02

376 22 1
                                    

.

.

.

"Lihat sweater ini lucu kan? Bisa tolong berikan padanya? " ucap Ibu

Rachel menatap sweater itu dengan nafas memburu, ia mengambilnya lalu meletakkannya di pangkuaannya

"Akan ku berikan...

"... Sayang? Rachel, maaf ibu tak bermaksud... Emm ibu akan...

" tidak aku akan memberikannya"senyum Rachel

Ibu menatap tak enak, ia bodoh sekali menyuruh putrinya memberikan sesuatu pada orang yang putrinya benci

"Sudah terlalu larut, ayah dan ibu akan pulang" ucap ayah

"Ayah ibu tidak menginap?"

"Tidak sayang, besok ayah ada perjalanan bisnis jadi maaf ya tak bisa lama lama" sesak ibu

Rachel mengangguk mengerti
"Oke, hati hati di jalan"

Setelah ayah dan ibunya pergi, Rachel merenungkan penjelasan ibunya tadi.

"Jadi dia menunggu semua ini...jadi dia menyerahkan dirinya untuk gue lukai? Hahahah bagus sekali perasaan gue jadi sakit sialan" geram Rachel

Dengan cepat ia pergi ke bawah tanah dan membuka pintu ruangn Argan dengan kasar.

Argan sendiri sampai terlonjak kaget karnanya

Plak

Sebuah tamparan melayang ke pipinya rasa panas menjalar di pipi Argan, maniknya mulai memanas juga, ia mengerti Rachel pasti sedang dalam mood yang buruk.

"Sekarang gue mengerti hah, pantas saja lo tidak pernah melawan" kekeh Rachel dengan suara rendah

"Kau sudah merencanakan semuanya bukan?... Jadi lo memberikan diri lo untuk agenda balas dendam gue hm? "

Manik Argan membesar, ia menunduk takut bagaimana bisa Rachel mengetahuinya...

"Bagus sekali kebetulan gue ingin sekali menghancurkan elo" ucap Rachel sembari menyugarkan rambutnya

"Apa yang akan kamu lakukan...

Senyuman sinis tercetak di wajah Rachel, ia bergerak cepat dan segera mencekik Argan dengan kuat.

Argan sendiri berusaha melepaskan cekikan itu walau hal itu sia sia dengan tenaganya yang sekarang.

"Gue akan buat lo hancur berkali kali lipat dari gue Argan" bisik Rachel di telinga Argan

Ia membalikan tubuh Argan dan mengikatnya dengan tali yang sedari tadi ia bawa, kemudian ia membanting Argan ke matras yang ada di sana

"Ugh... S-akit" lirih lemah Argan

Rachel sudah tidak tahan melihat wajah Argan, ia merobek baju Argan sehingga sangat empu berteriak menolak

Plak

"DIAM! "

"umm hiks..hiks...j-jangan Rachel"

Seolah tuli, Rachel tetap membuka paksa seluruh baju Argan hingga pemuda itu naked sepenuhnya.

Rachel terkekeh melihat Argan yang begitu menyedihkan, ia mengambil strap on miliknya dan memasangnya.

"Kau akan menikmati ini Argan"

Jleb

"AKHH!! A-AH... SAKIT! " dada Argan naik turun, ia tak bisa rasa sakit ini seolah membela tubuhnya

Rachel menataps datar darah yang mengalir dari hole Argan.

Ia tak sejahat itu, ia membiarkan penis palsu itu di dalam hole Argan hingga pemuda itu terbiasa.

Serasa Argan sudah tenang ia menggerakan penis itu berawalan pelan hingga sangat cepat

Pemuda itu terbelalak kaget, ia hanya bisa berteriak pasrah dan meminta Rachel memelankan gerakannya.

"Hiks..p-pelan Rachel, s-sakit...sakit ah.. Rachel sakit" rengek Argan, jujur tidak ada rasa nikmat di sini

Sebenarnya sedari tadi Rachel menghindari prostat milik Argan, agar pemuda itu tak memiliki waktu untuk menikmatinya.

