Sembilan

39 3 0
                                    

Tidak ada yang bisa mengubah perasaan senang Maximus, meski lelaki itu sudah kalah bertaruh permainan roulette dengan Jacob dan Rafael sejak tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada yang bisa mengubah perasaan senang Maximus, meski lelaki itu sudah kalah bertaruh permainan roulette dengan Jacob dan Rafael sejak tadi. Senyumnya terlalu sumringah hingga membuat kedua sahabatnya itu keheranan.

Seorang perempuan cantik yang berperan sebagai bandar sejak awal permainan mereka kembali memutar roda roulette tapi mendadak ia hentikan ketika Rafael memberikan isyarat padanya untuk berhenti.

"Apa kau mencoba permen terbaru, Ben?" Rafael bertanya penasaran pada Maximus, tangannya mengambil cerutu yang sejak tadi ia letakan di asbak.

"Sepertinya, Max overdosis sesuatu," timpal Jacob, suaranya sengaja ia tekan pada kata terakhir kalimatnya.

Tanpa memedulikan sindiran sahabatnya Maximus menengguk habis whisky yang sejak tadi menemani permainan mereka. "Sekarang aku mengerti mengapa, Ben tidak bisa lepas dari Amy," ucapnya dengan suara yang rendah.

Siulan mengejek terdengar dari Jacob sedangkan Rafael berdecih tidak percaya.

"Apa kalian sudah yakin untuk terikat pada satu wanita?" Jacob bertanya penasaran.

"Kau dan, Ben hanya ingin menantang diri kalian untuk bisa setia pada satu pasangan bukan? Jack bukannya lebih nikmat jika kita bisa meniduri banyak wanita tanpa harus pusing memikirkan cinta?" Rafael menghisap dalam cerutunya, menunggu jawaban Jacob. Setelah lelaki itu mengangguk baru Rafael menghembuskan napas bercampur asap pekat yang memenuhi udara.

"Kau tidak akan mengerti sampai kau merasakannya, Kawan." Tangan Maximus menyentuh bahu Rafael. Seolah memberitahukan kalau bisa saja yang di ucapnya kelak akan ia rasakan.

"Gadis sial mana yang menjadikanmu budaknya?" tanya Jacob penasaran. Memutar badannya sedikit untuk bisa menatap Maximus yang berada di sisi kanan Rafael.

"Aku yang menjadikannya budak." Maximus meralat ucapan Jacob.

"Terserah. Pada akhirnya kuyakin kau akan lemah padanya, sama seperti, Ben saat ini." Rafael bangkit dari duduknya setelah berkata sinis, mematikan cerutunya kasar dan berjalan menuju pintu.

Seorang penjaga berpakaian serba hitam yang sejak tadi berdiri di dekat pintu ganda membuka sedikit agar Rafael bisa keluar. Kepergian lelaki itu menyimpan kebisuan dalam ruang permainan VIP milik Maximus.

"Apa, Rafael baru saja di tolak seorang wanita sampai ia alergi seperti saat ini?" Maximus bertanya sinis. Tidak tahan dengan sikap sentimen Rafael.

"Jangan terlalu di pikirkan, kawan. Kurasa dia memang sedang bosan pada mainannya yang sekarang."

»»——⍟——««

Mengetahui rumah besar Maximus sedang sepi, dengan nekat Violet keluar dari kamarnya dan mulai menggeledah ruangan demi ruangan dalam rumah itu. Sudah tiga minggu sejak Violet di kurung. Ia tidak ingin terlalu lama memainkan peran sebagai perempuan yang mulai jatuh cinta pada orang yang telah menculiknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mafia's Love Stories : The GamblerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang