10. Tersisa kenangan

338 25 6
                                    

"Yang rusak, diperbaiki. Yang hancur, dipulangkan dengan layak."

Kalimat indah itu adalah kalimat ucapan ibunda keluarga Itoshi. Asa masih teringat sampai sekarang. Entah kenapa, tiba-tiba memori tentang kalimat itu muncul di benaknya. Seakan-akan memberinya sebuah petunjuk.

Di sisi lain, hubungannya dengan Sae dan Rin semakin membaik. Pelan-pelan mereka menyusun kembali puing-puing yang telah rubuh.

Canda tawa semakin sering di dengar di telinga mereka. Semuanya begitu menyenangkan dan damai. Seakan mereka kembali ke masa lalu.

Mereka bertiga tengah duduk di ruang tamu. Asa duduk di atas sofa dengan Rin. Sedangkan si sulung-Sae duduk di bawah karpet.

Perbincangan mereka terus berlanjut dari tadi pagi. Entahlah apa yang mereka bahas. Pelan-pelan mereka mulai terbuka satu sama lain.

"Oh iya, Kak Sae masih saling menghubungi sama mantan kakak?"

Sae menghela nafas kesal mendengar pertanyaan adik bungsunya. Walau adiknya bertanya, tetap saja itu membuat Sae kesal. Apalagi kalau diingat-ingat apa yang mantannya perbuat.

"Gak lah. Cewek matre. Cuma pengen manfaatin duit kakak doang. Dasar lon--"

"Bang," ketus Rin.

"Sori."

Rin memutar malas bola matanya sedangkan Asa hanya terkekeh mendengar umpatan Sae.

"Asa juga udah putus sama Kaiser. Ternyata dia cuma jadiin Asa taruhan!"

Asa mendengus kesal sembari melipat kedua tangannya.

"Gua dong gak pernah pacaran," ucap Rin dengan bangganya.

"Tapi lu nt."

"BACOT."

Saking kesalnya Rin sampai melempar bantal dari sofa tepat ke arah wajah Sae. Ia tidak sempat menangkapnya, alhasil bantal itu terkena tepat di wajahnya.

Asa hanya tertawa kecil melihat tingkah laku kakak-kakaknya yang sudah terhitung dewasa. Namun, sikapnya masih saja seperti anak kecil.

Namun, momen mereka terganggu karena suara dering notifikasi dari ponsel Asa.
Oh, ternyata Kaiser yang mengirim pesan. Toh, Asa sudah menghapus nomornya.

+08 676 ********
| Asa
| Gue minta maaf sama lo, karena udah jadiin lo bahan taruhan.
| Asa, can you come back to me?
| I feel really lonely without you...
| Please? Gue sama Chika putus, Sa. Dia cuma manfaatin gue.
| Baby, i'm begging you...
| Asa, i love you.

Asa merasa jijik melihat pesan dari Kaiser. Apa-apaan dia? Dia pikir Asa mau kembali ke dirinya? Tentu tidak.

"Kenapa dek?"

Asa dengan spontan menatap ke arah Rin dan menjawab dengan nada agak ketus.

"Si baj*ngan ini ngechat aku kak. Pengen muntah rasanya. Ah udahlah! Lupain aja! Ngomong-ngomong, nanti kakak bisa temenin aku beli novel gak nanti malem?"

"Gak bisa dek, nanti malem abang mau ngurus tugas kuliah dulu."

"Sok sibuk lo," Rin memutar malas bola matanya.

"Emang sibuk, bocah."

"Udah udah! Kak Rin bisa kan?"

"Bisa. Nanti kita ke Gramedia bareng."

"Yey!! Makasih kakkk!"

"Hm."

Walau Rin hanya menjawab dengan singkat, Asa tetap senang. Karena akhirnya wishlist Asa bisa terpenuhi, yaitu pergi beli buku yang ia selalu nanti-nanti.

BERTAUT (ft. Itoshi brothers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang