Mari Kita Mencoba Untuk Berdamai?

8 0 0
                                    

Wajahku tertunduk dalam. Aku benar-benar tidak berani mengangkat wajahku menatap Abah Dziya. Air mataku sudah berderai-derai. Pengurus keamanan yang menemaniku mengeratkan genggaman tanganku yang basah dengan keringat.

Ketika Abah menasihatiku aku hanya mampu memperbanyak istighfar dengan hati sebagai tasbihnya. Likulli da’in dawaun wa dawau dzunubi istighfar (Setiap penyakit terdapat penawar, dan penawar dosa adalah istighfar).

Duh, Gusti apakah hatiku perlu disematkan lafadz bikaikaj agar kokoh sebagaimana kertas-kertas dalam kitab?

“ Nduk, apakah sampeyan mengikuti organisasi karena tidak betah di pondok?” Abah bertanya dengan pelan.

“ Mboten, Bah kawulo hanya ingin mencoba berproses di kampus seperti teman-teman”

“ Nduk, belajarlah dari fi’il madzi yang mabni rofa. Ketika fi’il madzi bertemu dengan amil apapun, dia tetap bersifat rofa’ dan fi’il madzi mampu menjadi amil yang marofa’kan. “

Sampeyan boleh menikmati masa kuliah sebagaimana teman-temanmu, tetapi sampeyan harus selalu ingat jika sampeyan adalah santri. Dimanapun sampeyan berada sampeyan harus mempertahankan akhlak dan kewajiban santri, bahkan kalau bisa sampeyan mensantrikan organisatoris kampus”

“ Besok ditata ulang nggeh niatnya untuk mondok sambil kuliah bukan kuliah sambil mondok”

“ Saya tidak melarang sampeyan untuk mengikuti organisasi, karena mempertahankan nilai kesantrian di tengah kejamnya politik kampus tidaklah mudah. Saya tidak akan mentakzir Nduk Khana karena keberanian sampeyan untuk menghadap langsung ke ndalem dan mengakui semua kesalahan”

“ Saya semakin yakin jika Khana tidak hanya mengikuti organisasi demi kepentingan dirinya, tetapi juga mengamalkan nilai-nilai organisasi yang sampeyan dapatkan”

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Malam yang tenang kuhabiskan untuk muhasabah. Sebagaimana remaja lain, aku sempat merasa sedih ketika waktu organisasiku dibatasi, tetapi aku berusaha ikhlas. Dalam kitab Nashoihul Ibad diceritakan bahwasanya barang siapa yang stress dengan urusan dunia, maka sejatinya dia marah kepada Allah.

Dalam sujud panjang kuceritakan beratnya pilihan hidup kepada Allah. Aku lebih nyaman menyimpan gundahku dalam tasbih cinta sebagaimana dalam kitab Nashoihul Ibad diceritakan bahwasanya barang siapa yang mengeluh sempitnya hidup kepada manusia seolah dia sedang bercerita kepada Allah, maka dia dianggap tidak ridho dengan takdir Allah untuknya.

Setiap proses memiliki ceritanya sendiri dan setiap kesuksekan akan menemukan tuannya sendiri bukan?

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Hari ini adalah acara puncak pemilihan duta sejarah. Sedari pagi aku sudah sibuk di meja kesekertariatan. Pandanganku menyapu kearah deretan calon duta yang duduk dengan anggun. Dari kejauhan, Nawala datang memelukku. Dia terlihat anggun dengan kebaya kutu baru yang dikenakannya, sangat senada dengan baju Mas Abshar yang menjadi partnernya dalam master of ceremony.

“ Khan, aku gugup banget”
“ Coba sampeyan baca doa Nabi Musa untuk meredakan rasa cemas”

“ Bunyai Khana, aku ikhlas kalau Mas Abshar buat sampeyan. Kalian layaknya pasangan bunyai dan pak Kyai”  Kelakarnya mengejekku.

Aku sedari tadi tersenyum mendengar godaan Nawala. Aku dan Mas Abshar tidak mungkin berjodoh, karena jodoh bukan hanya perihal cinta, tetapi perihal kafa’ah. Jodoh adalah sahabat selamanya sehingga perlu sefrekuensi dan saling menerima.

Pemilihan duta sejarah dengan tema The History of Indonesiasentris berlangsung meriah dan masuk nominasi piala dekanat. Acara duta sejarah berhasil memunculkan cara pandang rakyat Indonesia terhadap sejarah bangsa. Grand final duta sejarah dibagi kedalam dua tahap, yaitu history telling sekaligus tanya jawab seputar sejarah dunia.

Kordinator prodi menutup acara Dies Natalis dengan sebuah close statement yang berbunyi jika hamparan langit malam terlihat indah dengan taburan cahaya bintang dan bulan, maka cahaya yang bersinar di langit fakultas humaniora adalah cahaya kecintaan mahasiswa terhadap sejarah bangsanya.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Satu Periode Bersamanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang