidak memberiku waktu untuk menata pikiran bahkan untuk sedetik pun. Mataku segera tertuju pada sebuah pohon yang tidak jauh dari posisiku. Aku pun berlari, sedikit tertatih-tatih, menghampiri pohon tersebut dan berteduh di bawahnya.
Tepat saat pantatku menyentuh tanah, mataku menyaksikan hujan yang menderu brutal.
Aku yakin, seratus persen yakin, bahwa aku baru saja tenggelam.
Banyak pertanyaan yang muncul di benakku sekarang. Bagaimana aku bisa selamat? Ada di mana aku sekarang? Mungkinkah turis itu sedang mempermainkanku? Mungkinkah turis itu pembunuh psikopat yang suka mempermainkan targetnya?
Terlepas dari fakta bahwa aku berada di hutan, aku tersadar bahwa ada kemungkinan hutan ini adalah hutan di belakang gereja. Hutan yang menyelimuti danau.
Tapi berapa persen kemungkinan hutan ini adalah hutan yang kutahu? Berapa persen kemungkinan aku sama sekali tidak mengenali hutan ini? Yang dapat kupastikan hanyalah satu, yaitu ketidakpastian. Setiap persenan angkanya semakin mengecil seiring skenario-skenario kemungkinan terburuk terus bermunculan dalam benakku.
Tanpa sadar aku telah menggigit kuku jari sejak tadi. Terlalu resah untuk diam saja. Aku bahkan tidak peduli jika tanah yang terselip di kuku ikut tertelan.
Ketika aku menundukkan kepala, aku dapat melihat helaian surai yang begitu panjang dengan warna silver yang nyentrik. Aku mengenakan sesuatu, gaun anak perempuan berbahan dasar karung goni.
Jantungku jatuh bebas ketika aku menyadarinya. Kemungkinan nasibku sekarang berubah seratus persen.
Aku tidak hanya terdampar di hutan, penampilanku berubah seluruhnya! Ini benar-benar gila, logika macam apa yang bisa kujalankan jika pertanyaan "Bagaimana aku bisa berakhir di tempat ini?" saja nol kemungkinannya untuk terjawab?
Setiap sudut tubuhku saat ini terasa sakit. Lenganku penuh dengan luka goresan, telapak kakiku lecet, bahkan mulai berdarah. Beberapa bagian betisku terdapat bekas memar. Apakah tubuh ini bahkan tubuhku sendiri?
Apa yang sebenarnya terjadi? Ini benar-benar konyol, sama sekali tidak masuk di akal sehat.
Aku menekuk kaki dan memeluknya seerat mungkin. Kedinginan dan kelaparan. Mungkinkah ini yang kesialanku yang terburuk diantara yang terburuk?
Tanganku terlihat begitu kecil. Benar, aku baru saja ingat. Saking kalutnya pikiranku, aku tidak sadar bahwa aku menggenggam benda ini. Botol apa yang sebenarnya kugenggam ini? Kenapa aku menggenggam botol ini? Apakah cairan di dalamnya aman diminum?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Greatest Escape [ON GOING] - TWW 1
Fantasia🤚‼️FOLLOW SEBELUM MEMBACA‼️🤚 [FANTASI - MISTERI] WARNING‼️: ABUSE, KIDNAPPING KEBIJAKAN PEMBACA DIHARAPKAN *+:。.。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆ Kehidupan Miriel seolah dihantui kutukan kesialan. Ditinggalkan saat masih bayi, dibesarkan oleh para biarawan-biaraw...