Setelah berpuluh-puluh menit menunggu, kini lampu merah pada ruang operasi itu mati pertanda akan operasi itu telah usai
Pintu ruangan penuh rasa cengkraman itu terbuka menampilkan Nisa dengan pakaian op nya, gadis itu membuka maskernya namun masih tertempel cadar wajahnya
Gus Rafka, Ning Aqilah, Gus Fatih, Kyai Syakir, Iyan, Rayyan, Gus Azhar, Ning Maura serta Gus Rayden berdiri saat melihat Nisa keluar
"Alhamdulillah operasi Ning Fa berjalan dengan lancar" sampai Nisa senang
"Alhamdulillah" syukur semua orang disana
"Mudah-mudahan tidak ada reaksi penolakan dari jantung almarhumah untuk Ning Fa...."
"Aamiin"
".... Dan selama beberapa hari ini, Nisa akan pantau perkembangan Ning Fa sampai benar-benar pulih seperti sedia kala"
Ummi Azura menghampiri Nisa dan memeluknya, "Afwan, Tante, baju Nisa belum..."
"Tidak masalah, nak, tante nggak peduli sama kebersihan bajumu, tante hanya tau jika hatimu bersih ... Terima kasih sudah membantu transplantasi jantung anak tante ke Ning Fa" ucapnya tulus dengan melepaskan pelukannya
"Tante jangan sungkan sama Nisa, Zura dan Ning Fa itu seperti adik saya sendiri selama 10 tahun di pesantren ini, mereka lebih dari apapun"
Ummi Azura tersenyum mendengarnya
"Jenazah Azura juga baru saja sudah dimandikan oleh mbak santri disini, dibantu juga sama Nyai Halimah" sampai Nisa lagi
"Jenazah Azura juga sudah Ummi kafan kan, setelah ini langsung dibawa ke pesantren saja boleh, nduk? soalnya Ummi sudah kabari santri disana untuk persiapan, biar nanti Fatih dan Kafka yang bantu urus" sahut Nyai Halimah yang baru datang
Ustadz Azka melihat wajah sendu istrinya dan langsung mendapatkan anggukan, "Kami manut, Mi" jawab ustadz Azka kemudian
"Ya sudah kita berangkatkan sekarang, jangan menunda waktu, kasihan Azura" ajak Gus Rafka
"Anta gausah ikut.. Jaga Fathiyah disini, kabari perkembangannya, dia anak gue juga .. Dan lagi, jangan beritahu Ning kecil(Fathiyah) tentang siapa yang mendonorkan jantung nya, atau dia akan ngerasa bersalah nanti, gue tau dia anaknya gimana" kata Azka tegas
"Kamu nggak usah ikut, le, biar Abah sama nak Azhar, Rayyan, Rayden, Fatih sama Iyan. kamu disini saja temani Fathiyah sama istrimu"
Setelah pernegoisasi disana selesai, akhirnya yang tinggal di RS hanya ada Gus Rafka dan Aqilah
~
Beberapa jam kemudian hari sudah mulai petang, dan kini Gus Rafka mulai membujuk Aqilah kembali agar mau makan
"Ayo, sayang, makan dulu, kamu mau mas infus lagi kayak dulu, hm?"
"Aqil bilang gamau ya gamau! Kenapa maksa, sih? Mas ga lihat, Fathiyah masih belum sadar? dia aja belum makan apapun dari tadi, masa aku sebagai Umma nya enak enakan makan"
"Setelah sadar Fathiyah mas suruh makan, sekarang kamu dulu. Jangan sampai kamu mas infus dulu baru mau makan, ya!"
"Ya kalo Fathiyah nya mau makan, kalo nggak?"
"Pasti mau, Fathiyah kan anak Mas, dia pasti nurut apa kata Mas"
"Ge-Er banget sih"
"Ayo makan, gausah ngalihin pembicaraan" paksa Gus Rafka lagi
"Gamau!"
"A'... " suruh Gus Rafka kepada istrinya, kini ia sudah menyodorkan makanan untuk istrinya
"Gamau!!"