Argan merasakan titik putihnya mendatang, ia tak bisa melakukan apa apa selain menenggelamkan wajahnya di matras.

"Hah~ ini menyenangkan, lihat lah wajah mu yang berantakan" tawa Rachel

Ia mengapit wajah Argan lalu menciumnya, pemuda itu hanya bisa menerima ia sudah tak memiliki tenaga

"R-rachel s-sakit" gumamnya lemah dan tak lama ia jatuh pingsan.

.

.

.

Beberapa jam kemudian, pemuda itu sadar ia merasakan seluruh tubuhnya remuk namun... Kenapa rasa tubuhnya menjadi ringan?

Terlepas itu Argan menatap kosong tubuhnya yang penuh tanda merah dan keungguan.

Ia terkekeh menertawai nasib ia yang menyedihkan...

"Aku sangat menyedihkan" gumamnya yang di iringi dengan air mata yang mengalir.

"Kenapa lo hah? "

Argan tersentak
"Rachel, ku mohon jangan lagi...hiks tolong biarkan aku istrahat sebentar saja, ku mohon hiks jangan sakiti aku lagi" ujar Argan dengan takut

Ia menyembunyikan tubuh nakednya dengan selimut yang ada, eh selimut?? Kenapa ada selimut?

Rachel menghela nafasnya pelan, ia berjalan mendekati Argan lalu mengelus lembut surai Argan.

Lembut tapi tubuh Argan sudah gemetar ketakutan, ia benar benar takut dengan Rachel.

"Angkat tangan lo"

Perlahan Argan menuruti perkataan Rachel, ia mengangkat tangannya lalu di detik selanjutnya sebuah baju menyelimuti tubuhnya.

"Pakai sendiri dan ini sweater dari ibu gue" ucap Rachel sembari memberikan celana dan dalaman yang baru di depan Argan

"U-untuk ku? "

"Hm"

Setelah itu Rachel meletakan nampan berisi makanan hangat di dapan Argan, pemuda di depannya ini belum makan sejak kemaren.

"Makan"

Tangan Argan dengan gemetaran meraih sendok namun sendok itu malah jatuh.

"Ck..

Mendengar decakan Rachel membuat Argan ketakutan, ia mengacau...

Tapi ketakutan Argan di gantikan oleh sebuah sendok berisi sup yang sudah di depan mulutnya.

"Buka mulut lo"

Argan membuka mulut dan merasakan hangat dan gurih menyebar di mulutnya, hatinya merasa tenang

".... "

Suapan demi suapan Rachel berikan kepada Argan, ia mengurus pemuda itu dengan baik hari ini.

Setelah makan Argan di tinggal oleh Rachel di dalam kamar itu, ia binggung kenapa Rachel memindahkannya ke sebuah kamar?

"Gue akan pergi sebentar, awas aja lo melangkah pergi dari sini... Gue gak akan segan memotong kaki lo" ancam Rachel yang di angguki oleh Argan.

Selepas Rachel pergi, Argan hanya berdiam diri di kamar itu ia menatap keluar jendela dan sesekali mengotak atik benda yang ada di kamar itu. Hingga tak sadar ia tertidur sendiri.

Dan pada sore harinya

Rachel kembali ke rumahnya dengan keadaan berantakan, ia mengerutu tugas tugas ini membuat ia nambah gila.

Ia membersihkan diri dan memasak setelah itu ia masuk kedalam ruangan Argan, ia menatap pemuda itu yang masih terlelap dalam tidurnya

"Hmm...gue rasa semuanya sudah impas sekarang" ucap Rachel pada dirinya sendiri

.

.

.





To be continuous


𝑺𝒘𝒊𝒕𝒄𝒉 𝑳𝒐𝒗𝒆 𝑨𝒏𝒅 𝑯𝒂𝒕𝒆 (Femdom) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang