Mobil mewah itu berhenti tepat di depan pintu sebuah rumah yang tampak sederhana. Seorang pria dengan wajah tampan bak dewa turun dari mobil, kacamata hitamnya memantulkan sinar matahari yang terik.Begitu kakinya menyentuh tanah, ia disambut oleh beberapa pria kekar dengan persenjataan lengkap. Salah satu dari mereka mendekat dan memberi hormat dengan kepala tertunduk.
"Apakah semuanya sudah siap di dalam?" tanyanya dengan suara dingin dan tegas.
Pria itu mengangguk, "Semua sudah siap, Tuan."
Dengan itu, ia melangkah masuk ke dalam rumah. Pada pandangan pertama, tempat itu tampak seperti rumah biasa . Namun, siapa sangka, di balik pintu sama salah satu kamar tidur yang catnya mengelupas terdapat sebuah lift yang menuju ke lantai bawah. Di sana, tersembunyi sebuah ruangan yang terbuat dari tembok kokoh dan pintu baja tebal. Ketika pintu lift terbuka, beberapa orang menyambutnya dan membukakan pintu, mempersilakannya masuk.
Rafael Maxwell, Benjamin Scott, Jacob Johnson, dan Maximus Collins adalah empat pria tampan yang tergabung dalam jaringan mafia terbesar di dunia bawah tanah. Nama mereka begitu ditakuti, hingga mampu membuat musuh merinding hanya dengan mendengar namanya.
Rafael sendiri pemimpin sindikat ini. Jalan yang dia tempuh untuk menciptakan organisasi ini tidaklah mudah. Di butuhkan kerja keras, keringat dan darah di setiap langkahnya. Dari seorang pemuda tanpa masa depan, Rafael berhasil menjadi pria kaya raya yang mampu tidur di atas tumpukan uang setiap malam.
Tapi, tentu kesuksesannya bukan hanya hasil usahanya sendiri, melainkan juga berkat dukungan dari para sahabatnya yang masing-masing memiliki peran penting dalam organisasi mereka.
Benjamin adalah seorang jenius yang menguasai 40% pasar narkoba dunia. Senyumnya yang menawan bisa menaklukkan hati siapa pun. Siapa yang menyangka di balik sikapnya yang ramah, dia adalah seorang pengusaha yang tegas dan tak kenal ampun dalam berbisnis.
Jika Benjamin bisa sedikit lebih ramah, Jacob selalu waspada. Pekerjaannya sebagai pembunuh bayaran elit membuat ia memiliki tubuh kekar dan kekuatan fisik luar biasa. Dia selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan bersih dan rapih tanpa meninggalkan jejak. Jacob adalah pria keras kepala dan tidak mudah percaya pada orang lain.
Maximus sendiri seorang ahli kartu yang memiliki casino mewah di beberapa negara. Dia cerdik dan pandai bercakap, Dewi Fortuna seolah selalu di belakangnya karena Max sering kali lolos dari situasi yang sulit. Dia juga pria dingin yang sulit ditebak.
Rafael duduk di sofa kulit berwarna cokelat mengikuti ketiga sahabatnya yang sudah datang lebih dulu.
"Kau telat, Kawan." Ben menyodorkan soda untuk Rafael.
Rafael mengingat kembali alasannya telat karena seorang wanita menghadangnya tadi. Tapi kemudian sebuah desahan ringan terdengar darinya. "Aku terjebak kemacetan."
Rafael memanggil mereka ke markas hari ini, karena ada sesuatu yang ingin dia bicarakan. Ada berita yang membuatnya khawatir.
"Jack, apa kau sedang ada misi rahasia?" tanya Rafael.
Jack menggeleng. "Tidak."
"Kau tahu kan, dalam tiga minggu terakhir ada dua kasus pembunuhan."
Sebelum Jack bisa menjawab, telepon Ben berdering.
"Ya."
Dia diam sejenak.
"Urus saja, kasih mereka 50 kg dan jangan lebih!" Ben mematikan teleponnya, lalu memasukkannya ke saku celana.
"Ada apa?" tanya Max.
"Permenku ditahan di Inggris, tikus di sana meminta upah!"
Di ruangan itu, mereka semua tahu apa yang dimaksud 'permen' oleh Ben. Narkoba yang ia selundupkan lewat jalur laut.
Jacob menghela napas berat. "Kenapa kau tidak bilang padaku? Aku punya beberapa teman di sana yang bisa mengatasi masalahmu."
"Ayolah! Aku bisa menyelesaikannya sendiri."
Max mengangguk setuju. "Ben memang selalu ingin berteman dengan polisi di sana, Jack. 50 kg sabu tidak berarti apa-apa baginya."
Ben menjentikan jarinya. "100, Max. Kau memang selalu tahu tentang diriku."
"Caramu tidak efisien, Ben. Kau akan terus merugi!" celetuk Rafael. Dia membuka soda untuk dirinya. "Dan kau telah gagal mendidik bawahanmu agar selalu berhati-hati." Lalu dia meneguk minuman itu.
"Oh, ayolah, Bos! Hanya sebuah kesalahan kecil. Kau tidak perlu khawatir."
Rafael bergeming, mengambil remot TV dan menyalakannya. Mereka berhenti membicarakan narkoba Ben yang tertangkap.
Mohon bantu aku untuk Vote, Komen dan follow
cerita ini agar aku makin semangat menyelesaikannya.Tolong jangan jadi silent reader yaa.
Salam hangat,
🕷Raelio🕷
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia's Love Stories : The Gambler
RomansaAttention : Cerita ini memuat pokok bahasan yang mungkin sensitif bagi sebagian pembaca. Ada konten pemicu terkait pelecehan dan kekerasan, 21+ saja. Harap membaca secara bertanggung jawab. *** 𝐊𝐞𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐚𝐧 𝐕𝐢𝐨𝐥𝐞𝐭 𝐁𝐫𝐚𝐜𝐤𝐥𝐞𝐲 𝐛𝐚𝐠...