Chapter 01 Buku Misterius

49 8 4
                                    

Gunakan hendseat dan putar lagunya👆 selamat membaca!🌻

Sepasang suami istri hidup sederhana di dalam hutan, tinggal jauh dari pemukiman desa demi melindungi anak pertama mereka yang belum lahir karena banyak yang mengincarnya untuk meraih keabadian. Kedua calon orang tua pun merasa heran dan penasaran Siapa yang telah menyebarkan humor seperti itu hingga setiap nafas, setiap melangkah terasa diawasi.

"Hati-hati ... Banyak 'iblis' mengincar anak di dalam kandungan istrimu," peringat seorang lelaki tinggi berperawakan gagah, memiliki pupil Mata biru yang tajam.

"Apa maksud Anda?"

"Baik siang maupun malam, kalian akan segera bertemu dengan mereka. Bahkan, takdir bergantung pada pilihan kalian," ucapnya membuat sang empu semakin mengerutkan dahi, tidak mengerti.

"Ini, bacalah di rumah. Buku ini akan menjelaskan semuanya." Seraya mengulurkan buku tebal.

Bersamaan saat menerima buku tersebut, pria tinggi itu menghilang seketika entah kemana.

"Kiel? Ada apa?" Yang dipanggil sedikit tersentak, menoleh ke arah istrinya yang tengah menjinjing plastik kecil berisi bahan makanan untuk stok tiga hari kedepan. Segera ia mengambil alih plastik tersebut, tak ingin istrinya tengah hamil besar mengangkat sesuatu yang berat maupun ringan.

"Itu ... buku apa?" tanya sang istri menatap buku yang dipegang suaminya.

"Ah, bukan apa-apa ...," sahut kiel memasukkan buku ke dalam plastik.

"Belanjanya sudah, kan? Ayo pulang, langit sudah mulai gelap." Istrinya langsung membalas dengan anggukan kepala meski terlihat masih ada pertanyaan.

Dalam perjalanan pulang, sudah hal biasa merasakan banyak tatapan dari jauh menatap punggung mereka setiap melangkah karena bukan pertama kali ini terjadi. Setelah sampai di rumah, Kiel langsung duduk di salah satu kursi ruang tamu sambil memandang buku yang diberi oleh orang tidak dikenal tadi. Warna sampul abu perak bergradasi biru muda dengan cover pohon yang seakan membungkus sekitar cahaya rembulan sabit. Saat dibuka hanya kertas putih kosong bahkan, tak ada satu katapun tertulis di setiap halaman.

"Sebenarnya ini buku apa sih?" gerutu Kiel terus melihat-lihat semua halaman, tak ada tulisan apa pun.

Beberapa detik seakan menjawab gerutu-annya keluar percikan sinar biru dari halaman-halaman kosong yang semakin terang. Mata kiel melebar bukan karena terkejut, melainkan membaca tulisan yang mulai muncul mengisi setiap halaman.

Malam yang begitu dingin serta angin yang bertiup kencang membuat wanita hamil berinisiatif menutup jendela.

"Sayang, tolong tutup jendela dan kunci pintu. Angin di luar cukup kencang sepertinya musim dingin akan tiba," soraknya dari kamar, selesai menutup jendela.

Merasa aneh tak dapat jawaban dari suami, ia keluar dari kamar melihat orang yang dicarinya tengah duduk terdiam memegang buku yang halamannya tampak kosong.

"kiel?" panggilnya, namun yang dipanggil tak bergeming.

Pada panggilan ketiga kiel terkesiap. Seperti bangun dari mimpi buruk, napas kiel berderu kencang, tampak panik dan berkeringat membuat sang istri bingung melihatnya.

"Alytha ..., " lirihnya dengan nada bergetar sambil memegang bahu istrinya. Kemudian, kiel yang masih seperti orang cemas dan panik mulai menutup semua jendela yang tersisa dan mengunci pintu.

"Kiel, Apa yang terjadi? Kenapa kamu begitu gelisah?" tanya Alytha mengikuti langkah suaminya yang mondar-mandir.

"Anak kita ... Calon anak kita dalam bahaya. Mereka mengincarnya, kita harus melakukan sesuatu agar anak kita tidak sejalan dengan mereka," ujar Kiel terus mondar-mandir cemas.

Alytha langsung memegang kedua bahunya hingga kedua insan saling menatap."Coba jelaskan pelan-pelan, kecemasan hanya akan menimbulkan kecerobohan. Jadi, tenangkan dirimu, oke?" Mendengar tutur lembutnya perlahan Kiel menarik napas dalam-dalam.

"Kehidupan anak kita ... penuh kejahatan ... karena Darah kegelapan yang mengalir dalam dirinya, entah itu dari leluhurku atau leluhurmu. Anak kita memiliki kemampuan spesial, kemampuannya yang terlalu besar bisa menghancurkan kedamaian. butuh seseorang untuk membantunya mengendalikan diri kelak, membantunya jauh dari kejahatan itu." Kiel menjelaskan seraya berharap takdir anaknya dapat diubah.

Alytha mengerutkan dahi, separuh tak percaya pada perkataan kiel. Namun, mulai faham alasan mengapa kiel begitu cemas. "Dari mana kamu mengetahui hal itu?" Kiel menunjuk ke arah buku yang ia simpan di kursi duduknya. Akan tetapi, buku itu menghilang.

"Loh, tadi ada di sini ..."Kiel mencoba cari di sekitar kursi. Namun, tidak menemukan buku tersebut.

"Buku yang kamu pegang tadi?" Kiel langsung mengangguk.

Tiba-tiba pintu terbuka paksa sampai kunci rusak, kiel langsung menarik Alytha ke belakang. Teringat perkataan lelaki tinggi sore tadi, merasakan sesuatu yang sungguh berkaitan. Terlihat lelaki berjubah hitam, tersenyum sadis.

"Halo mangsaku," sapanya sambil membuka tudung, menampakkan wajahnya yang seperti anak muda usia 20 tahunan. Melangkah dekat dengan santai membuat kiel dan Alytha melangkah mundur.

"Siapa kamu? Apa yang kamu inginkan dari kami?" tanya Kiel menyipitkan mata, waspada.

"Aku hanya makhluk yang sedang kelaparan, kebetulan menemukan makanan enak di sini," jawabnya dengan santai.

Bersamaan dengan kalimat akhir, tiba-tiba menyerang dalam jarak dekat. Kiel mendorong Alytha ke belakang, menjauh. Cakaran kuku tajam lelaki itu mengenai punggung Kiel, kedua kaki Alytha bergetar mulai mengalami pecah ketuban.

"Tidak ada mangsa yang lepas dariku, semua manusia yang terlihat akan berakhir menjadi hidanganku." Kiel meringis sakit, berlutut di lantai.

"Makan saja aku, kumohon biarkan anak dan istriku hidup." Kiel berusaha mendekati istrinya yang sudah saatnya melahirkan.

Lelaki berjubah hitam terdiam sejenak, seakan masih memiliki hati nurani. "Untuk apa aku menuruti permohonanmu?"

"Mungkin ... mungkin kau mengincar anak kami, kan?" ujar Kiel dibalas tatapan bingung.

"Oh, jadi anak kalianlah yang dimaksud beliau ... Kamu cukup pintar."

"Kumohon ... Aku yakin masih ada sedikit hati nurani dalam dirimu. Biarkan anak dan istriku hidup ....," pinta Kiel sembari sedang menggenggam tangan istrinya yang terengah-engah. Namun, suara cakaran menjawab segalanya.

Sratt!

Sinar rembulan menyoroti ruangan gelap melalui jendela, hawa dingin menerpa kedua tubuh kering tergeletak tak bernyawa, sekitarnya penuh dengan genangan cairan merah dan cakaran jelas di kulit pucat mereka. Tangisan bayi memecahkan keheningan yang ada, rambut tipis merah hanya menambahkan kecantikan dan keimutan bayi dalam gendongan lelaki berjubah hitam yang terus memandangnya.

"Cantik dan imut," gumamnya seakan hatinya tersentuh oleh wajah polos bayi yang baru lahir, tangannya yang begitu kecil dan rapuh, rasanya tak tega menghancurkannya.

"Kamu beruntung dipertemukan denganku," ucapnya melangkah pergi seraya menggendong bayi.

"Anak yang ditakdirkan antara kegelapan dan cahaya akan lahir di musim dingin di mana angin bertiup kencang, banyaknya para makhluk kelaparan di luar sana sanggup menunggu hanya demi mendapatkan keabadian karena darah yang mengalir dalam tubuhnya dan kemampuan spesial yang dimilikinya. Kemampuannya yang luar biasa dapat menggorogoti jiwa pemiliknya menjadi jiwa yang gelap, penghancur kedamaian kecuali tak dapat merasakan emosional apapun." secercah isi halaman yang tertulis dalam buku misterius sama seperti keberadaannya.

-
-
-
-
-
-

-
-
-
-
-
Halo! Menurut kalian nyambung gak lagunya? :v Oh, ya karya ini mengikuti event pensi 25 hari menulis di teori kata publishing🌻

See you the next chapter~

Merah, Abu & Biru (Series) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang