-------
"Perubahan sikap seseorang pasti akan terjadi pada siapa saja, dan akan terjadi kapan saja. Kita harus siap menerimanya." - Matthea Putri Lembayung.
-------
Hari Minggu adalah hari yang paling digemari oleh banyak orang, karena sebagian orang akan diliburkan oleh sekolah maupun tempat pekerjaan.
Di Minggu pagi ini, Theo dan Thea saat ini masih berada di dalam alam mimpi mereka. Mentang-mentang hari Minggu, mereka berdua memanfaatkan hari Minggu mereka dengan bangun siang.
Dimana Ayah Dipta dan Bunda Helena?
"Aku berangkat dulu," pamit Dipta pada istrinya.
"Iya." Helena salim dengan Dipta.
Tak seperti para pekerja lainnya, Dipta harus pergi bekerja meskipun hari ini adalah hari Minggu. Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari istrinya dan juga anak-anaknya.
Karena kondisi ekonomi mereka sedang tidak baik-baik saja, membuat Dipta Si supir taksi harus bekerja keras untuk mendapatkan penumpang yang banyak.Ditambah sebentar lagi, anak perempuannya akan lulus. Dipta memerlukan uang untuk membayar tunggakan-tunggakan uang pembayaran sekolah Thea.
Sungguh berat beban yang dipikul oleh kepala keluarga ini.Sungguh rasanya Dipta hampir seperti orang gila. Mengingat istrinya bermain dibelakangnya, membuat Dipta stress. Walaupun begitu, Dipta tak pernah ada niatan untuk memukul istrinya. Biarlah ia memukul benda yang ada di sekitarnya untuk meluapkan emosinya.
Dipta memasuki mobilnya yang terparkir di halaman rumahnya, tak lupa ia tutup pintu mobilnya.
"Ya Tuhan, semoga hari ini dapet banyak penumpang," monolog Dipta. Setelahnya, ia menyalakan mesin mobilnya dan menjalankan mobilnya.
Setelah memastikan Dipta sudah berangkat, Helena masuk ke dalam rumah dan segera membangunkan anak-anaknya.
"THEA! Bangun!" Sasaran pertama adalah anak perempuannya. Helena tidak akan membiarkan anak perempuannya bangun siang, agar tidak menjadi pemalas.
"Haduh ... Kamu ini anak gadis, gak boleh bangun siang!" Helena menarik selimut yang menutupi tubuh Thea.
"Nda ... Lima menit lagi ya."
"Kamu mau bangun atau Bunda siram kamu pake air panas?!" ancam Helena, ia menatap tajam Thea.
Ancaman Sang Bunda mampu membuat Thea bangun dari tidurnya, kini Thea sudah mengambil posisi duduk di kasurnya sambil menunggu nyawanya penuh kembali.
"Abis ini cuci dulu itu piring-piring, Bunda mau ke pasar. Kalo Bunda pulang, tapi piring masih kotor, kamu gak usah makan." Setelah itu, Helena pergi keluar dari kamar Thea dan kini tujuannya pergi ke pasar untuk membeli beberapa bahan-bahan memasak.
Thea merenung sebentar mencerna ucapan Sang Bunda.
Dulu, Helena hanya akan menegurnya jika Thea lupa mencuci piring."Lain kali jangan lupa cuci piring lagi, Thea," peringat Helena pada Thea.
"Iya Nda, maaf ..."
"Iya, sini makan dulu. Selesai makan baru cuci piring."
Bunda-nya berubah.
Tidak mau waktunya terbuang sia-sia hanya untuk merenung, Thea segera bangkit dari kasurnya menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya dan sikat gigi.
Setelah Thea mencuci mukanya dan menyikat giginya, Thea segera mencuci piring-piring yang kotor.
Ia tidak mau Sang Bunda marah padanya. Menurut Thea, Helena jika sedang marah akan terlihat menyeramkan dengan tatapan matanya yang tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST PERSON
Teen FictionSeperti lagu milik Nadin Amizah sunbae "Bun hidup berjalan seperti bajingan" Terkadang, hidup itu tidak adil. Thea ingin memprotes, kenapa takdir keluarganya menjadi hancur seperti ini? Bundanya rela meninggalkan Ayah dan Abang Theo, hanya demi mend...