Bintang balas menatap mata bening Luna. Ia paham Luna sudah siap untuk dimiliki. Namun sebelum melanjutkan, Bintang bertanya untuk memastikan.
"Lun, kamu yakin mau lanjutin ini? Aku nggak mau kamu merasa terpaksa," tanya Bintang lembut sambil mengusap pipi Luna.
Luna tersenyum dan mengangguk mantap. "Iya, Bin. Aku yakin. Aku siap jadi milik kamu sepenuhnya," jawabnya lirih dengan mata penuh harap.
Mendengar jawaban Luna, Bintang pun kembali mencium bibir ranum istrinya dengan penuh gairah. Kali ini ciumannya semakin dalam dan intim. Bintang menarik handuk yang membalut tubuh Luna, dan tangannya mulai menelusuri lekuk tubuh indah sang istri.
Luna memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan Bintang di tubuh polosnya. Lenguhan demi lenguhan meluncur dari bibir mungilnya.
Bintang semakin bergairah mendengar desahan Luna. Ia mulai menciumi leher jenjang sang istri, kemudian tangannya turun ke dada hingga perut ratanya.
Tangan Luna mencengkram seprai di bawahnya, punggungnya melengkung sementara Bintang menahan pinggul Luna di ranjang dan menggerakkan jari-jarinya di bawah perut Luna.
"Ahh.." Tubuh Luna bergetar merasakan kenikmatan yang diberikan oleh kelincahan jemari Bintang. Luna mendesakkan jari-jarinya ke rambut Bintang, merasakan akar rambutnya yang lembab.
Melihat Luna sudah siap untuk menerima tubuhnya, Bintang mencengkram pinggul Luna. Ia menarik Luna ke depan, lalu turun, pinggulnya mendesak ke atas, tubuhnya mendesak masuk ke dalam tubuh Luna.
Luna menjerit dan mencengkeram bahu Bintang, tubuhnya menegang merasakan desakan besar itu.
Luna meringis, menyambut rasa sakit yang asing karena tubuh Bintang ada dalam tubuhnya.
"Aku akan pelan-pelan Lun, biar kamu nggak kesakitan," bisik Bintang.
Luna mengangguk sambil menggigit bibirnya dengan gugup.
Bintang mulai menggerakkan pinggulnya. Masih mencengkram pinggul Luna, Bintang mendesak begitu keras ke dalam tubuh Luna. Lagi dan lagi, dengan gerakan yang semakin cepat dan keras, sampai kaki Luna terangkat dari ranjang.
Rasa perih yang awalnya dirasakan oleh Luna berganti dengan rasa nikmat.
"Iya, Bin... Enak..." Luna mengerang.
Bintang menahan Luna di sana, dalam pelukannya, dipenuhi kejantanannya, erangan Luna membelai telinga Bintang.
Puncak kenikmatan menerjang Luna dengan tiba-tiba, punggung Luna melengkung sementara kenikmatan menghujam tubuhnya.
Tak lama, sekujur tubuh Bintang tersentak keras, lalu gemetar. Mulutnya meringis karena kenikmatan yang menyiksa, matanya berubah sementara klimaksnya menjelang.
Malam itu Bintang dan Luna saling memuaskan hasrat terpendam mereka. Lenguhan demi lenguhan terdengar memenuhi kamar hingga keduanya jatuh tertidur lelap dalam pelukan.
***
Keesokan paginya, Luna terbangun dalam dekapan hangat Bintang. Suaminya itu masih terlelap dengan wajah damai. Luna tersenyum menatap wajah rupawan sang suami.
Ia masih tidak percaya telah menjadi milik Bintang sepenuhnya. Meski awalnya ragu, kini Luna yakin telah jatuh cinta pada pria baik ini. Bintang telah berhasil merebut hatinya.
Tak lama kemudian Bintang pun terbangun. Ia tersenyum lebar melihat wajah cantik Luna yang menatapnya.
"Pagi, Lun...," sapa Bintang seraya mengecup kening Luna mesra.
Wajah Luna bersemu merah. "Pagi," balasnya malu-malu.
Bintang lalu mencium bibir Luna lembut. "Kamu cantik banget, istriku," pujinya lagi.
YOU ARE READING
Unwanted Marriage
Storie d'amoreLuna, putri satu-satunya presiden yang sedang berkuasa, dipaksa menikah oleh kedua orang tuanya dengan Bintang, putra sulung dari calon presiden berikutnya dari partai yang sama dengan ayahnya. Luna yang tadinya menolak perjodohan tersebut akhirnya...