Violet Brackley baru saja melangkah pulang dari hari yang melelahkan di pekerjaannya ketika sosok ayahnya, James, yang tampak murung dan garang, sudah menunggu di ambang pintu. Biasanya, pria itu akan pulang larut, tubuhnya memancarkan aroma alkohol yang tajam dan menusuk.Violet tak lagi ingat kapan kehidupan menyedihkan ini menjadi rutinitas yang tak terhindarkan. Yang terpatri di ingatannya hanyalah transformasi ayahnya menjadi penjudi yang tak pernah puas, yang selalu mengulurkan tangan meminta uang setiap kali barang-barang yang bisa dijual telah habis. Suatu ketika, Violet menolak permintaan James dengan tegas, namun penolakan itu berujung pada hujan pukulan yang tak kenal ampun. Uang simpanannya yang telah ia kumpulkan untuk kuliah, dirampas tanpa belas kasihan. Dan Violet hanya bisa menangis, meratapi nasibnya yang terasa begitu suram.
"Kau pulang lebih awal hari ini?" tanya James dengan nada yang terdengar seperti basa-basi, matanya menyapu sosok Violet yang baru saja menutup pintu rumah mereka.
"Tidak, aku selalu pulang di jam ini," jawab Violet, suaranya datar.
James tampak canggung, matanya bergerak-gerak seakan mencari topik pembicaraan lain. "Kau terlihat lelah. Mari kita bicara sebentar."
"Apa ayah membutuhkan uang lagi? Aku belum gajian. Tidak ada lagi yang bisa ayah ambil dariku," ujar Violet dengan nada ketus, lelah dengan skenario yang sama yang terus berulang.
"Oh, bukan ... bukan tentang uang, Vi. Aku tidak membutuhkan itu sekarang," sanggah James, mencoba menenangkan suasana. "Aku hanya bertanya, apa kau tidak lelah bekerja 15 jam sehari dengan bayaran yang jauh di bawah standar?"
Violet terdiam, merenung. Memang benar, ia lelah. Lelah bangun di pagi buta, mengejar bus agar tidak terlambat, dan pulang di larut malam hanya untuk kembali 'bekerja' di rumah, membersihkan sisa-sisa botol bir yang berserakan di mana-mana, sisa pesta pora James.
"Aku punya kenalan yang sedang mencari seseorang untuk bekerja dengannya. Hanya delapan jam sehari dan bayarannya... 8000 dolar seminggu," tawar James, seolah menawarkan jalan keluar.
Violet menelan ludah, terkejut dengan jumlah yang disebutkan. "Pekerjaan apa itu?" tanyanya, rasa ingin tahu bercampur dengan kehati-hatiannya.
"Bagaimana, tertarik?" desak James, seolah tak ingin melewatkan kesempatan.
"Tidak. Aku tidak tahu apa pekerjaan itu, dan aku tidak mau terlibat dalam hal yang tidak jelas!" Violet berbalik, memasuki kamarnya dan mengunci pintu dengan rapat, meninggalkan James yang masih duduk sendirian.
»»--⍟--««
Di restoran cepat saji tempat Violet bekerja, suasana sedang ramai oleh pengunjung yang tertarik dengan siaran langsung pertandingan basket antara dua tim yang terkenal berseteru. Kebisingan dan keramaian membuat Violet sedikit kewalahan dengan tugas-tugasnya.
"Hei, Nona, bisakah kau membersihkan lantai di sudut sana? Ada yang menumpahkan minumannya dan lantai jadi licin!" seru seorang pria bertubuh gemuk, mendekati Violet yang sedang sibuk di kasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia's Love Stories : The Gambler
RomanceAttention : Cerita ini memuat pokok bahasan yang mungkin sensitif bagi sebagian pembaca. Ada konten pemicu terkait pelecehan dan kekerasan, 21+ saja. Harap membaca secara bertanggung jawab. *** 𝐊𝐞𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐚𝐧 𝐕𝐢𝐨𝐥𝐞𝐭 𝐁𝐫𝐚𝐜𝐤𝐥𝐞𝐲 𝐛𝐚𝐠...