5.

285 29 8
                                    

Hehe, selamat dataaaang lagi 🌚🙏

Hope ya like it! Chantik chantikku~

.

.

.

Nanase Riku...?

by

nshawol566

.

.

.

"Uh...!" Haruka menyusuri hiruk pikuk malam saat itu. Beberapa kali ia berdesakan dengan orang lain karena tidak fokus. Topi beanie yang menutupi kepalanya ia turunkan semakin bawah, berusaha menyembunyikan identitas idolnya. Kacamata pun tak lupa ia kenakan, jaket tebal sukses membuatnya kepanasan, tapi untuk saat ini bukanlah hal penting.

Haruka sudah janjian dengan dua teman seumurannya untuk bertemu di sebuah cafe tak jauh dari stasiun TV biasa tempat mereka bekerja.

Dari luar cafe, tepatnya display kaca toko,Haruka dapat melihat dua orang yang mengenakan baju sama style sepertinya.

Sudah pasti itu Izumi Iori dan Yotsuba Tamaki. Mereka memilih duduk di paling pojok cafe.

Saat itu, cafe yang mereka datangi tidaklah begitu ramai, hanya ada dua hingga tiga orang mengantri di kasir.

Haruka pun dengan yakin berjalan masuk ke dalam cafe dan langsung menuju target kursinya.

Begitu sosoknya hampir sepenuhnya mendekat, dua teman seumurannya juga sudah menyadari dari awal kehadirannya. Melambaikan tangan, memerintahkan Haruka untuk cepat duduk.

Dari tengah cafe, Haruka pun berlari kecil menghampiri mereka.

"M-Maaf," Haruka menarik kursi, mendudukan tubuh tepat di seberang dua temannya. "Kalian tidak menunggu lama, bukan?"

Si surai raven yang mengenakan masker hitam menggelengkan kepala. "Tidak, Isumi-san. Aku dan Yotsuba-san juga baru sampai sekitar 10 menit," Iori mendorong secangkir teh ke depan Haruka. "Minumlah terlebih dahulu, kami sudah memesannya untukmu."

"A-Ah," masih sedikit canggung atas perlakuan baik Iori, Haruka cukup kelabakan meresponnya. "Terima kasih..." biar begitu, ia tetap menerima maksud baik temannya itu.

Setelah Izumi Iori, temannya yang lain, Yotsuba Tamaki, menyodorkan sekotak penuh Ou-sama puding padanya. "Isumin~ aku membelikanmu puding~" senyuman Tamaki bahkan dapat terlihat meski ia mengenakan masker dari kelopak matanya yang melengkung dalam. Menandakan tarikan senyumannya cukup tinggi.

"Ya ampun," Haruka mendengus dengan senyuman, "Kalian terlalu prepared hanya untuk sekedar bertemu denganku... terima kasih..." langsung menerima pemberiannya, membuat Tamaki sempat terkekeh senang.

"Baiklah Isumi-san," nada suara Iori yang berubah serius menarik kembali mereka masuk ke dalam percakapan inti. Topik yang membuat ketiganya harus bertemu di luar jadwal masing-masing. "...kau menghubungi kami... untuk membicarakan sesuatu tentang Nanase-san...?"

Haruka yang sedang menyeruput tehnya mengangguk kecil, ekspresinya begitu serius hingga membuat dua teman seumurannya tak ingin bersenda gurau, atau memulai peseteruan seperti biasanya. Bahkan Tamaki duduk dengan sangat tenang, tangan tidak geratilan, tubuh tegap, dan mata fokus pada sosok Haruka.

"Ya," Haruka memincingkan mata ke arah keduanya secara bergantian. "Apa... Nanase Riku akhir-akhir ini terlihat aneh...???"

Bahu Tamaki dan Iori tersentak tinggi, mereka saling sikut untuk mendorong siapa yang akan menjawab pertanyaan Haruka. "B-Bisa kau jelaskan, kenapa kau menanyakan hal seperti itu... Isumi-san?"

Nanase Riku...?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang