16🤍 She

657 58 9
                                    

Sesampainya di kamar rawat inap Wonyoung, ternyata ayah gadis itu sudah datang. Lengkap sudah keluarga Wonyoung untuk Haruto menyampaikan niat baiknya. Tapi tentu saja lelaki itu nervous luar biasa.

"Anyeonghaseyo.." Haruto membungkuk, menyapa ayah Wonyoung yang baru ia lihat seraya mendorong kursi roda Wonyoung.

Pria paruh baya itu balas membungkuk dan tersenyum. Tidak terlihat kaget sama sekali dengan keberadaan Haruto sebab ibu dan Daah sudah menceritakannya. Mereka juga sudah tau kalau Haruto dan Wonyoung sudah pernah tinggal bersama karena pekerjaan.

"Pindah ke tempat tidur ya.." Ujar Haruto lembut pada sang kekasih.

Wonyoung mengangguk karna tau Haruto akan berbicara serius dengan keluarganya setelah ini.

Daah membantu memegang infus ketika Haruto menggendong adiknya ala bridal. Sementara kedua orang tua Wonyoung hanya duduk di sofa memperhatikan. Haruto menarik selimut Wonyoung sebatas dada. Kemudian mengelus pucuk kepala gadisnya sebelum mengikuti Daah duduk di sofa.

Haruto mengatur napas, mencoba mengontrol rasa gugupnya.

"Sebelumnya saya mohon izin bicara appa, eomma dan kakak Wony."

"Oh ya, bicara saja tidak apa-apa." Jawab ayah Wonyoung.

"Mungkin ini terkesan mendadak, tapi saya mencintai Wony dan ingin menikahinya."

"Mwo?" Ibu Wonyoung sangat terkejut mendengarnya.

Haruto mengangguk mantap, rasa gugupnya terkikis perlahan. "Saya akan bertanggung jawab atas seluruh hidup Wony dan menjadikannya perempuan yang paling bahagia."

Ayah Wonyoung mengangguk-anggukan kepala. "Terimakasih atas niat baik nak Haruto pada putri kami. Sebagai ayah saya sangat senang jika ada lelaki yang bersedia menjaganya seperti saya menjaganya sedari kecil."

"Tapi Wony masih sakit dan kami tidak bisa membiarkannya menikah dengan kondisi seperti sekarang."

Dada Haruto serasa melorot. Jujur saja ia kecewa dengan perkataan ayah Wonyoung. Namun sebisa mungkin tetap terlihat tenang.

"Bukan kami tidak percaya dengan nak Haruto. Tapi kami ingin Wony menjalani kehidupan pernikahannya dengan baik dan tanpa rasa sakit. Kami hanya ingin kebahagian saja yang mengisi pernikahan kalian nanti."

Wonyoung yang ikut mendengar dari atas ranjang hanya menunduk seraya meremas tangannya di balik selimut. Ia merasa terharu dengan ucapan sang ayah.

"Apa nak Haruto bersedia sabar menunggu sampai Wony betul-betul sembuh?"

"Tentu samchon, saya akan menunggu sampai Wony sembuh."

Ayah Haruto tersenyum seraya menepuk-nepuk bahu calon menantunya. "Terimakasih."

"Tolong bujuk dia supaya mau mengikuti aturan pengobatan dengan benar. Sudah dua kali dia menolak untuk kemoterapi." Sambung ayah Wonyoung seraya melirik sang anak yang kini membuang muka. Membuat Haruto ikut melirik gadisnya.

Sebenarnya hari ini adalah jadwal Wonyoung dikemo. Jadi sang ayah memanfaatkan Haruto supaya ia tidak menolak lagi.

"Baik, samchon. Saya akan membujuk Wony nanti."

Tok tok

Seorang perawat datang dengan troli berisi makanan untuk Wonyoung.

"Waktunya pasien makan siang, ne." Ujar perawat tersebut seraya meletakkan makanannya di meja makan khusus.

"Biar saya saja yang menyuapi Wony, imo." Ujar Haruto pada ibu Wonyoung yang membawa makannya pada sang anak.

"Baiklah kalau begitu." Dengan senang hati wanita paruh baya itu memberikan piring yang dipegangnya pada Haruto.

We Got 'Love' ||WONRUTO|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang