Enam

49 8 61
                                    

Berjalan tanpa suara, Maximus mendekati Violet yang sedang menata barang yang tadi ia bawa dari butik Dolores

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berjalan tanpa suara, Maximus mendekati Violet yang sedang menata barang yang tadi ia bawa dari butik Dolores. Hingga Violet sadar kalau lelaki bertubuh tegap itu sudah berada di belakangnya.

"Kau mengagetkanku," celetuk Violet tanpa membalikkan badan. Namun, ia tetap menatap Maximus melalui pantulan dicermin.

"Kau tampak sibuk." Maximus berjalan mendekat, mencoba membantu Violet merapikan barangnya.

"Mengingat aku diculik tanpa membawa apa pun. Tentu aku sibuk merapikan barang baruku," sindir Violet penuh penekanan. Membuat Maximus sedikit terkekeh mendengarnya.

"Pria yang kau temui tadi...." Violet menghentikan aksinya dan mulai menatap Maximus. "Dia salah satu anggota mafia, kan?"

"Siapa?" tanya Maximus hati-hati.

"Yang di hotel, Rafael Maxwell namanya. Kuberitahu kau, jangan dekat-dekat dengannya. Pria itu sangat berbahaya."

Maximus bergeming ketika mengetahui Violet tahu siapa Rafael tapi sebuah senyum tipis di sudut bibirnya tercetak ketika menyadari kalau perempuan itu tidak tahu kalau Maximus juga salah satu komplotan Rafael.

"Kau tahu dari mana berita itu?"

"Entah, gosip selalu beredar tanpa kita tahu siapa pembuatnya," imbuh Violet seraya memasukkan gaun terakhirnya ke lemari.

»»--⍟--««

Violet mengetuk pintu kamar Maximus pelan. Tak ada suara atau sahutan dari dalam tapi rasa penasaran membuatnya kembali mengetuk. Merasa benar-benar tidak ada orang, Violet membuka kamar bernuansa gelap itu.

Mencari-cari apa pun yang bisa ia jadikan barang bukti atau petunjuk agar dirinya bisa keluar dari neraka yang dibuat Maximus, Violet menyisir seluruh ruangan dan tak menemukan apa pun yang berarti.

Sebuah pintu kayu menarik perhatiannya, tempat yang belum ia jamah. Violet memutar kenop pintu dan menemukan Maximus sedang berdiri membasahi tubuhnya di bawah pancuran shower. Mereka sama-sama terkejut, bahkan iris cokelat Violet nyaris loncat keluar.

"Kau mencariku?" Maximus memecah keheningan yang terjadi di antara mereka berdua.

"Em, tadi...." Violet berpikir keras, mencari alasan bagus agar tidak membuat si tuan rumah curiga. Tapi isi kepalanya semakin buyar ketika Maximus membalikkan badannya, memperlihatkan tubuh telanjangnya yang terdapat tato ular di bagian dada.

Berjalan mendekat, Maximus menghampiri Violet yang terdiam kaku di ambang pintu. Violet menelan ludah meski tenggorokannya tidak kering, harus ia akui kalau lelaki yang lebih tua darinya itu memiliki tubuh yang bagus.

Mafia's Love Stories : The GamblerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang